{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 64.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٦٤﴾
qul yā ahlal-kitābi ta’ālau ilā kalimatin sawā`im bainanā wa bainakum allā na’buda illallāha wa lā nusyrika bihī syai`aw wa lā yattakhiża ba’ḍunā ba’ḍan arbābam min dụnillāh, fa in tawallau fa qụlusy-hadụ bi`annā muslimụn
QS. Ali ‘Imran [3] : 64
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
Katakanlah wahai Rasul kepada Ahli Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani, “Marilah kita semuanya berpegang kepada kalimat yang adil lagi haq, yaitu hendaknya kita mengkhususkan ibadah hanya kepada-Nya dan tidak mengangkat sekutu apapun bersama-Nya, baik berupa patung, berhala, salib, thaghut atau selainnya, dan hendaknya sebagian dari kita tidak memberikan ketaatan kepada sebagian yang lain selain Allah.” Bila mereka berpaling dari seruan yang baik ini, maka katakanlah kepada mereka wahai orang-orang yang beriman, “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang mukmin yang tunduk kepada Tuhan kami dengan ibadah dan keikhlasan.” Kalimat haq ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, sebagaimana ia juga ditujukan kepada orang-orang yang seperti mereka.
Khitab (perintah) ini bersifat umum mencakup semua Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang sealiran dengan mereka.
Katakanlah, “Hat Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat.”
Definisi kalimat ialah sebuah jumlah (kalimat) yang memberikan suatu faedah (pengertian). Demikian pula yang dimaksud dengan kalimat dalam ayat ini. Kemudian kalimat tersebut diperjelas pengertiannya oleh firman selanjutnya, yaitu:
…yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian.
Yakni kalimat yang adil, pertengahan, dan tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian mengenainya. Kemudian diperjelas lagi oleh firman selanjutnya:
…bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun.
Yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, tagut, api atau sesuatu yang selain-Nya, melainkan kita Esakan Allah dengan menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya. Hal ini merupakan seruan yang dilakukan oleh semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami mewahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al Anbiyaa:25)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” (An Nahl:36)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah.
Ibnu Juraij mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagian kita menaati sebagian yang lain dalam bermaksiat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Sedangkan menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sebagian kita bersujud kepada sebagian yang lain.
Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan did (kepada Allah).”
Yakni jika mereka berpaling dari keadilan ini dan seruan ini, hendaklah mereka mempersaksikan kalian bahwa kalian tetap berada dalam agama Islam yang telah disyariatkan oleh Allah untuk kalian.
Kami menyebutkan di dalam syarah Bukhari pada riwayatnya yang ia ketengahkan melalui jalur Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas’ud, dari Ibnu Abbas, dari Abu Sufyan tentang kisahnya ketika masuk menemui kaisar, lalu kaisar menanyakan kepadanya tentang nasab Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sifat-sifatnya, dan sepak terjangnya, serta apa yang diserukan olehnya. Lalu Abu Sufyan menceritakan hal tersebut secara keseluruhan dengan jelas dan apa adanya. Padahal ketika itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum masuk Islam, hal ini terjadi sesudah adanya Perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum penaklukan kota Mekah, seperti yang dijelaskan oleh hadis yang dimaksud. Juga ketika ditanyakan kepadanya, apakah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah berbuat khianat? Maka Abu Sufyan menjawab, “Tidak. Dan kami berpisah dengannya selama suatu masa, dalam masa itu kami tidak mengetahui apa yang dilakukannya.” Kemudian Abu Sufyan mengatakan, “Aku tidak dapat menambahkan suatu berita pun selain dari itu.”
Tujuan utama dari pengetengahan kisah ini ialah bahwa surat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ disampaikan kepada kaisar yang isinya adalah seperti berikut:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dari Muhammad Rasulullah, ditujukan kepada Heraklius, pembesar kerajaan Romawi, semoga keselamatan terlimpah kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du: Maka masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat, dan masuk Islamlah, niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali. Tetapi jika engkau berpaling, maka sesungguhnya engkau menanggung dosa kaum arisin (para petani). Dan di dalamnya disebutkan pula firman-Nya:
Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).”
Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang saja telah menyebutkan bahwa permulaan surat Ali Imran sampai dengan ayat delapan puluh lebih sedikit diturunkan berkenaan dengan delegasi Najran.
Az-Zuhri mengatakan bahwa mereka adalah orang yang mula-mula membayar jizyah.
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang ayat jizyah ini, bahwa ia diturunkan sesudah penaklukan kota Mekah. Maka timbul pertanyaan, bagaimanakah dapat digabungkan antara peristiwa penulisan ayat ini —yang terjadi sebelum peristiwa kemenangan atas kota Mekah dalam surat yang ditujukan kepada Heraklius, sebagai bagian dari surat tersebut— dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dan Az-Zuhri?
Sebagai jawabannya dapat dikemukakan alasan-alasan berikut, yaitu:
Pertama. Dapat dihipotesiskan bahwa adakalanya ayat ini diturunkan dua kali, sekali sebelum Perjanjian Hudaibiyyah, dan yang lainnya sesudah peristiwa kemenangan atas kota Mekah.
Kedua. Adakalanya permulaan surat Ali Imran diturunkan berkenaan dengan delegasi Najran sampai dengan ayat ini, yang berarti ayat ini diturunkan sebelum peristiwa itu. Dengan demikian, berarti pendapat Ibnu Ishaq yang mengatakan sampai ayat delapan puluh lebih beberapa ayat kurang dihafal, mengingat pengertian yang ditunjukkan oleh hadis Abu Sufyan di atas tadi.
Ketiga. Adakalanya kedatangan delegasi Najran terjadi sebelum Perjanjian Hudaibiyyah, dan orang-orang yang memberikan bayaran kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai ganti dari mubahalah bukan dianggap sebagai jizyah, melainkan sebagari gencatan senjata dan perdamaian. Sesudah itu turunlah ayat mengenai jizyah yang sesuai dengan peristiwa tersebut. Perihalnya sama dengan peristiwa difardukannya seper-lima dan empat perlima yang bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Abdullah ibnu Jahsy terhadap sariyyah (pasukan) yang bersangkutan sebelum Perang Badar. Kemudian diturunkanlah hukum fardu pembagian ganimah yang sesuai dengan kebijakan tersebut.
Keempat. Adakalanya ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Memerintahkan untuk menulis surat tersebut kepada Herakklius, ayat Itu masih belum diturunkan. Sesudah itu baru Al-Qur’an mengenai masalah ini diturunkan bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Sebagaimana diturunkan ayat mengenai hijab dan tawanan perang yang isinya bersesuaian dengan kebijakan yang diputuskan oleh Umar ibnul Khattab, begitu pula ayat yang melarang menyalatkan jenazah orang-orang munafik. Juga dalam firman-Nya:
Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. (Al Baqarah:125)
Peristiwa yang menyangkut firman-Nya:
Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian. (At Tahriim:5), hingga akhir ayat.
(64) Ayat yang mulia ini adalah ayat yang ditulis (baca: dicantumkan) oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk dikirim kepada raja-raja Ahli Kitab. Beliau a (kadang) membacanya pada rakaat pertama dari shalat sunnah fajar,
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ
“Katakanlah (hai orang-orang Mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah’.” (Al-Baqarah: 136).
Dan beliau membaca ayat tadi pada rakaat terakhir dari shalat sunnah Shubuh; karena mengandung dakwah kepada satu agama, yang telah disepakati oleh para Nabi dan Rasul. Ayat itu juga mengandung tauhid uluhiyah yang berasaskan ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Dan agar diyakini bahwa manusia dan seluruh makhluk dalam kapasitas kemanusia-an, salah seorang di antara mereka tidak berhak sedikit pun memi-liki sifat-sifat kerububiyahan dan tidak pula sifat-sifat keuluhiyahan. Bila ahli Kitab dan selain mereka patuh terhadap hal itu, maka mereka telah mendapat petunjuk dan فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ “jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.” Ini persis seperti Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ ,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah, ‘Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyem-bah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’.” (Al-Kafirun: 1-6).
Tatkala mereka tidak berani ber-Muba’halah, sehingga tampaklah kebohongan dan kelemahan mereka, maka ayat ini mengajak mereka kepada tauhid dengan cara yang lebih lunak dan santun. Katakanlah, hai nabi Muhammad, wahai ahli kitab! jika kalian tetap menolak kebenaran hujjah tentang isa bin maryam padahal kalian mengetahuinya, maka marilah kita menuju kepada satu kalimat, pegangan yang sama yang memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu, yaitu kitab taurat dan kitab-kitab lainnya, termasuk injil dan Al-Qur’an, bahwa di dalam kitab-kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan kita tidak diperbolehkan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan jika cara ini juga tidak membawa hasil untuk mengajak mereka, maka yang terpenting bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah untuk diikuti dan dituruti perintahnya padahal perintah itu keliru. Jika mereka tetap berpaling dari kebenaran setelah terpenuhi bukti-bukti, maka katakanlah kepada mereka, saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya. Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah) nabi ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa nabi ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa nabi ibrahim adalah pengikut mereka. Wahai ahli kitab, yahudi dan nasrani! mengapa kamu berbantah-bantahan tentang ibrahim, di mana masingmasing dari kalian menganggap nabi ibrahim itu dari golongan kalian, padahal taurat dan injil diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus meruntuhkan klaim mereka tentang nabi ibrahim sebagai ahli kitab.
Ali ‘Imran Ayat 64 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 64, Makna Ali ‘Imran Ayat 64, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 64, Ali ‘Imran Ayat 64 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 64
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran