{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 132.
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾
wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya’qụb, yā baniyya innallāhaṣṭafā lakumud-dīna fa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn
QS. Al-Baqarah [2] : 132
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
Ibrahim dan Ya’qub mendorong anak-anak mereka agar berpegang teguh kepada Islam dengan berkata, “Wahai anak-anak kami, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, yaitu agama Islam, maka janganlah kalian meninggalkannya selama kalian masih hidup, jangan sampai kematian mendatangi kalian kecuali kalian berada di atasnya.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub.
Yaitu Ibrahim mewasiatkan agama yang mengajarkan tunduk patuh kepada Allah ini kepada anak-anaknya, atau damir yang terkandung di dalam lafaz biha kembali kepada ucapan Nabi Ibrahim yang disebutkan oleh firman selanjutnya, yaitu: Ibrahim menjawab, “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (Al Baqarah:131)
Demikian itu karena keteguhan mereka dan kecintaan mereka kepada agama ini. Mereka tetap berpegang teguh kepadanya hingga mening-gal dunia, dan bahkan sebelum itu mereka mewasiatkan kepada anak-anaknya agar berpegang teguh kepada agama ini sesudah mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid ini kalimat yang kekal pada keturunannya. (Az Zukhruf:28)
Sebagian ulama Salaf membaca lafaz Ya’qub dengan bacaan nasab —yakni Ya’quba— karena di-‘ataf-kan kepada lafaz banihi, seakan-akan Ibrahim mewasiatkannya kepada anak-anaknya, juga kepada cucunya (yaitu Ya’qub ibnu Ishaq) yang pada saat itu memang Ya’qub menghadirinya.
Imam Qusyairi —menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Qurtubi darinya— menduga bahwa Ya’qub hanya dilahirkan sesudah Nabi Ibrahim wafat. Akan tetapi, pendapat ini memerlukan dalil yang sahih. Menurut pendapat yang kuat —hanya Allah yang mengetahuinya— Ishaq mempunyai anak Ya’qub sewaktu Nabi Ibrahim dan Sarah masih hidup, karena berita gembira yang disebutkan pada ayat berikut ditujukan kepada keduanya (Nabi Ibrahim dan Siti Sarah), yaitu firman-Nya:
Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. (Huud:71)
Ya’qub dapat pula dibaca nasab, yakni Ya’quba, atas dasar mencabut huruf khafad. Sekiranya Ya’qub masih belum lahir di masa keduanya masih hidup, niscaya penyebutan Ya’qub di antara anak-anak Ishaq tidak mempunyai faedah yang berarti. Lagi pula karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman di dalam surat Al-‘Ankabut, yaitu:
Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-‘Ankabut: 27) hingga akhir ayat.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman di dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al Anbiyaa:72)
Hal ini semua menunjukkan bahwa Nabi Ya’qub memang telah ada semasa Nabi Ibrahim a.s. masih hidup. Dan sesungguhnya Nabi Ibrahimlah yang mula-mula membangun Baitul Maqdis, seperti yang disebutkan oleh kitab-kitab terdahulu. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Zar r.a. yang menceritakannya:
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang mula-mula dibangun di muka bumi? Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Masjidil Haram” Aku bertanya, “Kemudian masjid mana lagi?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Baitul Maqdis.” Aku bertanya, “Berapa lamakah jarak di antara keduanya? Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Empat puluh tahun,” hingga akhir hadis.
Ibnu Hibban menduga bahwa jarak masa antara Nabi Sulaiman —yang menurutnya dialah yang membangun Baitul Maqdis, padahal kenyataannya dia hanya merenovasi dan memperbaharuinya sesudah mengalami banyak kerusakan, lalu dia menghiasinya dengan berbagai macam hiasan— dengan Nabi Ibrahim adalah empat puluh tahun. Pendapat ini merupakan salah satu pendapat Ibnu Hibban yang menjadi bumerang baginya, karena sesungguhnya jarak di antara Nabi Ibrahim dan Nabi Sulaiman lebih dari ribuan tahun.
Lagi pula sesungguhnya wasiat Ya’qub kepada anak-anaknya akan disebutkan dalam ayat berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa Ya’qub adalah termasuk orang yang berwasiat (bukan orang yang menerima wasiat. Dengan kata lain, bacaan rafa’-lah yang lebih kuat, yaitu Ya’qubu).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam.
Artinya, berbuat baiklah selama kalian hidup, dan berpegang teguhlah kalian kepada agama ini agar kalian diberi rezeki wafat dengan berpegang teguh padanya, karena sesungguhnya manusia itu biasanya meninggal dunia dalam keadaan memeluk agama yang dijalankannya, dan kelak dibangkitkan berdasarkan agama yang ia bawa mati. Sesungguhnya Allah telah memberlakukan kebiasaan-Nya, bahwa barang siapa yang mempunyai tujuan baik, maka Dia akan menuntunnya ke arah kebalkan itu dan memudahkan jalan baginya ke arah kebaikan. Barang siapa yang berniat melakukan kesalehan, maka Allah akan meneguhkannya dalam kesalehan itu. Hal ini tidaklah bertentangan dengan sebuah hadis sahih yang mengatakan:
Sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dia dan surga hanya tinggal satu depa lagi atau satu hasta lagi, tetapi takdir menghendaki yang lain, akhirnya dia melakukan amal perbuatan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak amara dia dan neraka hanya tinggal satu depa atau satu hasta lagi, tetapi takdir menghendaki yang lain, maka akhirnya dia mengamalkan amalan ahli surga dan masuklah ia ke dalam surga.
Dikatakan tidak bertentangan karena di dalam riwayat yang lain dari hadis ini dijelaskan bahwa amal perbuatan ahli surga itu menurut apa yang tampak di mata manusia, dan amal ahli neraka tersebut menurut apa yang tampak di mata manusia. Karena sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman dalam ayat lainnya, yaitu:
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (Al-Lail: 5-10)
Tafsir Ayat:
يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu.” Maksudnya, Allah telah menjadikannya untuk kalian dan memilihnya bagi kalian sebagai kasih sayang dan berlaku baik kepada kalian, maka laksanakanlah, tunaikanlah syariat-syariatnya, hiasilah diri kalian dengan akhlak-akhlaknya hingga kalian senantiasa seperti itu, dan tidaklah kematian itu mendatangi dirimu kecuali kalian masih berpedoman padanya, karena barangsiapa yang hidup dengan suatu ajaran, niscaya dia akan meninggal dengan ajaran tersebut, dan barangsiapa yang meninggal dengan suatu ajaran, niscaya dia akan dibangkitkan dengan ajaran tersebut.
Salah satu faktor yang membuat kedudukan nabi ibrahim tinggi di dunia dan akhirat adalah islam, yaitu penyerahan diri sepe nuhnya kepada Allah. Dan ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, ismail dan ishak. Demikian pula yakub, ia berwasiat kepada anak-anaknya, wahai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim yang berserah diri. Orang-orang yahudi berkata kepada rasulul lah, tidakkah engkau tahu bahwa yakub’yang juga disebut israil’menjelang kema tiannya berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama yahudi’ untuk menjawab hal itu Allah menurunkan ayat ini. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput yakub, ketika dia berkata kepada anakanaknya, apa yang kamu sembah sepeninggalku’ tentu orang-orang yahudi itu tidak menyaksikan nya, sehingga ucapan mereka hanya dusta belaka. Menjawab pertanyaan nabi yakub, mereka, yakni anak-anak nabi yakub, menjawab, kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu yaitu ibrahim, ismail, dan ishak, yaitu tuhan yang maha esa, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya. (lihat: surah a’li imra’n/ 3: 84).
Al-Baqarah Ayat 132 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 132, Makna Al-Baqarah Ayat 132, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 132, Al-Baqarah Ayat 132 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 132
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)