{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 93.
۞ كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَىٰ نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ ۗ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴿٩٣﴾
kulluṭ-ṭa’āmi kāna ḥillal libanī isrā`īla illā mā ḥarrama isrā`īlu ‘alā nafsihī ming qabli an tunazzalat-taurāh, qul fa`tụ bit-taurāti fatlụhā ing kuntum ṣādiqīn
QS. Ali ‘Imran [3] : 93
Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Yakub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah (Muhammad), “Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Semua makanan yang baik adalah halal bagi anak-anak Ya’qub, kecuali apa yang diharamkan oleh Ya’qub atas dirinya sendiri disebabkan sakit yang dideritanya, dan hal itu sebelum diturunkannya Taurat. Manakala Allah menurunkan Taurat, Allah mengharamkan sebagian makanan atas Bani Israil yang sebelumnya halal bagi mereka, dan hal itu karena pelanggaran dan kezaliman mereka sendiri. Katakanlah kepada mereka wahai Rasul, tunjukkanlah Taurat dan bacalah isinya bila kalian memang benar dalam klaim kalian bahwa Allah menurunkan di dalamnya pengharaman apa yang diharamkan oleh Ya’qub atas dirinya, sehingga kalian akan mengetahui kebenaran yang dihadirkan oleh Al Qur’an bahwa Allah tidak mengharamkan apapun atas Bani Israil sebelum diturunkannya Taurat, kecuali apa yang diharamkan Ya’qub atas dirinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Syahr, bahwa Ibnu Abbas pernah menceritakan: Ada segolongan kaum Yahudi datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mereka berkata, “Ceritakanlah kepada kami tentang beberapa perkara yang akan kami tanyakan kepadamu, tiada yang mengetahuinya kecuali hanya seorang nabi.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tanyakanlah kepadaku apa yang kalian kehendaki, tetapi berjanjilah kalian kepadaku demi karena Allah dan janji yang telah diambil oleh Ya’qub dari anak-anaknya, sekiranya aku menceritakan kepada kalian sesuatu hal, lalu kalian mengetahuinya (membenarkannya), maka kalian benar-benar mau mengikutiku masuk Islam. Mereka menjawab, “Baiklah, kami ikuti maumu.” Mereka bertanya, “Ceritakanlah kepada kami tentang empat perkara, ceritakanlah kepada kami makanan apakah yang diharamkan oleh Israil atas dirinya? Bagaimanakah perihal air mani laki-laki dan air mani wanita, yakni bagaimanakah perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan darinya? Ceritakanlah kepada kami perihal Nabi yang ummi ini dalam hal tidurnya? Siapakah yang menjadi temannya dari kalangan para malaikat?” Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengambil janji atas mereka, yaitu jika beliau menceritakan hal tersebut kepada mereka, maka mereka benar-benar mau mengikutinya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Aku bertanya kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, apakah kalian mengetahui bahwa Israil pernah sakit keras dalam waktu yang cukup lama, lalu ia bernazar kepada Allah, jika Allah menyembuhkan penyakit yang selama ini dideritanya, ia benar-benar akan mengharamkan makanan dan minuman yang paling disukainya. Sedangkan makanan yang paling disukainya adalah daging unta, dan minuman yang paling disukainya adalah air susunya?” Mereka menjawab, “Ya Allah, benar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Ya Allah, persaksikanlah atas mereka.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Aku tanyakan kepada kalian demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menurunkan kitab Taurat kepada Musa, apakah kalian mengetahui bahwa air mani laki-laki itu berwarna putih lagi kental dan air mani wanita itu berwarna kuning lagi encer. Maka yang mana pun di antara keduanya lebih kuat, maka si anak nanti akan mirip dengannya, baik jenis maupun rupanya. Dengan kata lain, jika air mani laki-laki mengalahkan air mani perempuan, maka anaknya nanti adalah laki-laki dengan seizin Allah. Dan jika air mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki, maka anaknya nanti adalah perempuan dengan seizin Allah.” Mereka menjawab, “Ya Allah, benar.”Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Ya Allah, persaksikanlah atas mereka.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Aku bertanya kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, tahukah kalian bahwa Nabi yang ummi ini kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur.” Mereka menjawab, “Ya Allah, benar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Ya Allah, persaksikanlah atas mereka.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Dan sesungguhnya temanku adalah Jibril, tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi melainkan dia adalah temannya.” Mereka berkata, “Karena jawaban inilah kami berpisah denganmu. Seandainya temanmu adalah selain dia, niscaya aku benar-benar mengikutimu.” Pada saat itu juga Allah berfirman: Katakanlah, “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril….” (Al Baqarah:97), hingga akhir ayat.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid Al-Ajali, dari Bukair ibnu Syihab, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mereka berkata, “Hai Abul Qasim, sesungguhnya kami akan menanyakan kepadamu tentang lima perkara. Jika kamu menceritakannya kepada kami, maka kami mengetahui bahwa engkau adalah seorang nabi dan kami akan mengikutimu.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengambil janji atas mereka seperti apa yang pernah diambil oleh Israil terhadap anak-anaknya, yaitu ketika Israil mengatakan: Allah menjadi saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini). (Yusuf:66) Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Kemukakanlah oleh kalian!” Mereka berkata, “Ceritakanlah kepada kami alamat seorang nabi!” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur. Mereka bertanya, “Ceritakanlah kepada kami, bagaimana seorang wanita melahirkan anak perempuan dan bagaimana dia melahirkan anak laki-laki?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Kedua air mani bertemu, apabila air mani laki-laki mengalahkan air mani wanita, maka ia akan melahirkan laki-laki. Dan apabila air mani wanita dapat mengalahkan (air mani laki-laki), maka ia akan melahirkan perempuan. Mereka bertanya lagi, “Ceritakanlah kepada kami, apa yang diharamkan oleh Israil terhadap dirinya?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Dia menderita penyakit ‘irqun nasa, dan ia tidak menemukan sesuatu yang cocok untuknya selain air susu ternak anu —Imam Ahmad mengatakan bahwa sebagian di antara mereka (para perawi) menafsirkannya air susu unta— maka ia mengharamkan dagingnya. Mereka berkata, “Engkau benar.” Mereka bertanya, “Ceritakanlah kepada kami, apakah guruh itu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: ia adalah malaikat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang ditugaskan mengatur awan dengan tangannya —atau di tangannya— terdapat cemeti dari api untuk menggiring awan ke arah mana yang diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Mereka bertanya, “Lalu suara apakah yang terdengar itu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Suara malaikat itu.” Mereka berkata, “Engkau benar, sesungguhnya sekarang tinggal satu pertanyaan lagi yang sangat menentukan apakah kami akan mengikutimu jika kamu menceritakannya kepada kami. Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun melainkan mempunyai malaikat yang selalu datang kepadanya membawa berita (wahyu). Maka ceritakanlah kepada kami, siapakah teman malaikatmu itu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: “Jibril a.s.” Mereka berkata, “Jibril! Dia adalah malaikat yang selalu menurunkan peperangan, pembunuhan, dan azab. Dia adalah musuh kami. Seandainya kamu katakan Mikail yang biasa menurunkan rahmat, tumbuh-tumbuhan, dan hujan, maka kami akan mengikutimu.” Lalu Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al Baqarah:97), hingga akhir ayat yang sesudahnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya —juga Imam Nasai— melalui hadis Abdullah ibnul Walid Al-Ajali dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Ibnu Juraij dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Israil a.s. (yakni Nabi Ya’qub) pernah menderita penyakit ‘irqun nasa di setiap malam harinya. Penyakit ini membuatnya tidak dapat tidur. Tetapi bila siang hari, penyakit ini pergi (dan datang lagi pada malam harinya). Lalu Nabi Ya’qub bernazar kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, bahwa jika Allah benar-benar menyembuhkan dirinya dari penyakit itu. dia tidak akan minum susu dan tidak akan memakan daging ternak yang menyusui (maksudnya unta).
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan As-Saddi. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya. Ibnu Jarir mengatakan, lalu sikap Ya’qub itu diikuti oleh anak-anaknya dalam mengharamkan hal tersebut, demi mengikuti jejak dan bertaqlid kepada ayahnya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…Sebelum Taurat diturunkan.,
Yakni Nabi Ya’qub mengharamkan hal tersebut atas dirinya sebelum kitab Taurat diturunkan kepadanya.
Menurut kami, pembahasan ini mempunyai kaitan dengan tafsir ayat di atas ditinjau dari dua segi berikut, yaitu:
Pertama, Israil a.s. mengharamkan atas dirinya sesuatu yang paling disukainya demi karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Hal ini diperbolehkan menurut syariat mereka, dan hal ini mempunyai kaitan jauh sesudah itu dengan firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai..(Ali Imran:92)
Hal ini disyariatkan di dalam agama kita (Islam), yaitu menginfakkan sebagian dari harta yang dicintai oleh seorang hamba dan sangat digandrunginya demi ketaatannya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Seperti yang disebutkan oleh firman lainnya, yaitu: dan memberikan harta yang dicintainya. (Al Baqarah:177). Dan mereka memberikan makanan yang disukainya. (Al Insaan:8)
Kedua, dalam pembahasan terdahulu disebutkan sanggahan terhadap orang-orang Nasrani dan akidah mereka yang batil terhadap Al-Masih, juga disebutkan kepalsuan pendapat mereka. Kemudian dijelaskan perkara yang hak dan hal yang yakin tentang Isa dan ibunya, bagaimana Allah menciptakan Isa melalui kekuasaan dan kehendak-Nya. Lalu Allah mengutusnya kepada Bani Israil, menyeru mereka untuk menyembah Tuhannya Yang Mahasuci lagi Maha-tinggi. Selanjutnya sanggahan Allah ditujukan kepada orang-orang Yahudi, yang isinya menjelaskan bahwa nasakh yang mereka ingkari keberadaannya dan tidak diperbolehkan oleh mereka benar-benar terjadi. Karena sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah me-nas-kan di dalam kitab Taurat mereka bahwa Nabi Nuh a.s. ketika keluar dari perahunya, Allah memperbolehkan baginya semua binatang yang ada di bumi, ia boleh makan dagingnya. Sesudah itu Israil mengharamkan atas dirinya daging unta dan air susunya, yang kemudian sikapnya itu diikuti oleh anak-anaknya. Ketika kitab Taurat diturunkan, hal itu tetap diharamkan, diharamkan pula hal-hal lainnya sebagai tambahan dari yang telah ada.
Pada mulanya Allah memperbolehkan Adam menikahkan anak-anak lelakinya dengan anak-anak perempuannya, tetapi sesudah itu peraturan tersebut diharamkan.
Dahulu di masa Nabi Ibrahim, mengambil gundik di samping istri diperbolehkan. Nabi Ibrahim melakukan hal ini terhadap Siti Hajar, ketika ia mengambilnya sebagai gundik di samping istrinya sendiri (yaitu Siti Sarah). Akan tetapi, hal seperti itu diharamkan bagi mereka dalam kitab Taurat.
Di masa Nabi Ya’qub, menggabungkan dua orang saudara perempuan dalam satu perkawinan diperbolehkan. Nabi Ya’qub a.s. sendiri melakukannya. Sesudah itu hal ini diharamkan dalam kitab Taurat.
Semuanya itu di-nas-kan di dalam kitab Taurat yang ada di tangan mereka, dan hal ini merupakan salah satu bentuk dari nasakh itu sendiri. Demikian pula halnya apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepada Al-Masih a.s., yaitu menghalalkan sebagian dari apa yang pernah diharamkan oleh kitab Taurat. Mengapa mereka tidak mau mengikutinya, bahkan mendustakan dan menentangnya?
Demikian pula apa yang telah diutus oleh Allah kepada Nabi Muhammad, berupa agama yang benar dan jalan yang lurus, yaitu agama kakek moyangnya (yakni Nabi Ibrahim). Mengapa mereka tidak mau beriman? Karena itulah dalam ayat ini disebut oleh firman-Nya:
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil, melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.
Yakni dahulu semua jenis makanan dihalalkan sebelum kitab Taurat diturunkan, kecuali apa yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya’qub) sendiri.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Katakanlah, “Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kalian orang-orang yang benar”
Karena sesungguhnya kitab Taurat pasti dinyatakan sama dengan apa yang Kami katakan.
Dari sejumlah perkara yang dituduhkan oleh kaum Yahudi sebagai suatu masalah dalam kenabian Nabi Isa dan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu mereka meyakini bahwasanya nasakh itu batil, dan bahwa seorang Nabi yang akan datang tidaklah mungkin menyalahi Nabi yang sebelumnya. Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ mendustakan mereka dengan suatu perkara yang mereka ketahui, yaitu, bahwa mereka mengetahui semua makanan sebelum turunnya Taurat adalah halal bagi Bani Israil kecuali beberapa jenis saja yang diharamkan oleh Isra`il –Nabi Ya’qub ‘alaihissalam– atas dirinya dan hal itu ia lakukan karena suatu penyakit yang dideritanya. Kemudian dalam Taurat ada beberapa perkara yang diharamkan yang menasakh apa yang sebelumnya halal, dan hal ini banyak terjadi.
Katakan kepada mereka apabila mereka mengingkari hal itu, فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar” dengan keyakinan kalian bahwa tidak ada nasakh, tidak pula ada penghalalan dan pengharaman.
Ini merupakan hujjah yang paling tegas yakni seseorang digugat dengan sesuatu yang ia ketahui sendiri dan tidak ia ingkari. Apabila ia patuh terhadap kebenaran itu, maka itulah yang seharusnya terjadi, namun apabila ia enggan dan tidak patuh setelah keterangan tersebut, maka jelaslah kebohongan, fitnah, kezhaliman dan batilnya apa yang ia yakini, dan itulah realita kaum Yahudi.
Setelah ayat sebelumnya Allah menjelaskan harta dan infak yang bermanfaat, maka pada ayat ini Allah menjelaskan makanan yang halal atau haram bagi bani israil. Semua makanan itu pada dasarnya halal bagi bani israil sebagaimana halal juga bagi selain mereka, kecuali makanan yang diharamkan oleh israil (yakub) atas dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan dalam rangka meraih kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Makanan tersebut adalah daging dan susu unta. Ada satu riwayat menyebutkan bahwa nabi yakub pernah sakit dan bernazar kalau Allah memberinya kesembuhan, maka dia tidak akan makan daging unta dan tidak minum susunya, meskipun kedua makanan tersebut sangat disukainya. Pengharaman nabi yakub atas kedua jenis makanan tersebut lalu diikuti oleh keturunannya. Setelah taurat diturunkan ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman atas pelanggaran yang mereka lakukan (lihat: surah an-nisa”/4: 160 dan al-ana’m/6: 146), tetapi kaum yahudi membuat kebohongan dengan mengatakan bahwa ada makanan yang diharamkan Allah untuk mereka sebelum kitab taurat diturunkan. Oleh karena itu Allah menjawab, katakanlah, wahai nabi Muhammad, jika kamu berkata demikian, maka bawalah taurat lalu bacalah, dan tunjukkan kepada kami keterangan taurat tentang pengharaman makanan itu jika kamu orang-orang yang benar. Ternyata tidak seorang pun di antara mereka mampu menunjukkkan ayat taurat yang mendukung kebohongan mereka karena tidak seorang pun dari mereka mampu menunjukkan dalil atau ayat taurat tentang pengharaman makanan sebagaimana yang mereka katakan, maka jelas bahwa mereka berbohong, dan barang siapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah menyangkut makanan atau hal lainnya setelah datang penjelasan tentang itu, maka mereka itulah orang-orang zalim. Mereka itulah orang-orang yang jauh dari kebenaran dan akan mendapat siksaan yang pedih akibat kezaliman tersebut.
Ali ‘Imran Ayat 93 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 93, Makna Ali ‘Imran Ayat 93, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 93, Ali ‘Imran Ayat 93 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 93
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)