{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 78.
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ ﴿٧٨﴾
wa min-hum ummiyyụna lā ya’lamụnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnụn
QS. Al-Baqarah [2] : 78
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga.
Di antara orang-orang Yahudi ada sekelompok orang yang tidak mengetahui baca tulis. Mereka tidak mengetahui Taurat dan isinya yang menetapkan sifat-sifat Nabi Muhammad, mereka tidak memiliki apa pun selain kedustaan dan dugaan-dugaan rusak.
Waminhum ummiyyuna, di antara ahli kitab itu ada yang buta huruf, menurut Mujahid. Al-ummiyyun adalah bentuk jamak dari lafaz ummiy yang artinya orang yang buta huruf. Demikian pula yang dikatakan oleh Abul Aliyah, Ar-Rabi’, Qatadah, Ibrahim An-Nakha’i, serta banyak ulama lainnya. Makna ini jelas terdapat di dalam firman-Nya, “La ya’lamunal kitaba,” yakni mereka tidak mengetahui apa yang terkandung di dalam kitab Taurat. Sehubungan dengan pengertian lafaz ini disebutkan dalam sifat-sifat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bahwa beliau adalah seorang yang ummiy. Dikatakan demikian karena beliau adalah orang yang tidak dapat menulis (yakni buta huruf), seperti yang disebutkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), niscaya akan ragulah orang yang mengingkari(mu). (Al-‘Ankabut: 48)
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi, kami tidak dapat menulis, dan kami tidak dapat menghitung, satu bulan itu adalah segini, segini, dan segini (yakni tiga puluh hari)
Dengan kata lain dalam ibadah kami, kami tidak memerlukan tulisan dan hitungan untuk menentukan waktu-waktunya. Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka. (Al Jumuah:2)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang-orang Arab menisbatkan orang yang tidak dapat menulis dan membaca kepada ibunya, karena disamakan dengan keadaan ibunya yang tidak dapat menulis, tetapi bukan dinisbatkan kepada ayahnya.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas suatu pendapat yang berbeda dengan pendapat ini, yaitu sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Kuraib. Dia menceritakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa’id ibnu Bisyr ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara mereka ada yang buta huruf. (Al Baqarah:78) Bahwa orang-orang ummi adalah suatu kaum yang tidak percaya kepada rasul yang diutus oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, tidak pula kepada kitab yang telah diturunkan oleh Allah. Kemudian mereka menulis suatu kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka katakan kepada orang-orang yang bodoh dari kalangan mereka bahwa kitab tersebut dari sisi Allah.
Ibnu Jarir memberikan komentarnya, telah diberitakan bahwa mereka (orang-orang Yahudi tersebut) menulis sebuah kitab dengan tangan mereka. Tetapi setelah itu mereka disebut sebagai orang-orang yang ummi karena keingkaran mereka kepada kitab-kitab Allah dan rasul-rasul-Nya. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa takwil ini merupakan takwil yang berbeda dengan apa yang dikenal di dalam percakapan orang-orang Arab dan bahasanya yang telah baku di kalangan mereka. Demikian itu karena istilah ummi artinya ditujukan kepada orang yang tidak dapat membaca dan menulis (yakni buta huruf).
Menurut kami kesahihan sanad riwayat ini, dari Ibnu Abbas, masih perlu dipertimbangkan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, “Illa amaniyya,” menurut Ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah omongan-omongan belaka.
Menurut Ad-Dahhak —juga dari Ibnu Abbas— illa amaniyya artinya hanya omongan yang keluar dari mulut mereka secara dusta. Sedangkan menurut Mujahid, amaniyya artinya dusta.
Sunaid meriwayatkan dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya:
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka.
Segolongan orang dari kalangan orang-orang Yahudi yang tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat) barang sedikit pun —dan mereka berbincang-bincang hanya dengan dugaan belaka tanpa dasar dari Kitabullah— mengatakan bahwa omongan bohong tersebut adalah dari Al-Kitab. Padahal apa yang mereka katakan itu hanyalah omongan dusta belaka yang mereka duga-duga. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri.
Abul Aliyah, Ar-Rabi’, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, “Illa amaniyya,'” bahwa apa yang mereka katakan itu hanyalah angan-angan belaka yang mereka harapkan dari Allah, padahal mereka sama sekali tidak berhak untuk mendapatkannya.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna illa amaniyya, bahwa mereka berangan-angan dan mengatakan, “Kami adalah ahli kitab,” padahal kenyataannya mereka bukan termasuk ahli kitab.
Menurut Ibnu Jarir, pendapat yang lebih mirip kepada kebenaran ialah apa yang telah dikemukakan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas tadi.
Mujahid mengatakan, sesungguhnya orang-orang ummi itu ialah kaum yang disebutkan ciri-cirinya oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, bahwa mereka tidak sedikit pun memahami kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa, tetapi mereka membuat-buat kedustaan dan kebatilan serta kedustaan dan kepalsuan. Dengan demikian, berarti makna tamanni dalam ayat ini ialah membuat-buat kedustaan dan kepalsuan. Termasuk ke dalam pengertian ini, ada sebuah riwayat yang bersumber dari sahabat Usman ibnu Affan r.a. Disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, “Aku tidak pernah bersyair, tidak pernah pula membuat kebatilan, serta aku tidak pernah membuat kedustaan.”
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan makna illa amaniyya —dibaca dengan tasydid dan takhfif ialah illa tilawatan— hanyalah bacaan belaka. Berdasarkan pengertian ini, berarti istisna yang ada bersifat munqati. Para pendukung pendapat ini memperkuat pen-apatnya berdalil kepada firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan, “Melainkan apabila ia hendak membaca, maka setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap bacaannya itu,” hingga akhir ayat 52 surat Al-Hajj (menurut orang yang mengartikan lamanna dengan makna tala, yakni membaca).
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
mereka tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat) kecuali dongengan-dongengan bohong belaka, dan mereka hanya menduga-duga.
Artinya, mereka tidak mengetahui apa yang terkandung di dalam Kitabullah (Taurat) dan mereka menemukan kenabianmu hanya dengan menduga-duga saja.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, “Wa in hum illa yazunnuna” dan mereka hanya berdusta belaka.
Qatadah, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi’ mengatakan bahwa mereka menyangka terhadap Allah dengan sangkaan yang tidak benar.
Tafsir Ayat:
وَمِنْهُمْ “Dan di antara mereka,” yakni, di antara ahli kitab, أُمِّيُّونَ “ada yang buta huruf,” maksudnya yang awam, tidak mengerti apa-apa dan bukan dari orang yang berilmu, لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ “mereka tidak mengetahui al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka,” maksudnya, mereka tidak memiliki bagian dari kitabullah selain dari membaca saja, dan mereka juga tidak memiliki kabar tentang apa yang orang-orang terdahulu ketahui dengan sebenar-benar pengetahuan akan keadaan mereka, mereka hanyalah memiliki dugaan-dugaan semata dan taklid-taklid kepada orang yang berilmu di antara mereka.
Lalu Allah menyebutkan dalam ayat-ayat ini tentang ulama-ulama, orang-orang awam, dan orang-orang munafik mereka serta orang-orang yang tidak munafik di antara mereka. Di antara ulama mereka ada yang berpegang teguh dengan pedoman kesesatan, dan orang-orang awam bertaklid kepada mereka, tidak ada bashirah dalam diri mereka, maka tidak ada harapan bagi kalian (hai orang-orang Mukmin) dari kedua kelompok tersebut.
Setelah kelakuan kelompok cendekia dan tokoh agama yahudi dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat berikut menjelaskan kelompok lain di kalangan bani israil, yaitu bahwa di antara mereka ada yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis, atau bodoh dan keras hati, tidak memahami makna dan pesan kitab taurat dengan pemahaman yang penuh penghayatan, kecuali hanya berangan-angan berupa kebohongan yang disajikan oleh pemuka agama mereka dan dikatakan sebagai kebenaran, dan mereka hanya menduga-duga, sebab ka lau pun mereka membacanya, itu tidak dilakukan dengan disertai pemahaman yang men dalam. Akibat perbuatan itu, maka celakalah dan binasalah orang-orang yahudi dan yang selain mere ka yang menulis kitab taurat atau lainnya dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata dengan penuh kebohongan, ini adalah kitab suci yang datang dari Allah. Mereka melakukan itu dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah, yaitu kesenangan dunia yang murah dengan cara menukar yang murah itu dengan sesuatu yang mahal, yaitu kebenaran. Maka celakalah mereka akibat perkataan dusta mereka tentang Allah, karena tulisan tangan mereka itu penuh kebohongan, penyelewengan, dan penyim pangan, dan celakalah mereka karena apa, yakni kebohongan, yang mereka perbuat dengan memalsukan dan mengubah ayat untuk kepentingan dan keuntungan sesaat, dan celakalah mereka karena harta yang mereka peroleh dari perbuatan mereka itu.
Al-Baqarah Ayat 78 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 78, Makna Al-Baqarah Ayat 78, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 78, Al-Baqarah Ayat 78 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 78
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)