Bagian Pertama: Pentingnya Wala’ dan Baro
الحمد الله وحده والصلاة والسلام على رسول الله، أما بعد؛
Saudaraku, ketahuilah bahwa diantara tanda keimanan seseorang adalah tertanam padanya sifat “wala’ wal baro’ “, Yakni wala'(loyal) kepada Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ, baro'(berlepas diri) dari setiap perkara yang dibenci/dilarang Allah ﷻ dan rasulullah ﷺ. Sebagaimana Allah ﷻ Gambarkan di dalam surat Al mujadalah : 22,
(لَّا تَجِدُ قَوۡمࣰا یُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ یُوَاۤدُّونَ مَنۡ حَاۤدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ….)
“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.”
Bahkan Wala’ dan baro’ merupakan asas/pondasi Agama Islam. Berkata Syaikh Sholih Fauzan رحمه الله تعالى,
“Diantara ushul (pondasi) aqidah islam adalah seorang muslim wajib berpegang teguh terhadap aqidah ini (wala’ dan baro’) dengan berloyal kepada pemeluknya dan berlepas diri dari siapa saja yang memeranginya.”
Al wala’ Wal Baro’ hal. 5
Maka, dari sini kita bisa fahami bahwa wala’ dan baro’ merupakan salah satu pondasi agama ini.
Kemudian wala dan baro’ tidak memandang golongan tertentu, yang artinya adalah siapapun dia dari kubu mana,golongan mana, dari ras mana dan yang lainnya, selama mereka berpegang teguh kepada pondasi agama ini, maka wajib bagi kita loyal kepadanya. Begitu pun sebaliknya siapapun dia, tatkala ia melenceng dari haq, maka wajib bagi kita berlepas diri darinya.
(…. وَلَوۡ كَانُوۤا۟ ءَابَاۤءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَاۤءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَ ٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِیرَتَهُمۡۚ…..)
“sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya.” QS. Al Mujadalah : 22
Maka,
Tidak akan pernah bersatu antara Tauhid dan syirik….
Tidak akan pernah bersatu antara sunnah dan bid’ah….
Tidak akan pernah bersatu antara haq dan bathil….
Seandainya kita jujur, maka fahamilah kaidah ini !!!
Jika benar kita ini berjuang di jalan Allah ﷻ, membela agama Allah ﷻ, maka terapkan kaidah ini.
Kita berjuang di jalan Allah ﷻ, berjuang membela islam, akan tetapi kita bersatu diatas perbedaan aqidah dan manhaj??? Tanyakan pada diri kita, ” kita ini sedang membela siapa dan agama apa?? ”
Bukankah setiap perkara yang diperselisihkan harus di kembalikan kepada Wahyu Ilahi ???!!!
(….فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِی شَیۡءࣲ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۚ ذَ ٰلِكَ خَیۡرࣱ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِیلًا)
“Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ” QS. An Nisaa : 59
Bersambung ke Bagian Kedua
Penulis : Ustadz Abu Rayyan Sakti, Lc.
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)