{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 260.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَـٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٢٦٠﴾
wa iż qāla ibrāhīmu rabbi arinī kaifa tuḥyil-mautā, qāla a wa lam tu`min, qāla balā wa lākil liyaṭma`inna qalbī, qāla fakhuż arba’atam minaṭ-ṭairi fa ṣur-hunna ilaika ṡummaj’al ‘alā kulli jabalim min-hunna juz`an ṡummad’uhunna ya`tīnaka sa’yā, wa’lam annallāha ‘azīzun ḥakīm
QS. Al-Baqarah [2] : 260
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Dan ingatlah wahai Rasul permintaan Ibrahim kepada Rabb-nya agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan. Maka Allah bertanya kepadanya, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Sudah. Akan tetapi aku memohon hal itu untuk menambah keyakinan di atas keyakinanku.” Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung, kumpulkanlah dan sembelihlah lalu potong-potonglah ia, kemudian letakkan sebagian darinya di setiap gunung, lalu panggillah mereka niscaya mereka akan datang saat itu juga.” Lalu Ibrahim melakukan dan memanggil, burung-burung itu hadir seperti sedia kala. Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya, Maha Bijaksana dalam perkataan, perbuatan, syariat dan takdir-Nya.
Mereka menyebutkan beberapa penyebab yang mendorong Ibrahim a.s. bertanya seperti itu, antara lain ialah ketika ia berkata kepada Namrud, yang perkataannya itu disitir oleh firman-Nya:
Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
Maka Nabi Ibrahim ingin agar pengetahuannya yang berdasarkan keyakinan itu menjadi meningkat kepada pengetahuan yang bersifat ‘ainul yaqin dan ingin menyaksikan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Untuk itulah ia berkata dalam ayat ini:
Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berfirman, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya.”
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sehubungan dengan ayat ini, yaitu:
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah dan Sa’id dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Kami lebih berhak untuk ragu ketimbang Nabi Ibrahim, ketika ia berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Harmalah ibnu Yahya, dari Wahb dengan lafaz yang sama.
Yang dimaksud dengan istilah syak (ragu) dalam hadis ini bukanlah seperti apa yang dipahami oleh orang-orang yang tidak berilmu mengenainya, tanpa ada yang memperselisihkannya. Sesungguhnya pemahaman tersebut telah dijawab oleh banyak sanggahan yang mematahkan alasannya.
Sehubungan dengan pembahasan ini, pada salinan yang ada di tangan kami terdapat komentar. Dan sehubungan dengan masalah ini kami akan mengemukakan apa yang dikatakan oleh Al-Bagawi demi melengkapi pembahasan ini. Al-Bagawi mengatakan bahwa Muhammad ibnu Ishaq ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Ibrahim (yaitu Ismail ibnu Yahya Al-Muzani) bahwa ia pernah mengatakan sehubungan dengan makna hadis ini, sebenarnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak ragu —begitu pula Nabi Ibrahim a.s.— mengenai masalah bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati. Melainkan keduanya merasa ragu apakah permohonan keduanya diperkenankan untuk hal tersebut.
Abu Sulaiman Al-Khattabi mengatakan sehubungan dengan sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan: Kami lebih berhak untuk ragu ketimbang Ibrahim. Di dalam ungkapan ini tidak terkandung pengakuan keraguan atas dirinya dan tidak pula atas diri Nabi Ibrahim, melainkan justru mengandung pengertian yang menghapuskan keraguan tersebut dari keduanya. Seakan-akan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkata, “Jika aku tidak ragu tentang kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam menghidupkan kembali orang-orang mati, maka Ibrahim lebih berhak untuk tidak ragu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengungkapkan demikian sebagai rasa rendah diri dan sopan santunnya kepada Nabi Ibrahim.
Demikian pula sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Seandainya aku tinggal di dalam penjara selama Nabi Yusuf tinggal di penjara, niscaya aku mau memenuhinya.
Di dalam pembahasan ini terkandung pemberitahuan bahwa masalah yang dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. tidak diungkapkannya dari segi perasaan ragu, melainkan dari segi ingin menambah ilmu dengan melalui kesaksian mata. Karena sesungguhnya kesaksian mata itu dapat memberikan pengetahuan dan ketenangan hati lebih daripada pengetahuan yang didasari hanya oleh teori.
Menurut suatu pendapat, ketika ayat ini (Al Baqarah:260) diturunkan, ada segolongan kaum yang mengatakan, “Nabi Ibrahim ragu, sedangkan Nabi kita tidak ragu.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengucapkan sabdanya yang telah disebutkan di atas sebagai ungkapan rasa rendah diri dan bersopan santun kepada Nabi Ibrahim a.s. sehingga beliau mendahulukan Nabi Ibrahim atas dirinya sendiri.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu potong-potonglah burung-burungt itu olehmu.”
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai jenis keempat burung itu, sekalipun tiada faedahnya menentukan jenis-jenisnya, karena seandainya hal ini penting, niscaya Al-Qur’an akan menycbutkannya dengan keterangan yang jelas.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia pernah mengatakan, “Keempat burung tersebut terdiri atas burung Garnuq, burung merak, ayam jago, dan burung merpati.”
Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Ibrahim mengambil angsa, anak burung unta, ayam jago, dan burung merak.
Mujahid dan Ikrimah mengatakan bahwa keempat burung tersebut adalah merpati, ayam jago, burung merak, dan burung gagak.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan potong-potonglah burung-burung itu olehmu.
Yakni memotong-motongnya (sesudah menyembelihnya). Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Abu Malik, Abul Aswad Ad-Duali, Wahb ibnu Munabbih, Al-Hasan, As-Saddi, serta lain-lainnya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
…dan ikatlah burung-burung itu olehmu.
Setelah burung-burung itu diikat, maka Nabi Ibrahim menyembelihnya, kemudian menjadikan tiap bagian dari burung-burung itu pada tiap bukit.
Mereka menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim menangkap empat ekor burung, lalu menyembelihnya, kemudian memotong-motongnya, mencabuti bulu-bulunya, dan mencabik-cabiknya. Setelah itu sebagian dari burung-burung itu dicampuradukkan dengan sebagian yang lain. Kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dan menaruh sebagian darinya pada tiap bukit. Menurut suatu pendapat adalah empat buah bukit, dan menurut pendapat yang lain tujuh buah bukit. Ibnu Abbas mengatakan, Nabi Ibrahim memegang kepala keempat burung itu pada tangannya. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memerintahkan kepada Ibrahim agar memanggil burung-burung itu. Maka Ibrahim memanggil burung-burung itu seperti apa yang diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Nabi Ibrahim melihat bulu-bulu burung-burung tersebut beterbangan ke arah bulu-bulunya, darah beterbangan ke arah darah-nya, dan daging beterbangan ke arah dagingnya, masing-masing bagian dari masing-masing burung bersatu dengan bagian lainnya, hingga masing-masing burung bangkit seperti semula, lalu datang kepada Ibrahim dengan berlari, dimaksudkan agar lebih jelas dilihat oleh orang yang meminta kejadian tersebut. Lalu masing-masing burung datang mengambil kepalanya yang ada di tangan Nabi Ibrahim a.s. Apabila Nabi Ibrahim mengulurkan kepala yang bukan milik burung yang bersangkutan, burung itu menolak, dan jika Ibrahim mengulurkan kepala yang menjadi milik burung bersangkutan, maka menyatulah kepala itu dengan tubuhnya berkat kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Yakni Mahaperkasa, tiada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang menghalang-halangi-Nya, semua yang dikehendaki-Nya pasti terjadi tanpa ada yang mencegah-Nya, karena Dia Mahamenang atas segala sesuatu, lagi Mahabijaksana dalam semua firman, perbuatan, syariat serta kekuasaan-Nya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Ayyub sehubungan dengan firman-Nya:
…tetapi agar bertambah tetap hati saya., Bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Tiada suatu ayat pun di dalam Al-Qur’an yang lebih aku harapkan selain darinya (Al Baqarah:260).”
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia pernah mendengar Zaid ibnu Ali menceritakan asar berikut dari Sa’id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Abbas dan Abdullah ibnu Amr ibnul As sepakat mengadakan pertemuan, saat itu kami berusia muda. Salah seorang dari keduanya berkata yang lainnya, “Ayat apakah di dalam Kitabullah yang paling diharapkan olehmu untuk umat ini?” Maka Abdullah ibnu Amr membacakan firman-Nya:
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (Az-Zumar 53)
Ibnu Abbas berkata, “Jika kamu mengatakan itu, maka aku katakan bahwa ayat yang paling kuharapkan dari Kitabullah untuk umat ini ialah ucapan Nabi Ibrahim,” yaitu:
“Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?” Allah berfirman, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh Katib Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Salamah, dari Amr, telah menceritakan kepadaku Ibnul Munkadir, bahwa ia pernah bersua dengan Abdullah ibnu Abbas dan Abdullah ibnu Amr ibnul عَلَيْهِ السَلاَمُ Lalu Abdullah ibnu Abbas berkata kepada Ibnu Amr ibnul As, “Ayat Al-Qur’an apakah yang paling kamu harapkan menurutmu?” Abdullah ibnu Amr membacakan firman-Nya: Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Az Zumar:53), hingga akhir ayat Maka Ibnu Abbas berkata, “Tetapi menurutku adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?’ Allah berfirman, ‘Apakah kamu belum percaya?’ Ibrahim menjawab, ‘Saya telah percaya.’ (Al Baqarah:260), hingga akhir ayat.” Allah rida kepada Ibrahim setelah dia mengatakan bala (saya telah percaya). Hal ini terjadi setelah timbul keinginan itu di dalam hatinya dan setan mengembuskan godaan kepadanya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui Abu Abdullah, yaitu Muhammad ibnu Ya’qub ibnul Ahzam, dari Ibrahim ibnu Abdullah As-Sa’di, dari Bisyr ibnu Umar Az-Zahrani, dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Selanjutnya Imam Hakim mengatakan bahwa sanad asar ini sahih, padahal keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
(260) Sedangkan bukti nyata yang lain, adalah bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata seraya memohon kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ agar memper-lihatkan untuknya bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ menghidupkan yang sudah mati. Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman kepadanya, اَوَلَمْ تُؤْمِنْ “Belum yakinkah kamu?” untuk menghilangkan syubhat (keragu-raguan) pada ke-kasihNya, (Nabi Ibrahim). Dia قَالَ “berkata,” yakni Ibrahim ‘alaihissalam, بَلٰى “Tentu aku telah meyakininya” wahai Rabb, sungguh saya telah beriman bahwa Engkau Kuasa atas segala sesuatu, dan Engkau menghidupkan yang telah mati dan Engkau akan membalas semua amal hamba-hamba. Akan tetapi saya ingin agar hatiku tenang dan agar saya sampai kepada derajat keyakinan yang sebenar-benarnya.
Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ menjawab permohonannya sebagai kemuliaan baginya dan rahmat bagi hamba-hambaNya, فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ”(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,” dan tidak dijelaskan burung apakah itu. Ayat ini bisa terjadi dengan jenis burung apa pun dan itulah yang dikehendaki, فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ “lalu cincanglah semuanya olehmu,” artinya, kumpulkanlah dan sembelihlah mereka dan cincanglah mereka. ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Maka Nabi Ibrahim melakukan itu, dan beliau memisah-misahkan bagian-bagiannya pada beberapa gunung yang ada di sekitarnya lalu beliau memanggil mereka dengan nama-nama mereka dan akhirnya mereka kembali kepadanya dengan sangat cepat. Karena kata سَعْيًا berarti cepat, dan bukanlah yang dimaksud-kan burung-burung itu datang dengan berjalan dengan kaki-kaki mereka, akan tetapi mereka datang dengan terbang dalam kondisi hidup yang paling sempurna.
Allah جَلَّ جَلالُهُ mengkhususkan burung dalam hal itu karena meng-hidupkan mereka lebih mantap dan lebih jelas dari selain mereka. Demikian juga dalam hal ini Allah جَلَّ جَلالُهُ menghilangkan semua dugaan yang batil yang terbersit dalam hati orang yang membantah. Maka menjadikan jumlah mereka empat ekor, mencincang-cincang mereka, dan meletakkan setiap bagian itu di atas gunung-gunung, agar hal itu nampak nyata dan jelas hingga dapat disaksikan dari dekat maupun dari jauh, dan menjauhkan potongan-potongan dengan jarak yang banyak agar tidak dikira bahwa hal itu adalah sebuah tindakan tipu daya. Dan Allah جَلَّ جَلالُهُ juga memerintahkan kepa-danya agar memanggil mereka hingga mereka datang dengan segera. Maka ayat ini menjadi bukti-bukti nyata yang paling besar terhadap kesempurnaan kemuliaan Allah جَلَّ جَلالُهُ dan hikmahNya.
Dalam ayat ini terdapat peringatan bahwa kebangkitan itu menunjukkan keperkasaan Allah جَلَّ جَلالُهُ, hikmahNya, keagunganNya, luasnya kekuasaanNya, kesempurnaan keadilan dan karuniaNya.
Dan bukti lain dari kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan adalah ketika ibrahim berkata, ya tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman dengan balik bertanya, belum percayakah engkau’ dia, nabi ibrahim, menjawab, tidak! aku percaya, tetapi aku minta diperlihatkan agar dengan hal itu keyakinanku bertambah sehingga hatiku semakin tenang dan mantap. Nabi ibrahim bukannya meragukan kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan; dia hanya ingin tahu prosesnya. Allah mengabulkan permintaan ibrahim. Dia berfirman, kalau begitu, ambillah empat ekor burung yang berbeda jenisnya; sembelihlah, lalu cincanglah olehmu, kemudian campurlah cincangannya dan letakkan di atas masingmasing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Cincangan-cincangan burung kembali menyatu, hidup seperti sediakala, dan terbang dengan cepat ke arah nabi ibrahim. Ketahuilah, Allah mahaperkasa, tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya, mahabijaksana dalam segala ucapan, perbuatan, ajaran dan ketetapan-Nya. Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati, Allah beralih menjelaskan permisalan terkait balasan yang berlipat ganda bagi orang yang berinfak di jalan Allah. Perumpamaan keadaan yang sangat mengagumkan dari orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan tulus untuk ketaatan dan kebaikan, seperti keadaan seorang petani yang menabur benih. Sebutir biji yang ditanam di tanah yang subur menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji sehingga jumlah keseluruhannya menjadi tujuh ratus. Bahkan Allah terus melipatgandakan pahala kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih bagi siapa yang dia kehendaki sesuai tingkat keimanan dan keikhlasan hati yang berinfak. Dan jangan menduga Allah tidak mampu memberi sebanyak mungkin, sebab Allah mahaluas karunia-Nya. Dan jangan menduga dia tidak tahu siapa yang berinfak di jalan-Nya dengan tulus, sebab dia maha mengetahui siapa yang berhak menerima karunia tersebut, dan maha mengetahui atas segala niat hamba-Nya.
Al-Baqarah Ayat 260 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 260, Makna Al-Baqarah Ayat 260, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 260, Al-Baqarah Ayat 260 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 260
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)