{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 33.
۞ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿٣٣﴾
innallāhaṣṭafā ādama wa nụḥaw wa āla ibrāhīma wa āla ‘imrāna ‘alal-‘ālamīn
QS. Ali ‘Imran [3] : 33
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing),
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran dan menjadikan mereka orang-orang yang terbaik di zaman mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitakan bahwa Dia memilih keluarga-keluarga tersebut atas semua penduduk bumi. Allah memilih Adam a.s., untuk itu Dia menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya, dan meniupkan ke dalam tubuh Adam sebagian dari roh-Nya, memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu, dan menempatkannya di dalam surga, kemudian menurunkannya dari surga karena hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memilih Nuh a.s. dan menjadikannya sebagai rasul pertama untuk penduduk bumi, di saat manusia mulai menyembah berhala dan mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah mengenainya. Kemudian Allah membela Nuh a.s. setelah lama masa tinggalnya di kalangan kaumnya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam hari, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan. Akan tetapi, ternyata usahanya itu tidak menambah dekat kepada mereka, kecuali makin jauh. Maka Nuh a.s. berdoa untuk kebinasaan mereka, dan akhirnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menenggelamkan mereka semua hingga tidak ada seorang pun yang selamat kecuali orang-orang yang mengikuti agama yang diutus oleh Allah kepadanya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memilih keluarga Ibrahim yang dari kalangan mereka lahir penghulu manusia, penutup semua nabi (yaitu Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memilih keluarga Imran, yang dimaksud dengan Imran dalam ayat ini ialah orang tua Maryam, ibu Nabi Isa a.s.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa dia adalah Imran ibnu Yasyim ibnu Misya ibnu Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu Rukhai’am ibnu Sulaiman ibnu Daud a.s. Isa termasuk salah seorang dari keturunan Nabi Ibrahim a.s., seperti yang akan dijelaskan nanti dalam surat Al-An’am.
(33-55) Allah memiliki hamba-hamba pilihan dari seluruh hamba-hambaNya. Dia memilih mereka, memilah mereka dan mengaruniakan atas mereka keutamaan-keutamaan yang tinggi, sifat-sifat yang luhur, ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang shalih, dan keistimewaan-keistimewaan yang bermacam-macam. Dan Allah menyebutkan keluarga-keluarga besar tersebut dan apa yang di dalamnya berupa manusia-manusia agung yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan bahwasanya keutamaan dan kebaikan itu telah diwariskan secara turun temurun oleh anak cucu mereka, yang mencakup laki-laki maupun wanita di antara mereka.
Ini merupakan karuniaNya yang paling utama dan tempat-tempat kemurahan dan kebaikanNya yang paling utama, وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۚ “dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” Dia menge-tahui siapa yang berhak menerima keutamaan dan penghormatan, hingga Dia meletakkan keutamaanNya itu yang didasari oleh hik-mahNya yang pasti. Ketika Allah menetapkan keagungan keluarga tersebut lalu Allah menyebutkan kisah Maryam dan putranya, Isa ‘alaihissalam, dan bagaimana turun temurunnya dari keluarga yang mulia ini, dan bagaimana silih bergantinya keadaan keduanya dari awal hingga akhirnya, dan bahwa istri Imran berkata seraya tunduk kepada Rabbnya dengan mendekatkan diri kepadaNya dengan persembahan yang Dia cintai, yang mengandung pengagungan terhadap rumahNya dan konsistensi dalam ketaatanNya, (istri Imran berkata), اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا “Sesungguhnya aku mena-dzarkan kepadaMu anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis),” yakni, sebagai pelayan bagi rumah ibadah yang dipenuhi dengan ahli-ahli ibadah. فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ”Karena itu terimalah (nadzar) itu dari padaku,” yakni perbuatan ini, maksudnya, jadikanlah ia di atas dasar keimanan dan keikhlasan yang membuahkan kebaikan dan pahala. اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ “Se-sungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ “Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan;’ dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” Seolah-olah dalam perkataan ini menyim-pan makna ketundukan dan jiwa yang pasrah, di mana nadzarnya itu didasari oleh harapan anak itu adalah laki-laki yang memiliki kekuatan dan pelayanan, serta pelaksanaan terhadap hal itu seba-gaimana yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang kuat, se-dangkan anak wanita tidak seperti itu, lalu Allah menguatkan hatinya dan menerima nadzarnya.
Anak wanita itu bahkan menjadi lebih sempurna dan lebih baik dari kebanyakan anak laki-laki, bahkan dari mayoritas mereka, lalu maksud-maksud yang dikehendaki tercapai dengan lebih baik daripada yang diperoleh oleh anak laki-laki. Oleh karena itu, Allah berfirman, فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ “Maka Rabbnya meneri-manya (sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik.” Artinya ia dididik dengan didikan yang mengagumkan, baik agama, akhlak maupun bahasanya, di mana dengannya sempurnalah kondisinya, baiklah perkataan dan perbuatannya, kesempurnaannya tumbuh padanya, lalu Allah memudahkannya dengan Zakaria sebagai pemeliharanya. Ini meru-pakan karunia Allah atas hambaNya yaitu menjadikan orang yang menjadi pemeliharanya dari orang-orang yang terbaik dan shalih.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ memuliakan Maryam dan Zakaria di mana Allah memudahkan bagi Maryam rizki yang diperoleh tanpa keringat dan lelah, hal itu adalah sebuah karamah sebagai kemuliaan dari Allah untuknya, karena كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ “setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab,” yakni tempat untuk ibadah, dan di sini terkandung isyarat akan banyaknya shalat yang dilaku-kan Maryam dan konsistensinya terhadap tempat ibadah tersebut, وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ “maka dia mendapati makanan di sisinya” dengan nikmat dan tersedia. Zakaria berkata, يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?”
قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ “Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab.”
Ketika Zakaria menyaksikan kondisi tersebut, kebaikan dan seperti itulah kasih Allah terhadap Maryam, maka itu mengingat-kan dirinya untuk memohon kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ seorang anak laki-laki, dalam kondisinya yang hampir putus asa seraya berkata, رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”
فَنَادَتْهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَهُوَ قَاۤىِٕمٌ يُّصَلِّيْ فِى الْمِحْرَابِۙ اَنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيٰى مُصَدِّقًاۢ بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ “Ke-mudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab, (katanya), ‘Sesungguhnya Allah menggem-birakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu), Yahya, yang mem-benarkan kalimat (yang datang) dari Allah,” yakni, namanya (Yahya), dan kalimat yang datangnya dari Allah adalah Isa Ibnu Maryam, berita gembira itu adalah dengan Nabi yang mulia tersebut yang mengandung juga berita gembira dengan Isa Ibnu Maryam, sebagai pembenaran dan kesaksian tentang kerasulannya.
Kalimat tersebut dari Allah, merupakan kalimat yang mulia di mana Allah mengkhususkan Isa Ibnu Maryam dengannya, bila tidak demikian, maka kalimat itu merupakan salah satu kalimatNya di mana dengannya Allah menciptakan segala makhluk, sebagai-mana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ “Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemu-dian Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah’ (seorang manusia), maka jadi-lah dia.” (Ali Imran: 59).
Dan FirmanNya, وَسَيِّدًا وَّحَصُوْرًا “(sebagai) panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu).” Artinya yang menjadi obyek berita gembira itu adalah Yahya yang merupakan panutan dari Rasul-rasul yang mulia dan yang terhormat, dan menahan diri (hashur), artinya, yang tidak bisa punya anak dan tidak berkehendak kepada wanita. Pendapat lain mengatakan orang yang dijaga dan diselamatkan dari dosa dan hawa nafsu yang menjerumuskan, dan yang terakhir inilah yang paling sesuai dari kedua makna tersebut. وَّنَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ”Dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shalih”, maksud-nya, orang-orang yang mencapai puncak kebaikan yang tinggi.
قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَاَتِيْ عَاقِرٌ ۗ “Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?'” Kedua hal itu merupakan penghalang, karena itu dari jalan manakah wahai Tuhan, saya mendapatkan anak tersebut padahal ada penghalangnya? قَالَ كَذٰلِكَ اللّٰهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ “Allah berfirman, ‘Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendakiNya’.” Bahwasanya sebagaimana telah berlaku hikmah-Nya dengan berjalannya segala sesuatu itu menurut sebab-sebabnya yang wajar, maka Allah juga terkadang merubah (hukum alam) tersebut karena Allah Maha Berbuat apa yang dikehendakiNya, di mana segala sebab telah patuh pada kekuasaanNya, kehendakNya dan keinginanNya terealisasikan padanya, dan tidak ada suatu sebab pun yang bisa menyalahi titahNya walaupun memiliki ke-kuatan yang besar sekalipun.
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗ “Berkata Zakaria, ‘Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)’,” agar saya mendapatkan kebahagiaan dan rasa senang, walaupun sebenarnya saya yakin akan apa yang Engkau kabarkan wahai Rabbku. Akan tetapi agar jiwa ini senang dan hati ini tenang dengan pendahuluan-pendahuluan rahmat dan kasih sayang.
قَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ اِلَّا رَمْزًا ۗ “Allah berfirman, ‘Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat’,” dan dalam masa itu, وَاذْكُرْ رَّبَّكَ كَثِيْرًا وَّسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ ࣖ “Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertas-bihlah di waktu petang dan pagi hari,” yakni, awal hari dan di akhir-nya. Zakaria terlarang dari berbicara dengan orang lain pada masa tersebut, dan itu sesuai untuk didapatkannya seorang anak dari seorang suami yang telah tua dan istri yang mandul, keadaannya yang tidak mampu berbicara dengan orang lain padahal lisannya lancar berdzikir kepada Allah dan memujiNya adalah merupakan tanda yang lain. Maka ketika itulah ia mendapat kebahagiaan dan kesenangan tersebut, lalu ia bersyukur kepada Allah, dan ia mem-perbanyak dzikir dan tasbih pada saat petang maupun pagi hari.
Dan anak bayi tersebut merupakan berkah dari Maryam binti Imran terhadap Zakaria. Karena apa yang Allah karuniakan atas Maryam berupa rizki yang banyak yang hadir tanpa hisab, meng-ingatkannya dan mengobarkannya untuk bermunajat dan memohon. Sedang Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah Maha Memberi penyebab maupun aki-batnya, namun Allah menentukan beberapa perkara yang disukai, terjadi pada orang yang dicintaiNya, agar Allah mengangkat ke-hormatannya dan melimpahkan pahalanya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ kembali menyebutkan kisah Maryam, yaitu bahwa Maryam itu telah mencapai puncak ibadah dan kesempurnaan, seraya berfirman, وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu’.” Maksudnya, Allah memilihmu dan memberikan kepadamu sifat-sifat yang mulia dan akhlak-akhlak yang luhur, وَطَهَّرَكِ”dan menyucikan kamu” dari akhlak-akhlak yang hina, وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ”dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” Karena itu Rasulullah a bersabda,
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ، وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ. وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ.
“Telah banyak yang mencapai kesempurnaan dari para laki-laki, namun belum mencapai kesempurnaan dari para wanita kecuali Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim dan Khadijah binti Khuwailid; dan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan daging yang dilapisi adonan atas seluruh makanan yang ada.”
Kemudian Malaikat menyeru Maryam atas perintah Allah untuknya agar ia menerima nikmat-nikmat Allah dan ia bersyukur kepada Allah, kemudian menunaikan segala hak-hakNya, dan me-nyibukkan diri untuk melayaniNya. Karena itu malaikat berkata, يٰمَرْيَمُ اقْنُتِيْ لِرَبِّكِ “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu,” artinya, per-banyaklah ketaatan, ketundukan, dan kekhusyu’an kepada Rabbmu lalu konsistenlah atas hal tersebut, وَارْكَعِيْ مَعَ الرَّاكِعِيْنَ “dan rukuklah ber-sama orang-orang yang rukuk,” yakni shalatlah bersama orang-orang yang shalat. Lalu ia menunaikan segala perkara yang diperintahkan hingga ia menjadi mulia dan istimewa dalam kesempurnaannya.
Kisah ini dan kisah-kisah lainnya merupakan dalil yang paling besar atas kerasulan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di mana beliau menga-barkan tentang kisah tersebut secara terperinci lagi autentik yang tidak ada penambahan maupun pengurangan padanya. Semua itu karena ia merupakan wahyu dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, dan bukan karena belajar dari manusia.
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَ ۗوَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يُلْقُوْنَ اَقْلَامَهُمْ اَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَۖ
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam,” yaitu ketika ibunya membawanya kepada kaumnya, lalu mereka berselisih siapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam, karena ia adalah anak wanita pemimpin mereka dan tokoh mereka, sedang mereka semua menginginkan kebaikan dan pahala dari Allah, hingga terjadilah perselisihan yang sengit, yang akhirnya mereka harus mengadakan undian atasnya, lalu mereka melemparkan pena-pena mereka seraya mengundi dan ternyata undian itu jatuh pada Zakaria sebagai suatu rahmat dari Allah untuknya dan untuk anak wanita Imran tersebut.
Maka engkau -wahai Rasul- tidak hadir saat itu hingga eng-kau mengetahuinya dan menceritakannya kepada manusia, akan tetapi Allah yang mengabarkan kepadamu tentang kisah tersebut. Inilah maksud terbesar dari adanya kisah-kisah dalam al-Qur`an yaitu bahwasanya ia menjadi pelajaran bagi manusia. Dan pela-jaran yang paling agung adalah berdalil dengannya atas tauhid, kerasulan, kebangkitan kembali, dari pokok-pokok Agama lainnya.
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, ‘Hai Maryam, se-sungguhnya Allah menggembirakanmu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dariNya, namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)’.” Maksudnya, ia mempunyai kedudukan dan posisi yang agung di dunia dan akhirat di antara para makhluk. Di samping itu, dia termasuk di antara makhluk Allah yang paling dekat kepadaNya dan paling tinggi derajatnya.
Ini merupakan kabar gembira yang tidak dapat disamakan dengan kabar-kabar gembira lainnya. Dan di antara kesempurnaan dari kabar gembira itu adalah bahwa dia وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ “berbicara dengan manusia dalam buaian”, sehingga kemampuan berbicara saat dalam buaian itu merupakan tanda kebesaran di antara tanda-tanda kebesaran Allah dan rahmat dariNya kepada ibunya dan kepada manusia seluruhnya. Demikian juga ia berbicara dengan mereka وَكَهْلًا “ketika sudah dewasa”, yaitu pada saat ia telah besar. Ini merupakan ungkapan kenabian, dakwah, dan bimbingan. Berbicaranya saat dalam buaian merupakan tanda kebesaran dan keterangan yang jelas atas kebenarannya, kenabiannya, dan ter-bebasnya ibunya dari segala sangkaan buruk yang ditudingkan kepadanya. Dan pembicaraannya saat telah dewasa mengandung manfaat yang besar bagi manusia, dan bahwa ia adalah perantara antara manusia dengan Tuhan mereka dalam hal wahyuNya dan penyampaian agama dan syariatNya.
Di samping itu juga ia وَّمِنَ الصّٰلِحِيْنَ “adalah termasuk orang-orang yang shalih”, yakni, orang-orang yang hati mereka diberikan keshalihan oleh Allah dengan mengenal dan mencintaiNya, dan lisan mereka diberikan keshalihan dengan pujian atasNya dan dzikir kepadaNya, dan tubuh mereka diberikan keshalihan dengan ketaatan kepadaNya dan melayaniNya.
Dan FirmanNya, قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ وَلَدٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ ۗ “Maryam berkata, ‘Ya Rabbku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun?'” Ini merupakan perkara yang aneh.
ﮋ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨﮊ “Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya’,” untuk memberitakan kepada hamba-hambaNya bahwa Dia adalah Maha-kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada penghalang bagi kehendak-Nya. اِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ”Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah,’ maka jadilah dia.”
وَيُعَلِّمُهُ الْكِتٰبَ “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab,” yaitu, kitab-kitab terdahulu pada umumnya yang memutuskan hukum di antara manusia, dan Allah memberikan kepadanya ke-nabian lalu Allah menjadikannya وَرَسُوْلًا اِلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ “(sebagai) Rasul kepada Bani Israil.” Allah mengukuhkannya dengan ayat-ayat yang jelas serta dalil-dalil yang tegas di mana dia berkata, اَنِّيْ قَدْ جِئْتُكُمْ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۙ “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu,” yang menjelaskan kepada kalian bahwa aku adalah benar-benar seorang Rasul Allah.
Yang demikian itu, اَنِّيْٓ اَخْلُقُ لَكُمْ مِّنَ الطِّيْنِ كَهَيْـَٔةِ الطَّيْرِ فَاَنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًاۢ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُبْرِئُ الْاَكْمَهَ “bahwa aku membuat untuk kamu dari tanah ber-bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya,” yakni yang kedua matanya cacat, hilang pandangannya dan buta, وَالْاَبْرَصَ وَاُحْيِ الْمَوْتٰى بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ ۙفِيْ بُيُوْتِكُمْ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ “dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demi-kian itu,” yakni hal-hal yang telah disebutkan, لَاٰيَةً لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ “adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Dan (aku datang kepada-mu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku.”
Allah mengukuhkan beliau dengan dua bentuk ayat dan bukti nyata yaitu hal-hal di luar kebiasaan yang tidak mungkin dilaku-kan oleh selain nabi untuk menghadirkannya, juga kerasulan dan dakwah serta agama yang dibawa olehnya yang mana ajaran itu adalah agama Taurat dan agama nabi-nabi sebelumnya. Ini meru-pakan dalil yang paling besar atas kebenaran orang-orang yang benar, karena seandainya ia di antara orang-orang yang dusta, niscaya pasti ia akan menyalahi apa yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya dan akan menyimpang dari mereka dalam masalah-masalah akidah dan hukum-hukum mereka. Dengan demikian diketahuilah bahwa beliau adalah Rasulullah dan bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah benar, yang tidak ada keraguan padanya.
Juga perkataannya, وَلِاُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ حُرِّمَ عَلَيْكُمْ “Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu,” yakni, agar saya meringankan dari kalian beberapa beban dan tanggung jawab. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ “Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia.” Ini adalah ajaran yang di-serukan oleh seluruh Rasul, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya dan taat kepada mereka, dan inilah jalan yang lurus di mana orang yang menempuhnya akan menghantarkannya kepada surga yang penuh nikmat.
Saat itulah sikap kelompok-kelompok Bani Israil terpecah terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam. Di antara mereka ada yang beriman kepada beliau dan mengikuti beliau, dan di antara mereka ada yang kafir kepada beliau, mendustai beliau dan memfitnah ibu beliau sebagai seorang yang melakukan kekejian, sebagaimana (yang dilakukan orang-orang) Yahudi. فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ “Maka tatkala Isa me-ngetahui keingkaran mereka (Bani lsrail)” dan sepakat dalam menolak dakwah beliau, قاَلَ “Isa berkata” seraya menyeru Bani Israil untuk menjadi penolongnya, مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab,” yakni orang-orang yang membela, نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ ۚ “Kamilah peno-long-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikan-lah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
Ini merupakan anugerah Allah atas mereka dan khususnya atas Nabi Isa ‘alaihissalam, di mana Allah telah menjadikan para hawariyyun tersebut beriman kepadaNya, tunduk dalam ketaatan kepadaNya dan membela RasulNya. رَبَّنَآ اٰمَنَّا بِمَآ اَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ ﮊ “Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul.” Ini adalah suatu integritas yang sempurna dalam beriman kepada seluruh hal yang diturunkan oleh Allah dan dalam menaati RasulNya. فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ “Karena itu masuk-kanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi” bagiMu dengan keesaan dan bagi RasulMu dengan kerasulan serta bagi agamaMu dengan kebenaran dan kejujuran.
Adapun orang-orang yang dirasakan oleh Isa ‘alaihissalam penging-karan mereka, sedang mereka itu adalah sebagian besar Bani Israil, maka mereka وَمَكَرُوْا “membuat tipu daya” terhadap Nabi Isa, وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗ “dan Allah membalas tipu daya itu” terhadap mereka, وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ “dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Mereka bersepakat untuk membunuh dan menyalibnya, namun dijadikan buat mereka orang yang serupa dengan Nabi Isa lalu mereka me-nangkap orang yang serupa tersebut, dan Allah berfirman kepada Isa, اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا “Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir.” Lalu Allah mengangkatnya kepadaNya dan membersihkannya dari orang-orang kafir, dan orang-orang kafir itu menyalib orang yang telah mereka bunuh tersebut seraya menduga bahwa orang yang mereka salib itu adalah Isa ‘alaihissalam, dan mereka justru menanggung dosa yang besar.
Dan Isa Ibnu Maryam ‘alaihissalam akan turun kembali di akhir masa umat ini sebagai hakim yang adil, ia akan membunuh babi, meng-hancurkan salib dan ia akan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Orang-orang yang berdusta itu akan mengetahui keterpedayaan dan ketertipuan mereka yaitu bahwa mereka itu telah terpedaya dan tertipu. Dan FirmanNya وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ “Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat.” Yang dimaksud orang-orang yang mengikutinya adalah kelompok yang telah beriman kepada beliau, dan Allah membela mereka atas orang-orang yang menyimpang dari agamaNya. Kemudian ketika umat Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tiba, mereka itu benar-benar mengikutinya hingga Allah me-nguatkan mereka dan membela mereka atas orang-orang yang kafir secara keseluruhan, dan Allah memenangkan mereka dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada mereka.
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.” (An-Nur: 55).
Akan tetapi hikmah Allah itu adil, yaitu bahwasanya hikmah-Nya berlaku bagi siapa yang berpegang teguh dengan Agama, niscaya Allah akan membelanya dengan pembelaan yang nyata, dan bahwa orang yang meninggalkan perintahNya dan melanggar laranganNya, melemparkan syariatNya dan berani lancang berbuat kemaksiatan kepadaNya, niscaya Dia akan menghukumnya dan akan membuat musuh-musuhnya menguasainya. Allah Mahaper-kasa lagi Mahabijaksana. Dan FirmanNya, ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ “Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”
ooo
Kemudian Allah menjelaskan tentang apa yang dilakukanNya terhadap mereka, seraya berfirman,
Setelah Allah menunjukkan siapa yang berhak memperoleh cintanya, maka ayat berikut menjelaskan beberapa sosok yang telah memperoleh cinta Allah. Sesungguhnya Allah dengan pengetahuan-Nya yang bersifat azali telah memilih adam sebagai khalifah-Nya, nuh sebagai penerima syariat pertama, keluarga ibrahim, yaitu ismail, ishak dan keturunannya yang banyak menjadi nabi dan rasul, dan keluarga imran yaitu maryam yang melahirkan anak tanpa bapak, dan isa sebagai rasul bagi bani israil melebihi segala umat pada masa masing-masing. -.
Ali ‘Imran Ayat 33 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 33, Makna Ali ‘Imran Ayat 33, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 33, Ali ‘Imran Ayat 33 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 33
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)