{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 59.
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ ﴿٥٩﴾
inna maṡala ‘īsā ‘indallāhi kamaṡali ādam, khalaqahụ min turābin ṡumma qāla lahụ kun fa yakụn
QS. Ali ‘Imran [3] : 59
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
Perumpamaan penciptaan Allah terhadap Isa tanpa ayah adalah seperti penciptaan Adam tanpa ayah dan tanpa ibu. Karena Allah menciptakannya dari tanah, kemudian berfirman kepadanya, Jadilah manusia maka ia pun jadi. Klaim Isa sebagai Tuhan hanya karena dia diciptakan tanpa ayah adalah klaim batil, Adam diciptakan tanpa ayah dan ibu, sementara semua orang sepakat bahwa dia adalah hamba di antara hamba-hamba Allah.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah.
dalam hal kekuasaan Allah, mengingat Allah menciptakannya tanpa melalui seorang ayah.
…adalah seperti (penciptaan) Adam.
mengingat Allah menciptakannya tanpa melalui seorang ayah dan tanpa ibu, melainkan:
Allah menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah dia.
Tuhan yang menciptakan Adam tanpa melalui ayah dan ibu, jelas lebih mampu menciptakan Isa. Jika ada jalan untuk mendakwakan Isa sebagai anak Tuhan, mengingat ia diciptakan tanpa melalui seorang ayah, maka terlebih lagi terhadap Adam. Akan tetapi, telah dimaklumi secara sepakat bahwa anggapan seperti itu batil, terlebih lagi jika ditujukan kepada Isa a.s., maka lebih batil dan lebih jelas rusaknya.
(59-62) Ketika Allah memberitakan tentang kisah Maryam dan Nabi Isa, dan berita tersebut adalah suatu kebenaran, dan bah-wasanya beliau adalah seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah karunia atasnya, dan bahwa barangsiapa yang menduga bahwa ada suatu sifat ketuhanan padanya, maka sesungguhnya ia telah berdusta terhadap Allah جَلَّ جَلالُهُ , ia telah mendustai seluruh nabi-nabiNya dan mendustai Isa ‘alaihissalam. Sesungguhnya syubhat yang terjangkit pada orang yang menjadikan beliau itu sebagai tuhan (yang disembah) adalah syubhat yang sangat batil. Sekiranya ada sedikit saja kebenaran dalam hal itu, maka pastilah Nabi Adam ‘alaihisslam lebih berhak dikultuskan sebagai tuhan, karena beliau diciptakan tanpa ayah dan ibu. Tapi sekalipun demikian, seluruh manusia bersepakat bahwasanya beliau itu adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah جَلَّ جَلالُهُ , maka klaim ketuhanan Isa ‘alaihissalam yang di-dasari oleh penciptaannya hanya dengan seorang ibu tanpa ayah merupakan klaim yang paling batil dari tuduhan-tuduhan yang ada. Inilah yang haq, yang tidak ada keraguan padanya yaitu bahwa Isa ‘alaihissalam itu adalah sebagaimana yang beliau sendiri katakan tentang dirinya,
مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۚ
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu’.” (Al-Ma`idah: 117).
Datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ delegasi kaum Nasrani daerah Najran (1) di mana mereka bersikeras (ngotot) dalam kebatilan mereka setelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menegakkan atas mereka hujjah-hujjah dan keterangan yang jelas bahwasanya Isa ‘alaihissalam itu adalah seorang hamba Allah dan RasulNya di mana mereka meyakini ketuhanannya. Sikap keras kepala mereka telah sampai pada titik di mana Allah memerintah-kan kepada beliau agar menantang mereka untuk bermubahalah karena sesungguhnya kebenaran itu telah jelas bagi mereka, akan tetapi kedurhakaan dan fanatisme telah menghalangi mereka dari menerima kebenaran tersebut. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menantang me-reka untuk bermubahalah di mana mereka menghadirkan keluarga dan anak-anak mereka dan beliau pun menghadirkan keluarga dan anak-anak beliau kemudian mereka semua berdoa kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ agar menurunkan siksa dan laknatNya atas orang-orang yang berdusta. Kemudian mereka mengadakan musyawarah dahulu apakah mereka menerima tantangan itu, dan akhirnya keputusan mereka sepakat untuk tidak akan meladeni tantangan tersebut karena mereka yakin bahwa beliau itu adalah benar-benar Nabi Allah dan bahwa apabila mereka menerima tantangan itu, pastilah mereka beserta keluarga dan anak-anak mereka akan celaka, maka akhirnya mereka meminta perjanjian damai dengan beliau dengan memberikan kepada beliau bayaran jizyah, lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenerima keputusan mereka tersebut dan tidak mengusir mereka, karena maksud yang diinginkan telah terpenuhi yaitu jelasnya kebenaran. Tampak jelaslah kedurhakaan mereka di mana mereka bersikeras untuk tidak menerima tantangan tersebut, dan hal itu menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.
Oleh karena itulah Allah berfirman, اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ “Se-sungguhnya ini adalah kisah yang benar,” yaitu kisah yang tidak ada keraguan padanya. وَاِنَّ اللّٰهَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ “Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa,” yakni, yang dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya menguasai seluruh makhluk yang tunduk patuh kepadaNya dari penghuni langit dan bumi. Dan bersama itu, Dia الْحَكِيْمُ “Mahabijaksana” Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkannya pada posisinya yang tepat. (1) Kisah tentang delegasi Nasrani daerah Najran diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 4280; Muslim, no. 2420: dari Hudzaifah y, dan hadits itu dikeluarkan juga oleh al-Hakim, 2/594 dan lafazhnya lebih sempurna daripada lafazh al-Bukhari dan Muslim. Lihat ath-Thabaqat, karya Ibnu Sa’d, 1/357 dan ad-Durr al-Mantsur, 2/68.
Setelah Al-Qur’an menjelaskan tentang bukti-bukti kemuliaan isa bin maryam serta sikap pro dan kontra dari kaumnya, maka ayat ini menunjukkan kekeliruan mereka yang menganggap isa sebagai anak tuhan karena terlahir tanpa bapak. Sesungguhnya perumpamaan penciptaan nabi isa tanpa bapak bagi Allah bukanlah sesuatu yang mustahil, seperti penciptaan adam yang terlahir tanpa bapak dan ibu. Dia menciptakannya, nabi isa, sebagaimana adam, dari tanah, kemudian dia berkata kepadanya, jadilah! maka jadilah sesuatu itu. Allah mahakuasa. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya pasti akan terwujud dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya demikian itu, karena kebenaran itu dari tuhanmu, karena itu janganlah engkau, wahai nabi Muhammad, termasuk orang-orang yang ragu terhadap proses penciptaan nabi isa bin maryam.
Ali ‘Imran Ayat 59 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 59, Makna Ali ‘Imran Ayat 59, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 59, Ali ‘Imran Ayat 59 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 59
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)