{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 154.
ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَىٰ طَائِفَةً مِنْكُمْ ۖ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۖ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ ۗ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ ۖ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا ۗ قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ ۖ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ ﴿١٥٤﴾
ṡumma anzala ‘alaikum mim ba’dil-gammi amanatan nu’āsay yagsyā ṭā`ifatam mingkum wa ṭā`ifatung qad ahammat-hum anfusuhum yaẓunnụna billāhi gairal-ḥaqqi ẓannal-jāhiliyyah, yaqụlụna hal lanā minal-amri min syaī`, qul innal-amra kullahụ lillāh, yukhfụna fī anfusihim mā lā yubdụna lak, yaqụlụna lau kāna lanā minal-amri syai`um mā qutilnā hāhunā, qul lau kuntum fī buyụtikum labarazallażīna kutiba ‘alaihimul-qatlu ilā maḍāji’ihim, wa liyabtaliyallāhu mā fī ṣudụrikum wa liyumaḥḥiṣa mā fī qulụbikum, wallāhu ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr
QS. Ali ‘Imran [3] : 154
Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah (Muhammad), “Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati.
Kemudian di antara rahmat Allah kepada orang-orang beriman yang ikhlas adalah bahwa Dia menancapkan ketenangan dan keyakinan terhadap janji Allah ke dalam hati mereka setelah diterpa kesedihan dan kegundahan. Di antara pengaruhnya adalah kantuk yang menyerang sebagian dari mereka, yakni orang-orang yang ikhlas dan yakin. Sementara sekelompok orang yang lain hanya memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, tekad mereka melemah dan sibuk dengan diri mereka sendiri, mereka juga sudah berburuk sangka kepada Tuhan mereka, agama dan Nabi-Nya. Mereka mengira bahwa Allah tidak akan menyempurnakan dakwah Rasul-Nya dan bahwa Islam sudah tidak akan bisa berdiri kembali dengan kokoh. Oleh karena itu kamu melihat mereka menyesal karena telah keluar. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Apakah kami mempunyai pilihan untuk keluar berperang?” Katakan kepada mereka wahai Rasul, “Sesungguhnya seluruh urusan di tangan Allah, Dia-lah yang mentakdirkan kalian keluar sehingga terjadi pada kalian apa yang terjadi.” Mereka menyembunyikan dalam jiwa mereka sesuatu yang tidak mereka katakan kepadamu, yaitu penyesalan mereka karena telah keluar berperang. Mereka berkata, “Seandainya kami memiliki sedikit pilihan, niscaya kami tidak akan dibunuh disini.” Katakan kepada mereka, “Sesungguhnya ajal itu di tangan Allah sekalipun kalian berada di rumah kalian dan Allah mentakdirkan kalian untuk mati, niscaya orang-orang yang sudah ditetapkan untuk mati itu akan keluar menyongsong kematian mereka di tempat di mana mereka akan terbunuh.” Allah tidak menjadikan hal itu kecuali untuk menguji apa yang ada di hati kalian berupa keraguan dan kemunafikan, memilah antara yang buruk dengan yang baik. Dia menampakkan bagi manusia perkara orang mukmin dari perkara orang munafik dalam perkataan maupun perbuatan. Allah Maha mengetahui apa yang ada di dalam dada makhluk-Nya, tidak ada sesuatu perkara pun yang samar bagi-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menyebutkan apa yang pernah Dia turunkan kepada hamba-hamba-Nya berupa ketenangan dan rasa aman, yaitu kantuk yang meliputi mereka, sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan menyandang senjatanya. Hal tersebut terjadi di saat mereka dalam keadaan sedih dan susah.
Rasa kantuk dalam keadaan seperti itu menunjukkan situasi telah aman, seperti halnya disebutkan di dalam surat Al-Anfal dalam kisah Perang Badar melalui firman-Nya:
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penenteraman dari-Nya. (Al Anfaal:11), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im dan Waki’, dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Razin, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa rasa kantuk dalam peperangan dari Allah, sedangkan rasa kantuk dalam salat dari setan.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Khalifah pernah menceritakan kepadanya, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zura’i, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah yang mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang diliputi rasa kantuk dalam Perang Uhud, hingga pedangku terjatuh dari tanganku berkali-kali, ia terjatuh, lalu aku ambil dan jatuh lagi, kemudian aku ambil lagi.
Hal yang sama diriwayatkan pula di dalam kitab Al-Magazi secara ta’liq.
Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam kitab tafsir secara musnad dari Syaiban, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah yang menceritakan: Kantuk menimpa kami dalam Perang Uhud, padahal kami berada dalam barisan kami. Abu Talhah melanjutkan kisahnya, “Maka pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku mengambilnya, tetapi terlepas lagi, dan kuambil lagi.”
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Hakim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, dari Abu Talhah yang menceritakan: Aku mengangkat kepalaku dalam Perang Uhud, lalu aku melihat-lihat, ternyata tidak ada seorang pun dari kalangan mereka (pasukan kaum muslim) pada hari itu. melainkan ia menyandarkan tubuhnya pada tamengnya (perisainya) karena kantuk.
Lafaz hadis ini berdasarkan riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan sahih.
Imam Nasai meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnul Musanna, dari Khalid ibnul Haris, dari Abu Qutaibah, dari Ibnu Abu Addi, keduanya dari Humaid, dari Anas yang menceritakan bahwa Abu Talhah pernah mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang terkena rasa kantuk. hingga akhir hadis. Hal yang sama diriwayatkan dari Az-Zubair dan Abdur Rahman ibnu Auf.
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepadaku Abul Husain Muhammad ibnu Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnul Mubarak Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Qatadah, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik, bahwa Abu Talhah pernah menceritakan, “Kami tertimpa rasa kantuk dalam Perang Uhud, sedangkan kami berada dalam barisan kami. Maka pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku memungutnya, dan terjatuh lagi, lalu aku pungut kembali.” Abu Talhah melanjutkan kisahnya, bahwa ada segolongan lain, yaitu orang-orang munafik, mereka tidak mementingkan kecuali hanya diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang sangat pengecut, penakut, dan paling melecehkan perkara hak. mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliah. (Ali Imran:154) Yakni sesungguhnya mereka tiada lain adalah orang-orang yang bimbang dan ragu terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Demikianlah dengan tambahan ini, dia meriwayatkannya, seakan-akan kalimat ini adalah perkataan Qatadah.
Memang apa yang dikatakannya itu benar, karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman,
Kemudian setelah kalian berduka cita, Allah menurunkan kepada kalian keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kalian.
Artinya, mereka yang mengalami kantuk ini adalah ahli iman, percaya dan teguh dalam pertempuran, bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Mereka adalah orang-orang yang merasa pasti bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pasti akan membantu dan menolong Rasul-Nya dan melaksanakan baginya apa yang dicita-citakannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
…sedangkan segolongan lagi dicemaskan oleh diri mereka sendiri.
Yakni mereka tidak terkena kantuk karena hati mereka diliputi oleh rasa khawatir, gusar, dan takut.
mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliah.
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya. (Al Fath:12), hingga akhir ayat.
Demikian pula halnya mereka (orang-orang munafik), mereka berkeyakinan ketika kaum musyrik beroleh kemenangan saat itu, bahwa saat itu merupakan saat penentuan, dan bahwa Islam beserta para pemeluknya telah lenyap. Demikian perihal orang-orang yang ragu, jika terjadi suatu peristiwa yang buruk, timbul dugaan yang jelek seperti itu.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitakan perihal mereka yang munafik itu melalui firman-Nya:
Mereka berkata.
Yakni dalam keadaan seperti itu.
“Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”
Maka dijawab oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Katakanlah, “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan (kekuasaan) Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.
Kemudian apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka itu dibeberkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Mereka berkata, “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.”
Maksudnya, mereka menyembunyikan ucapan ini dari pengetahuan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya Ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa Az-Zubair pernah menceritakan hadis berikut: Ketika aku sedang bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu di saat rasa takut sangat mencekam kami, maka Allah mengirimkan kantuk yang meliputi diri kami. Maka tidak ada seorang lelaki pun dari kami melainkan dagunya menempel pada dadanya (karena tertidur). Az-Zubair melanjutkan kisahnya, “Demi Allah, aku benar-benar mendengar suara Mu’tib ibnu Qusyair yang suaranya kudengar seperti hanya dalam mimpi. ia mengatakan: ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Kata-kata itu selalu kuingat.” Sehubungan dengan hal tersebut Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Mereka berkata, ‘”Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” (Ali Imran:154) karena perkataan Mu’tib itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, “Sekiranya kalian berada di rumah kalian, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”
Yakni hal ini merupakan takdir yang ditentukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan merupakan keputusan-Nya yang tidak dapat dielakkan lagi darinya dan tidak ada jalan selamat baginya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian.
Yaitu menguji kalian melalui apa yang terjadi pada diri kalian agar dapat dibedakan antara yang buruk dan yang baik, dan akan tampak nyata perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik di mata orang-orang, baik dalam ucapan maupun perbuatannya.
Allah mengetahui isi hati.
Yakni mengetahui semua yang tersimpan di dalam hati berupa rahasia dan hal-hal yang terpendam padanya.
ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ “Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah جَلَّ جَلالُهُ menurunkan kepadamu,” yaitu duka cita yang telah menimpa kalian, أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً مِنْكُمْ “keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu.” Tidak diragukan bahwa ini merupakan suatu rahmat atas mereka, kebaikan dan penetapan bagi hati mereka, serta tambahan ketenangan. Karena seorang yang takut, tidak akan dihinggapi oleh kantuk disebabkan kekhawatiran yang ada di dalam hatinya. Apabila ketakutan itu telah hilang dari hati, maka kantuk itu baru bisa datang kepadanya.
Kelompok ini yang dikaruniakan kantuk oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah mereka yang beriman yang tidak memiliki tujuan kecuali menegakkan agama Allah جَلَّ جَلالُهُ, mengharap keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya serta kemaslahatan saudara-saudaranya yang Muslim. Adapun kelompok lain yang قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ “telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri,” maka mereka tidak cemas pada selain (keselamatan) dirinya disebabkan kemunafikan mereka atau kelemahan iman mereka. Oleh karena itulah, mereka tidak terserang kantuk sebagaimana yang menyerang selain mereka. يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ “Mereka berkata, ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?'” Ini merupakan pertanyaan penolakan, maksudnya kita tidak punya urusan dalam perkara itu, yaitu perkara kemenangan dan keberhasilan barang sedikit pun, lalu mereka berprasangka buruk terhadap Rabb mereka, agamaNya, dan NabiNya. Mereka mengira bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak menyempurnakan urusan RasulNya, dan bahwa kekalahan itu adalah momentum dan penentuan hancurnya agama Allah جَلَّ جَلالُهُ.
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman dalam menjawab mereka, قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ “Katakanlah, ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya adalah hak Allah جَلَّ جَلالُهُ’.” Urusan itu meliputi perkara takdir maupun perkara syariat, maka seluruh perkara adalah karena Qadha` dan Qadar Allah جَلَّ جَلالُهُ. Hasilnya adalah kemenangan dan keberhasilan bagi wali-wali Allah جَلَّ جَلالُهُ dan orang-orang yang taat kepadaNya, meskipun terjadi sesuatu yang telah terjadi pada mereka.
يُخْفُونَ “Mereka menyembunyikan”, maksudnya orang-orang munafik فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ “dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.” Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ menjelaskan perkara yang disembunyikan oleh mereka seraya berfirman, يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ “Mereka berkata, ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini’,” maksudnya, sekiranya kita memiliki hak sedikit campur tangan dalam kejadian itu berupa pendapat maupun ikut bermusyawarah, مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا “niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Ini adalah pengingkaran mereka dan sebuah pendustaan terhadap ketentuan Allah جَلَّ جَلالُهُ, serta menganggap bodoh pandangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan para sahabat o, juga suatu penyucian diri bagi mereka sendiri.
Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ membantah mereka dengan FirmanNya, قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ “Katakanlah, ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu’,” yang merupakan tempat yang paling jauh dari tempat yang diperkirakan sebagai tempat kematian, لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ “niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”
Sebab-sebab kematian itu walaupun besar hanya akan berguna bila tidak bertentangan dengan Qadha` dan Qadar Allah جَلَّ جَلالُهُ, maka apabila bertentangan dengan Qadha` dan Qadar, tidaklah akan memiliki akibat apa-apa. Akan tetapi pastilah Allah جَلَّ جَلالُهُ akan menjalankan apa yang telah ditulis olehNya di Lauhul Mahfuzh berupa kematian dan kehidupan. وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ “Dan Allah جَلَّ جَلالُهُ (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu,” maksudnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menguji apa yang ada padanya berupa kemunafikan, keimanan, dan kelemahan iman.
وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ “Dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu” berupa godaan-godaan setan dan pengaruh yang timbul karenanya dari sifat-sifat yang tidak terpuji.وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ “Dan Allah جَلَّ جَلالُهُ Maha Mengetahui isi hati,” yaitu, segala yang ada padanya dan apa yang disembunyikannya. Maka ilmu dan hikmahNya menuntut bahwa Dia menetapkan sebab-sebab yang dapat menyingkap segala yang tersembunyi pada hati dan rahasia-rahasia segala perkara.
Usai menjelaskan ampunan Allah atas kesalahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisinya pada perang uhud, Allah lalu beralih menjelaskan pertolongan-Nya kepada pasukan muslim berupa kantuk walau dalam suasana duka. Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, dia menurunkan rasa aman kepadamu berupa kantuk yang bisa menghilangkan kepenatan yang meliputi segolongan dari kamu yang kuat imannya, sedangkan segolongan lagi, yang imannya tidak kuat, telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah, bahwa kalau nabi Muhammad itu benar-benar nabi dan rasul Allah, tentu dia tidak akan kalah dalam peperangan. Mereka berkata, adakah sesuatu yang dapat kita perbuat, yakni campur tangan kita, dalam urusan ini’ mereka berkata demikian karena ingin lepas tanggung jawab dari kegagalan dalam perang uhud. Katakanlah wahai nabi Muhammad, sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah. Dia yang menetapkan kemenangan atau kekalahan berdasarkan hukum kemasyarakatan yang berlaku. Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu, tidak ikut berperang atau lari dari medan perang, ketika terjadi pertemuan, yaitu pertempuran, antara dua pasukan itu, yakni pasukan mukmin dan pasukan kafir dalam perang uhud, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan, dosa, yang telah mereka perbuat, pada masa lampau, tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah maha pengampun atas segala dosa, maha penyantun tidak segera menghukum orang yang berbuat maksiat.
Ali ‘Imran Ayat 154 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 154, Makna Ali ‘Imran Ayat 154, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 154, Ali ‘Imran Ayat 154 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 154
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)