{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 200.
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ﴿٢٠٠﴾
fa iżā qaḍaitum manasikakum fażkurullāha każikrikum ābā`akum au asyadda żikrā, fa minan-nāsi may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā wa mā lahụ fil-ākhirati min khalāq
QS. Al-Baqarah [2] : 200
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.
Bila kalian telah menyempurnakan ibadah kalian dan merampungkan manasik haji kalian, perbanyaklah zikir kepada Allah dan sanjungan kepada-Nya, seperti kalian menyebutkan kebanggaan-kebanggaan leluhur kalian, bahkan lebih besar dari itu. Di antara manusia ada sekelompok orang yang hanya berharap dunia saja, mereka berdoa: “Rabb kami, berikanlah kepada kami kesehatan, harta dan anak-anak di dunia.” Orang-orang ini tidak akan mendapatkan bagian dan balasan di akhirat, karena mereka memang tidak mengharapkannya dan keinginan mereka hanya terbatas pada dunia saja.
Allah memerintahkan banyak berzikir kepada-Nya sesudah menunaikan manasik dan merampungkannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…sebagaimana kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian.
Para ulama berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut Ibnu Jarir, dari Ata, disebutkan bahwa yang dimaksud ialah seperti ucapan seorang anak kecil kepada ayah dan ibunya. Yakni seperti anak kecil menyebut-nyebut ayah dan ibunya. Dengan kata lain, demikian pula kalian, maka sebut-sebutlah Allah dalam zikir kalian sesudah menunaikan semua manasik.
Sa’id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Jahiliah di masa lalu melakukan wuquf dalam musim haji dan seseorang dari mereka mengatakan bahwa ayahnya dahulu suka memberi makan dan menanggung beban serta menanggung diat orang lain. Tiada yang mereka sebut-sebut selain dari perbuatan bapak-bapak mereka. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu:
Maka berzikiriah dengan menyebut Allah, sebagaimana kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa As-Saddi meriwayatkan dari Anas ibnu Malik, Abu Wail, dan Ata ibnu Abu Rabbah menurut salah satu pendapatnya, juga Sa’id ibnu Jubair, serta Ikrimah menurut salah satu riwayatnya, juga Mujahid, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad ibnu Ka’b, dan Muqatil ibnu Hayyan hal yang semisal dengan riwayat di atas. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Jama’ah.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah anjuran untuk banyak berzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Karena itu, maka lafaz asyadda dibaca nasab sebagai tamyiz. Bentuk lengkapnya ialah seperti kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian atau bahkan lebih banyak lagi dari itu. Huruf au dalam ayat ini menunjukkan pengertian merealisasikan persamaan dalam berita. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:
hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (Al Baqarah:74)
mereka (orang-orang munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. (An Nisaa:77)
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (As-Saffat: 147)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An Najm:9)
Au di sini bukan menunjukkan makna syak (ragu), melainkan untuk merealisasikan subyek berita seperti apa adanya atau lebih banyak dari itu.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan petunjuk kepada mereka untuk berdoa kepada-Nya sesudah banyak berzikir kepada-Nya, karena keadaan seperti itu sangat dekat untuk diperkenankan. Dan Allah mencela orang yang tidak mau meminta kepada-Nya kecuali hanya mengenai urusan duniawinya, sedangkan urusan akhiratnya dia kesampingkan. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Maka di antara manusia ada orang yang mendoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.
Yang dimaksud dengan khalaq ialah bagian, yakni tiada keberuntungan baginya di akhirat nanti. Di dalam kalimat ini terkandung makna celaan dan menanamkan rasa antipati terhadap perbuatan seperti itu.
Sa’id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dahulu ada suatu kaum dari kalangan orang-orang Arab datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdoa, “Ya Allah, jadikanlah tahun ini tahun yang penuh dengan hujan, tahun kesuburan, dan tahun banyak anak yang baik-baik,” mereka tidak menyinggung permintaan untuk akhiratnya barang sedikit pun. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
Maka di antara manusia ada yang mendoa, “Ya Tuhan kami, berikanlah kami (kebaikan) di dunia,” dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.
200-202. Kemudian Allah mengabarkan tentang keadaan para makhluk, bahwasanya mereka memohon kebutuhan-kebutuhan mereka kepada Allah, berlindung kepadaNya dari segala yang membahayakan mereka, akan tetapi niat dan maksud mereka berbeda-beda, diantara mereka “ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia’.” Maksudnya, ia memohon kepadaNya kenikmatan kenikmatan dunia yang merupakan keinginan dirinya, namun ia tidak mendapatkan bagian di akhirat, karena ia membencinya dan mencukupkan cita-citanya hanya sebatas dunia. Di antara mereka ada yang berdoa kepada Allah demi kemaslahatan dunia dan akhirat, dan ia butuh kepadanya dalam kepentingan kepentingan agama dan dunianya. Maka setiap dari kelompok pertama dan kelompok kedua memiliki hasil dari apa yang telah mereka kerjakan dan usahakan, dan Allah akan memberikan balasannya sesuai dengan perbuatan, cita-cita, dan niat mereka dengan balasan yang berdasarkan kepada keadilan dan kemuliaan, di mana Dia dipuji dengan pujian yang paling sempurna dan paling lengkap karenanya. Ayat ini merupakan dalil bahwa Allah mengabulkan doa setiap orang, baik muslim maupun kafir atau fasik. Akan tetapi pengabulan doa orang itu bukanlah sebuah tanda bagi kecintaanNya terhadap orang tersebut dan kedekatanNya padanya, kecuali dalam permohonan yang berhubungan dengan akhirat dan kepentingan kepentingan agama. Dan kebaikan yang diharapkan di dunia, termasuk dalam hal itu adalah segala yang sangat baik kejadiannya bagi seorang hamba, seperti rizki yang lancar, luas, dan halal, istri yang sholihah, anak yang merupakan penyejuk mata, ketenangan, ilmu yang berguna, amalan yang shalih, dan semacamnya dari segala macam permohonan yang dicintai dan dibolehkan. Adapun kebaikan di akhirat adalah selamat dari siksaan kubur, padang mahsyar, dan api neraka, memperoleh keridhoan Allah, mendapatkan kenikmatan yang abadi, dekat dengan Robb yang maha penyayang hingga doa ini menjadi doa yang paling lengkap, paling sempurna dan paling utama untuk didahulukan. Oleh karena itulah nabi memperbanyak doa dengannya dan senantiasa menganjurkan umatnya untuk berdoa dengannya.
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji seperti tawaf, sai, wukuf di arafah, bermalam di muzdalifah, melempar jamrah, tahalul, dan tawaf wada’, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu dalam tradisi jahiliah dengan khidmat, khusyuk, dan takzim; bahkan berzikirlah kepada Allah dengan lebih takzim dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, ya tuhan kami! berilah kami kebaikan di dunia, seperti hidup yang sehat, harta yang banyak, dan keturunan yang cerdas sehingga terhormat dan bermartabat, tetapi di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun karena tidak beriman dan beramal saleh
Al-Baqarah Ayat 200 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 200, Makna Al-Baqarah Ayat 200, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 200, Al-Baqarah Ayat 200 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 200
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)