{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 5.
أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥﴾
ulā`ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn
QS. Al-Baqarah [2] : 5
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut berjalan di atas cahaya dari Rabb mereka dan meraih taufik dari Pencipta dan Pemberi hidayah mereka. Mereka adalah orang-orang yang beruntung yang meraih apa yang mereka cari dan selamat dari keburukan yang mereka hindari.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman bahwa yang dimaksud dengan mereka itu ialah orang-orang yang mempunyai ciri-ciri khas terdahulu, yaitu iman kepada yang gaib, mendirikan salat, memberi nafkah dari rezeki yang diberikan Allah kepada mereka, iman kepada kitab yang diturunkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelumnya, dan yakin kepada kehidupan akhirat, yang hal ini menuntut persiapan sebagai bekal guna menghadapinya, yaitu mengerjakan amal-amal saleh dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
tetap beroleh cahaya penjelasan dan petunjuk dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
dan merekalah orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa makna “mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya” ialah tetap beroleh nur dari Tuhan mereka dan tetap istiqamah (berpegang teguh) kepada Al-Qur’an yang disampaikan kepada mereka.
Wa ulaika humul muflihun, merekalah orang-orang yang beruntung, yakni orang-orang yang memperoleh apa yang mereka minta dan selamat dari kejahatan yang mereka menghindar darinya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna firman-Nya, “Ulaika ‘ala hudam mirrabbihim,” ialah “sesungguhnya mereka tetap memperoleh nur (cahaya) dari Tuhannya, pembuktian, istiqamah, dan bimbingan serta taufik Allah buat mereka”.
Takwil firman-Nya, Ulaika humul muflihun ialah “merekalah orang-orang yang sukses dan memperoleh apa yang mereka dambakan di sisi Allah melalui amal perbuatan mereka dan iman mereka kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, dambaan tersebut berupa keberuntungan memperoleh pahala, kekal di surga, dan selamat dari siksaan yang telah disediakan oleh Allah buat musuh-musuh-Nya”.
Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah pendapat dari sebagian kalangan ahli tafsir, bahwa isim isyarah diulangi di dalam firman-Nya:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Hal itu ditujukan kepada orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab yang ciri-ciri khasnya telah disebutkan melalui firman-Nya: dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu. (Al Baqarah:4) hingga akhir ayat, seperti yang telah disebutkan perselisihan mengenainya.
Berdasarkan takwil ini, berarti diperbolehkan menganggap firman-Nya, ‘”Wallazina yu-minuna bima unzila ilaika,” bersifat munqati’ (terpisah) dari ayat sebelumnya, dan kedudukan i’rab-nya marfu’ karena dianggap sebagai mubtada, sedangkan khabar-nya adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, “Wa ulaika humul muflihun”
Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah kembali kepada semua orang yang telah disebut sebelumnya dari kalangan orang-orang beriman bangsa Arab dan orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab. Ia memilih pendapat ini karena berdasarkan kepada sebuah asar yang diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah Al-Hamadani, dari Ibnu Mas’ud, dan dari sejumlah sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mereka adalah orang-orang mukmin bangsa Arab. Sedangkan mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu maksudnya ialah orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab. Kemudian keduanya dihimpun dalam satu ayat, yaitu melalui firman-Nya:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalam tarjih yang telah kami sebutkan di atas, makna yang dimaksud ialah menerangkan ciri-ciri orang-orang mukmin secara umum, dan isyarat mengandung makna umum ditujukan kepada mereka semua.
Telah dinukil sebuah riwayat dari Mujahid, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas, Qatadah dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman ibnu Saleh Al-Misri, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mugirah, dari Abul Haisam yang nama aslinya ialah Sulaiman ibnu Abdullah, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Pernah dikatakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tetap membaca Al-Qur’an, lalu kami berdoa, dan kami tetap membaca Al-Qur’an hingga hampir saja kami berputus asa.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Maukah kalian aku beritakan tentang penduduk surga dan penduduk neraka?” Mereka menjawab, “Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya:
Alif lam m’im. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada-nya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” sampai dengan firman-Nya, “Orang-orang yang beruntung.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mereka adalah penduduk surga.” Mereka (para sahabat) berkata, “Sesungguhnya kami berharap semoga diri kami termasuk dari mereka.” Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka,” sampai dengan firman-Nya, “Siksaan yang amat berat.”(Al Baqarah: 6)
Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mereka adalah penduduk neraka.” Mereka (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, tentunya kami bukan termasuk mereka.” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya.”
Tafsir Ayat:
أُولَئِكَ “Mereka itulah,” yaitu yang bersifat dengan sifat-sifat terpuji tersebut عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ “yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,” yakni yang tetap di atas petunjuk yang besar; karena pemakaian kata yang tidak terbatas (nakirah) adalah untuk ungkapan mengagungkan. Dan hidayah apalagi yang lebih agung dari sifat-sifat yang telah disebutkan yang mengandung keyakinan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang lurus? Pada hakikatnya hidayah itu hanya seperti hidayah yang ada pada mereka tersebut, sedangkan apa-apa yang bertentangan dengan itu adalah kesesatan. Dan dipakai kata عَلَى (di atas) dalam posisi kalimat di sini menunjukkan pada ketinggian, adapun dalam posisi kata kesesatan memakai kata فِيْ (di dalam) sebagaimana dalam FirmanNya,
وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada di atas kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Saba`: 24)
Hal itu, karena ahli hidayah adalah tinggi dengan hidayah tersebut adapun ahli kesesatan yang tenggelam di dalamnya adalah terhina.
Kemudian Allah berfirman, وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan merekalah orang-orang yang beruntung.” Keberuntungan adalah memperoleh hal yang diinginkan dan selamat dari hal yang dikhawatirkan. Pembatasan keberuntungan hanya pada mereka, karena tidak ada jalan menuju kepada keberuntungan kecuali dengan menempuh jalan mereka tadi, dan jalan-jalan selain jalan tersebut, maka itu semua adalah jalan kesengsaraan, kehancuran, dan kerugian yang akan menjerumuskan penempuhnya kepada kebinasaan. Oleh karena itu, ketika Allah menyebutkan sifat-sifat kaum Mukminin yang hakiki, Dia menyebutkan pula sifat-sifat kaum kafir yang menampakkan kekufuran mereka yang durhaka kepada Rasul seraya berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ. خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pen-dengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Al-Baqarah: 6-7)
Mereka yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana disebutkan itulah yang mendapat petunjuk dari tuhannya, berada pada posisi yang sangat mulia dan agung, sebab mereka menaati semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, dan hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga dan terbebas dari neraka. Sebagai kebalikan dari sikap orang mukmin terhadap Al-Qur’an, sesungguhnya orang-orang kafir yang menutupi hati dan akal pikiran mereka dari kebenaran karena enggan dan sombong, tidak akan memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya. Sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan, berupa ancaman siksa dari tuhanmu, atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman sebab mereka lebih memilih jalan kebatilan.
Al-Baqarah Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 5, Makna Al-Baqarah Ayat 5, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 5, Al-Baqarah Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 5
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)