{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 167.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا ۚ وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا ۖ قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَاتَّبَعْنَاكُمْ ۗ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمَانِ ۚ يَقُولُونَ بِأَفْوَاهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ ۗ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ ﴿١٦٧﴾
wa liya’lamallażīna nāfaqụ wa qīla lahum ta’ālau qātilụ fī sabīlillāhi awidfa’ụ, qālụ lau na’lamu qitālal lattaba’nākum, hum lil-kufri yauma`iżin aqrabu min-hum lil-īmān, yaqụlụna bi`afwāhihim mā laisa fī qulụbihim, wallāhu a’lamu bimā yaktumụn
QS. Ali ‘Imran [3] : 167
Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu.” Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
Agar orang-orang munafik dapat diketahui, di mana Allah membeberkan apa yang ada di dalam hati mereka saat orang-orang mukmin berkata kepada mereka, “Kemarilah, berperanglah bersama kami di jalan Allah. Jadilah kalian pendukung kami dengan memperbanyak jumlah kami.” Maka mereka menjawab, “Seandainya kalian mengetahui bahwa kalian akan berperang melawan seseorang, niscaya kami akan bersama kalian untuk melawan mereka.” Pada hari itu mereka lebih dekat kepada kekufuran daripada iman, karena mereka mengucapkan dengan lisan mereka apa yang tidak diyakini oleh hati mereka. Allah lebih mengetahui apa yang tersimpan di dalam dada mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan agar Dia menyatakan siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian).” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.”
Mereka yang mengatakan demikian adalah teman-teman Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, yaitu mereka yang kembali ke Madinah bersamanya sesudah menempuh setengah perjalanan. Kemudian mereka dikejar oleh banyak lelaki dari kalangan kaum mukmin dengan maksud menyuruh mereka agar kembali bergabung bersama pasukan yang akan bertempur dan maju ke medan peperangan serta saling membantu. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
…atau pertahankanlah diri kalian.
Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Abu Saleh, Al-Hasan, dan As-Saddi mengatakan bahwa dengan keikutsertaan mereka, maka pasukan kaum muslim menjadi bertambah banyak.
Al-Hasan ibnu Saleh mengatakan, makna yang dimaksud ialah pertahankanlah diri kalian dengan berdoa. Sedangkan selain mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bersiap siagalah kalian. Tetapi mereka mengemukakan alasannya seraya berkata, yang perkataan mereka disitir oleh firman-Nya:
Seandainya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.
Menurut Mujahid, mereka bermaksud ‘sekiranya kami mengetahui bahwa kalian akan menghadapi peperangan, niscaya kami datang kepada kalian untuk membantu, tetapi ternyata kalian tidak menghadapi suatu peperangan pun’.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim ibnu Syihab Az-Zuhri dan Muhammad ibnu Yahya ibnu Hayyan, Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, Al-Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Amr ibnu Sa’d ibnu Mu’az serta lain-lain-nya dari kalangan ulama kami, semuanya menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membawa kami turut serta berangkat, yakni ketika beliau berangkat menuju medan Uhud bersama seribu orang sahabatnya. Ketika beliau sampai di Asy-Syaut yang terletak di antara Uhud dan Madinah, maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul memisahkan diri dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersama sepertiga pasukan (kembali ke Madinah). Ia berkata, “Dia (yakni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menuruti pendapat mereka (kaum muslim) dan menentang pendapatku.”Demi Allah, kita tidak mengetahui untuk apakah kita membunuh diri kita sendiri di sini, hai orang-orang.” Lalu ia kembali ke Madinah bersama sejumlah orang dari kaumnya, yaitu ahli nifaq dan yang berada dalam keraguan. Kemudian mereka dikejar oleh Abdullah ibnu Amr ibnu Haram (saudara lelaki Bani Salamah), lalu ia mengatakan (kepada mereka yang kembali itu), “Hai kaum, aku perintahkan kalian akan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, janganlah kalian merendahkan Nabi dan kaum kalian manakala beliau tiba dari musuh kalian nanti!” Mereka menjawab, “Sekiranya kami mengetahui akan terjadinya peperangan, niscaya kami tidak akan membiarkan kalian. Tetapi kami berpendapat bahwa tidak akan terjadi peperangan.” Ketika mereka membangkang, tidak mau menuruti kata-katanya, dan mereka bertekad bulat untuk kembali ke Madinah, maka Abdullah ibnu Amr ibnu Haram mengatakan kepada mereka, “Semoga Allah menjauhkan kalian (dari rahmat-Nya), hai musuh-musuh Allah. Allah Mahakaya dari kalian.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan perjalanannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan.
Mereka mengambil dalil dari ayat ini, bahwa keadaan iman seseorang itu naik turun grafiknya, dalam suatu keadaan adakalanya ia lebih dekat kepada kekufuran, dan dalam keadaan yang lain lebih dekat kepada keimanan, karena berdasarkan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berikut ini:
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya.
Yakni mereka mengatakan hal-hal yang tidak mereka yakini kebenar-annya. Sama maknanya dengan firman sebelumnya, yaitu:
Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.
Karena sesungguhnya mereka merasa pasti bahwa pasukan kaum musyrik sedang bergerak. Mereka datang dari kota yang jauh dengan dendam yang membakar hati mereka terhadap kaum muslim karena musibah yang menimpa orang-orang terhormat mereka dalam Perang Badar. Jumlah mereka beberapa kali lipat jumlah pasukan kaum muslim, dan pasti akan terjadi peperangan di antara kedua belah pihak. Karena itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
166-167. Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya yang menimpa mereka saat bertemunya kedua pasukan; pasukan kaum Muslimin dan pasukan kaum musyrikin di Uhud berupa kematian dan kekalahan, adalah dengan izinNYa, Qadha’ dan QadarNYa; tidak ada tempat pelarian baginya, dan itu pasti terjadi.
Perkara takdir apabila telah terlaksana, maka tidak ada lagi cara kecuali (hanya) menerimanya dan bahwa Allah menetapkan hal itu atas dasar hikmah yang agung dan faidah yang besar, dan bahwa dengan hal itu akan jelas orang Mukmin dari orang munafik, yaitu orang-orang yang bila diperintah untuk ikut berperang, “dan kepada mereka dikatakan, ‘ Marilah berperang di jalan Allah’ ,” yaitu, demi membela agama Allah dan melindunginya serta mengharap keridhaan Allah, “atau pertahankanlah (dirimu),” kehormatan dan negeri kalian apabila kalian tidak memiliki niat yang shalih, maka mereka enggan ikut berperang dan membuat alasan. “Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikutimu’ ,” maksudnya, sekiranya kami mengetahui bahwasanya akan terjadi peperangan antara kalian dan mereka, niscaya kami akan mengikuti kalian berperang. Tetapi sebenarnya mereka pendusta dalam hal itu. Sungguh mereka telah yakin dan paham, dan setiap orang mengetahui bahwa kaum musyrikin telah dipenuhi oleh dengki dan kebencian terhadap kaum Muslimin, dan bahwa mereka telah mengerahkan harta benda mereka, dan mereka telah mengumpulkan pasukan sekuat tenaga untuk menghancurkan kaum Muslimin di negeri mereka dengan semangat yang menyala-nyala untuk memerangi mereka. Barangsiapa yang kondisinya seperti ini, bagaimana bisa tidak tergambar bahwa tidak akan terjadi perang antara mereka dengan kaum Mukminin?
Khususnya (alasan) bahwa kaum Muslimin telah (terlanjur) keluar dari Madinah (meninggalkan mereka), dan menghadapi mereka (kafir Quraisy). Ini merupakan suatu alasan yang mustahil, akan tetapi orang-orang munafik menyangka bahwa alasan tersebut melegakkan kaum MUkminin. Allah berfirman, “Mereka pada hari itu kepada kekafiran” yaitu pada saat mereka tidak berjihad bersama kaum Mukminin, “lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka.” Ini adalah ciri khas orang-orang munafik, mereka tampakkan pada lisan dan perbuatan mereka apa yang bertentangan dengan yang ada dalam hati dan dada mereka. Di antaranya adalah perkataan mereka, “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu.” Sesungguhnya mereka sebenarnya telah mengetahui akan terjadinya peperangan.
Ayat ini menjadi dalil atas sebuah kaidah “melakukan kemudaratan yang lebih kecil dari dua kemudaratan,” untuk menolak kemudaratan yang lebih besar dan melakukan kemaslahatan yang lebih kecil dari dua kemaslahatan karena ketidakmampuan melakukan kemaslahatan yang lebih besar, karena kaum munafik itu telah diperintahkan untuk berperang demi agama, dan bila mereka tidak melakukannya maka diperintahkan untuk mempertahankan keluarga dan negeri.
“Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan,” maka Allah tampakkan semua itu bagi hamba-hambaNya yang beriman, lalu Allah menghukum mereka atas hal tersebut.
Dan panggilan untuk berjuang itu selain untuk menguji keimanan umat islam, juga untuk menguji orang-orang yang munafik sehingga dapat diketahui kemunafikannya dengan nyata. Kepada mereka dikatakan, marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah dirimu, keluargamu, dan harta kekayaanmu serta negerimu. Mereka berkata dengan nada mengejek nabi dan orang-orang mukmin yang ikut berjuang, sekiranya kami mengetahui bagaimana cara berperang menghadapi musuh yang cukup banyak dengan pasukan yang banyak pula, sehingga dengan jumlah itu kita dapat mengalahkan mereka, tentulah kami mengikuti kamu. Tetapi jika jumlah kita lebih sedikit, itu berarti kita membinasakan diri sendiri, karena itu sebaiknya kita mundur. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan karena tujuan mereka berperang semata-mata hanya ingin mendapatkan ganimah, bukan untuk mengharap imbalan dari Allah. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka secara rinci dan detail tentang kemunafikan mereka bukan hanya iman yang tidak berbekas dalam hati, solidaritas pun lenyap dari hati kaum munafik itu. Mereka itu adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dari kaum muslim maupun golongan munafik lainnya, dan mereka tidak turut pergi berperang, sekiranya mereka mengikuti kita dan mendengarkan saran kita untuk tidak berperang, tentulah mereka tidak terbunuh dalam pertempuran itu. Katakanlah, wahai nabi Muhammad, kepada mereka yang menganggap mampu menampik kematian, cegahlah kematian itu dari diri kamu sehingga dia tidak datang menjemput kalian, jika kamu orang yang benar sanggup menolak datangnya kematian atau menunda kematian seseorang. Ketika orang-orang munafik tidak mampu menolak dan menunda datangnya kematian, Allah menegaskan tentang posisi kaum muslim yang gugur dalam peperangan sebagai syuhada. ‘
Ali ‘Imran Ayat 167 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 167, Makna Ali ‘Imran Ayat 167, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 167, Ali ‘Imran Ayat 167 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 167
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)