{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 172.
الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿١٧٢﴾
allażīnastajābụ lillāhi war-rasụli mim ba’di mā aṣābahumul-qar-ḥu lillażīna aḥsanụ min-hum wattaqau ajrun ‘aẓīm
QS. Ali ‘Imran [3] : 172
(yaitu) orang-orang yang menaati (perintah) Allah dan Rasul setelah mereka mendapat luka (dalam Perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebajikan dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar.
Orang-orang yang merespon panggilan Allah dan Rasul-Nya dan keluar untuk melawan orang-orang musyrikin di Hamraul Asad setelah kekalahan mereka di perang Uhud sekalipun saat itu mereka sedang dalam keadaan sedih dan terluka, akan tetapi mereka tetap mengeluarkan usaha maksimal dan memegang petunjuk Nabi mereka, dan orang-orang yang berbuat baik dan bertakwa dari mereka akan mendapatkan pahala yang besar.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).
Hal ini terjadi dalam Perang Hamra-ul Asad. Pada mulanya setelah kaum musyrik beroleh kemenangan atas kaum muslim (dalam Perang Uhud) dan mereka kembali ke negeri tempat tinggal mereka, maka ketika mereka sampai di pertengahan jalan, mereka merasa menyesal, mengapa mereka tidak meneruskan pengejaran sampai ke Madinah, kemudian segala sesuatunya diselesaikan sehingga tidak ada masalah lagi bagi mereka? Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengar berita tersebut, beliau menyerukan kepada semua kaum muslim untuk berangkat mengejar mereka (kaum musyrik) guna menakut-nakuti mereka dan sekaligus memperlihatkan kepada mereka bahwa kaum muslim masih memiliki kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi mereka. Kali ini Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak memberi izin untuk tidak berangkat kepada seseorang pun di antara mereka yang mengikuti Perang Uhud selain Jabir ibnu Abdullah r.a. karena alasan yang akan kami terangkan kemudian. Maka kaum muslim pun bersiap-siap. Sekalipun di antara mereka ada yang luka dan keberatan, tetapi demi taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka berangkat pula.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa ketika kaum musyrik kembali dari Perang Uhud, mereka mengatakan, “Muhammad tidak sempat kalian bunuh, dan kaki tangannya tidak kalian tawan. Alangkah buruknya apa yang telah kalian lakukan itu, sekarang kembalilah kalian.” Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengar berita tersebut, maka beliau menyerukan kepada kaum muslim untuk siap berperang lagi, lalu mereka bersiap-siap dan berangkat. Ketika sampai di Hamra-ul Asad atau di Bi-r Abu Uyaynah (ragu dari pihak Sufyan), maka kaum musyrik berkata (kepada sesama mereka), “Kita kembali lagi tahun depan saja.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali pula ke Madinah. Peristiwa ini dianggap sebagai suatu peperangan (perang urat syaraf, pent.). Sehubungan dengan peristiwa ini Allah menurunkan firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Muhammad ibnu Mansur, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, lalu ibnu Murdawaih menuturkan hadis ini.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal. Pada keesokan harinya —yaitu pada hari Ahad, tanggal enam belas bulan Syawwal— Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyerukan melalui juru serunya kepada kaum muslim agar bersiap-siap mengejar musuh. Juru seru Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengumumkan, “Tidak boleh ada yang berangkat bersama kami seseorang pun kecuali orang-orang yang ikut bersama kami kemarin (dalam Perang Uhud). Lalu Jabir ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Haram meminta izin kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk tidak ikut. Untuk itu ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah meninggalkan di belakangku tujuh orang saudara perempuanku.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Wahai anakku, tidak layak bagiku dan bagimu juga bila meninggalkan wanita-wanita tersebut tanpa laki-laki di antara mereka yang menjaganya. Aku bukanlah orang yang lebih mementingkan kamu untuk berjihad bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketimbang diriku sendiri. Sekarang engkau boleh tetap tinggal menjaga saudara-saudara perempuanmu.” Maka ia tetap tinggal di Madinah menjaga saudara-saudara perempuannya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan izin kepada Jabir untuk tidak ikut, sedangkan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat bersama mereka. Sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kali ini berangkat hanya semata-mata untuk menakut-nakuti musuh, agar sampai kepada mereka bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat untuk mengejar mereka, hingga mereka mengira bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ masih memiliki kekuatan, bahwa apa yang dialami oleh kaum muslim dalam Perang Uhud tidak membuat mereka lemah dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Abus Saib maula Aisyah binti Usman, bahwa seorang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari kalangan Bani Abdul Asyhal pernah mengikuti Perang Uhud, ia menceritakan bahwa kami ikut dalam Perang Uhud bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”Dalam peperangan Uhud, aku dan saudara laki-lakiku mengalami luka-luka. Ketika juru seru Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengumumkan berangkat lagi mengejar musuh, aku berkata kepada saudaraku, atau saudaraku berkata kepadaku, ‘Apakah peperangan bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kali ini akan terlewatkan oleh kami?’ Demi Allah, kala itu kami tidak mempunyai seekor unta kendaraan pun, sedangkan kami dalam keadaan luka berat. Tetapi pada akhirnya kami tetap bertekad berangkat bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Keadaanku saat itu lebih ringan lukanya ketimbang saudaraku. Di tengah jalan saudaraku jatuh pingsan atau lemas digendong oleh Uqbah, hingga kami pun sampai di tempat pasukan kaum muslim sampai (yaitu Hamra-ul Asad).”
Imam Bukhari mengatakan: telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salam. telah menceritakan kepada kami Ahu Mu’awiyah, dari Hisyam, dari ayahnya. dari Siti Aisyah sehubungan dengan firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya., hingga akhir ayat.
Aku (Siti Aisyah) berkata kepada Urwah.”Hai anak lelaki saudara perempuanku, ayahmu termasuk salah seorang di antara mereka, yaitu Az-Zubair, juga Abu Bakar r.a. Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengalami musibah dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik pulang meninggalkan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ merasa khawatir bila mereka kembali lagi menyerang. Lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Siapakah yang mau mengejar mereka? ” Maka beliau memilih tujuh puluh orang lelaki, di antara mereka terdapat Abu Bakar dan Az-Zubair.
Imam Hakim meriwayatkannya pula melalui hadis Ismail ibnu Abu Khalid, dari At-Taimi, dari Urwah yang menceritakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah berkata kepadanya: Sesungguhnya ayahmu termasuk di antara orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far dari pokok kitabnya, telah menceritakan kepada kami Samuwaih, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Zubair, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepadanya: Sesungguhnya kedua orang tuamu benar-benar termasuk orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka, yaitu Abu Bakar dan Az-Zubair.
Predikat marfu’ hadis ini merupakan suatu kekeliruan yang besar bila ditinjau dari segi sanadnya, karena sanadnya bertentangan dengan riwayat orang-orang yang siqah yang menyatakan bahwa hadis ini mauquf hanya sampai kepada Siti Aisyah r.a. (dan tidak sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), seperti yang disebutkan di atas. Bila ditinjau dari segi’ maknanya, sesungguhnya Az-Zubair bukan merupakan orang tua Siti Aisyah. Sesungguhnya yang mengatakan demikian tiada lain adalah Aisyah, kepada Urwah ibnuz Zubair yang merupakan anak lelaki saudara perempuannya, Asma binti Abu Bakar r.a.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sa’d, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menanamkan ke dalam hati Abu Sufyan rasa takut dalam Perang Uhud sesudah ia berhasil meraih kemenangan yang diperolehnya. Karena itu, ia kembali ke Mekah. Dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Abu Sufyan telah memperoleh suatu kemenangan dari kalian, dan sekarang ia pulang karena Allah menanamkan rasa takut dalam hatinya. Perang Uhud terjadi dalam bulan Syawwal, sedangkan pada waktu itu merupakan kebiasaan setahun sekali para pedagang datang ke Madinah pada bulan Zul Qa’dah, lalu mereka menggelarkan dagangannya di Badar Sugra. Mereka tiba (di Madinah) sesudah peperangan Uhud. Saat itu kaum muslim mendapat luka dari Perang Uhud, lalu mereka mengadu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan mereka merasa berat dengan luka yang baru mereka alami itu. Sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyerukan kepada orang-orang agar berangkat bersamanya, sekalipun keadaan mereka tidak mendorong mereka untuk mengikutinya. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya mereka sekarang berangkat (pulang ke Mekah) untuk menunaikan hajinya. dan mereka tidak akan mampu melakukan semisal dengan apa yang mereka lakukan dalam peperangan Uhud kecuali tahun depan nanti.” Akan tetapi, setan menakut-nakuti kekasih-kekasih Allah. ia mengatakan, “Sesungguhnya manusia (kaum musyrik) telah menghimpun kekuatannya untuk menyerang kalian.” Maka orang-orang tidak mau mengikuti Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya aku tetap akan berangkat, sekalipun tidak ada seorang pun yang mengikutiku untuk menggerakkan orang-orang yang mau ikut.” Maka ikutlah bersamanya Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Az-Zubair, Sa’d, Talhah, Abdur Rahman ibnu Auf, Abdullah ibnu Mas’ud, Huzaifah ibnul Yaman. dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah bersama tujuh puluh orang, lalu mereka berangkat hingga sampai di As-Safra, dan Allah menurunkan firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka. (Ali Imran:172), hingga akhir ayat.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ akhirnya berangkat hingga sampai di Hamra-ul Asad yang jauhnya kurang lebih delapan mil dari Madinah.
Ibnu Hisyam menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengangkat Ibnu Ummi Maktum menjadi amir di Madinah (selama kepergian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tinggal selama tiga hari di Hamra-ul Asad, yaitu pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, setelah itu kembali ke Madinah – Menurut apa yang diceritakan kepadaku oleh Abdullah ibnu Abu Bakar – Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan Ma’bad ibnu Abu Ma’bad Al-Khuza’i. Kabilah Khuza’ah, baik yang muslim maupun yang masih musyrik, bersikap netral. Mereka mempunyai hubungan erat dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sejak mereka melakukan transaksi perdagangan dengan beliau di Tihamah, dan mereka tidak pernah menyembunyikan sesuatu pun darinya. Ma’bad saat itu masih musyrik: ketika bersua dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ia mengatakan, “Hai Muhammad, demi Allah, kami berbelasungkawa atas musibah yang menimpa dirimu sehubungan dengan luka yang dialami oleh sahabat-sahabatmu, dan kami berharap mudah-mudahan Allah menyelamatkan engkau bersama mereka.” Kemudian Ma’bad melanjutkan perjalanannya, sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tetap berada di Hamra-ul Asad, hingga Ma’bad bersua dengan Abu Sufyan ibnu Harb bersama pasukannya di Rauha. Saat itu mereka sepakat kembali memerangi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan sahabat-sahabatnya. Mereka mengatakan, “Kita telah mengalami kemenangan atas Muhammad dan sahabat-sahabatnya, juga para pemimpin dan orang-orang terhormat kaum muslim, apakah kita kembali sebelum memberantas mereka? Kita benar-benar harus kembali untuk mengikis habis sisa-sisa kekuatan mereka hingga kita benar-benar aman dari mereka.” Ketika Abu Sufyan melihat Ma’bad, ia bertanya.”Hai Ma’bad. apakah yang ada di belakangmu?” Ma’bad menjawab.”Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang memburu kalian bersama sejumlah pasukan yang belum pernah kulihat sebanyak itu. Mereka benar-benar merasa dendam terhadap kalian. Telah bergabung bersamanya orang-orang yang tadinya tidak ikut berperang, dan mereka menyesal atas ketidakberangkatan mereka. Mereka benar-benar merasa dendam terhadap kalian sehingga membawa pasukan yang kekuatannya tidak pernah aku lihat sebelumnya.” Abu Sufyan berkata, “Celakalah kamu ini, apa maksudmu dengan kata-katamu itu?” Ma’bad berkata, “Demi Allah, menurutku engkau masih belum pulang sebelum engkau melihat pasukan berkuda mereka.” Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, sesungguhnya kami sepakat kembali menyerang mereka guna mengikis habis sisa-sisa kekuatan mereka.” Ma’bad menjawab, “Sesungguhnya aku melarangmu melakukan hal tersebut. Demi Allah, sesungguhnya telah mendorongku untuk mengatakan beberapa bait syair yang menggambarkan kekuatan mereka (kaum muslim) sesudah aku melihatnya.” Abu Sufyan bertanya, “Apakah yang engkau katakan itu?” Ma’bad menjawab, “Rahilah (pelana) untaku hampir jatuh karena getaran ketika kuda-kuda Ababil mengalir bergerak di bumi membawa para pendekar yang gagah berani lagi pantang mundur dalam peperangan dan tidak pernah mundur barang setapak pun. Maka aku memacu kendaraanku karena aku mengira bahwa bumi ini seakan-akan berguncang, mereka berada di bawah pimpinan seorang pemimpin yang tidak pernah terhina. Maka aku katakan, ‘Celakalah, hai Ibnu Harb, bila bersua dengan kalian,’ mengingat Lembah Batha bergetar karena pasukan berkuda. Sesungguhnya aku memberikan peringatan kepada penduduk lembah, janganlah mereka mengorbankan nyawanya, yaitu kepada setiap orang yang ragu dan memakai akal pikirannya di antara mereka. Hati-hatilah kalian terhadap pasukan Ahmad yang tidak terkalahkan itu. Apa yang aku peringatkan ini bukan berdasarkan berita (melainkan aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri).” Maka Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya merasa berterima kasih kepada Ma’bad atas berita itu. Lalu Abu Sufyan berpapasan dengan kafilah dari Abdul Qais. Abu Sufyan bertanya, “Hendak ke manakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami hendak ke Madinah.” Abu Sufyan bertanya, “Untuk apa?” Mereka menjawab, “Kami hendak mencari makanan.” Abu Sufyan berkata, “Maukah kalian menyampaikan pesanku kepada Muhammad melalui surat yang akan kukirimkan melalui kalian? Sebagai imbalannya aku akan membawakan barang ini buat kalian (yakni zabib) di Ukaz bila kalian bersua dengan kami nanti.” Mereka menjawab, “Ya.” Abu Sufyan berkata, “Apabila kalian bertemu dengan Muhammad, ‘sampaikanlah kepadanya bahwa kami telah bersiap-siap untuk menyerang dia dan sahabat-sahabatnya dan mengikis habis sisa-sisa kekuatan mereka.” Lalu rombongan kafilah Abdul Qais itu bersua dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Hamra-ul Asad, kemudian mereka menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Abu Sufyan dan teman-temannya. Maka Nabi dan para sahabatnya berkata, “Cukuplah Allah sebagai Penolong kami, Dia sebaik-baik Pelindung.”
Ibnu Hisyam meriwayatkan melalui Abu Ubaidah yang pernah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda ketika disampaikan kepadanya berita yang mengatakan bahwa pasukan kaum musyrik kembali datang menyerang:
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku telah memberi tanda buat mereka pada sebuah batu. Seandainya mereka pada pagi harinya berada di situ, niscaya keadaan mereka seperti kemarin yang telah lalu.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). (Ali Imran:172) Bahwa Abu Sufyan dan teman-temannya berhasil memperoleh kemenangan atas pasukan kaum muslim, lalu mereka kembali. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Abu Sufyan kembali (ke Mekah), sedangkan Allah telah menanamkan rasa takut di dalam hatinya. Maka siapakah yang mau ikut mengejarnya? Ternyata yang mau melakukannya adalah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan sejumlah sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mereka berangkat mengejar Abu Sufyan dan pasukannya. Ketika sampai berita kepada Abu Sufyan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang mengejarnya dan ia bersua dengan suatu iringan kafilah pedagang, maka ia berkata (kepada mereka), “Kembalikanlah Muhammad, nanti kalian akan kuberi persen sekian, dan sampaikanlah kepadanya bahwa aku telah menghimpun sejumlah besar pasukan, dan aku akan kembali memerangi mereka.” Ketika rombongan pedagang itu datang dan menyampaikan berita tersebut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah sebaik-baik Pelindung. Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan ayat ini.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, semuanya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hamra-ul Asad.
Menurut pendapat lain, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Perang Badar yang dijanjikan, tetapi pendapat yang benar adalah pendapat pertama.
Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali dari Uhud menuju ke Madinah dan mendengar bahwa Abu Sufyan beserta orang-orang yang bersamanya dari kaum musyrikin hendak kembali menye-rang Madinah, maka beliau menyeru kembali para sahabatnya untuk bersiap berperang. Maka mereka berangkat dengan kondisi masih terluka, demi memenuhi panggilan Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya, dan menaati Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya, hingga akhirnya sampailah mereka pada suatu tempat yang bernama Hamra` al-Asad.
Lalu datanglah seseorang kepada mereka seraya berkata, إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu,” mereka bertekad untuk menghancurkan ka-lian, sebagai suatu tindakan menakuti dan menggentarkan mereka. Akan tetapi hal itu tidaklah menambah bagi mereka kecuali iman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan bertawakal kepadaNya, وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ “dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah جَلَّ جَلالُهُ menjadi Penolong kami’,” maksudnya, cukuplah Dia dari segala hal yang mengkhawatirkan kita, وَنِعْمَ الْوَكِيلُ”dan Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah sebaik-baik Pelindung,” yaitu Dzat yang diserahkan kepadaNya urusan hamba-hambaNya dan yang me-menuhi kemaslahatan bagi mereka.
Orang-orang yang betul-betul disebut pejuang yaitu orang-orang yang menaati perintah Allah dan rasul dengan sepenuh hati, bahkan setelah mereka mendapat luka dalam perang uhud berupa bencana dan musibah kekalahan, mereka tetap teguh pendirian dan tidak surut dalam melaksanakan perintah Allah. Orang-orang yang berbuat kebajikan dengan selalu memenuhi perintah Allah dan rasul-Nya dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar berupa kenikmatan dan kebahagiaan abadi, dan diangkat derajatnya di sisi Allah. Orang-orang yang mendapat pahala besar adalah orang-orang yang menaati Allah dan rasul. Mereka memenuhi perintah Allah untuk berjuang yang ketika ada sekelompok orang-orang munafik yang loyal kepada kaum musyrikin mengatakan kepadanya dengan nada mengejek dan meniupkan rasa ketakutan terhadap orang-orang mukmin, orangorang quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu dengan jumlah pasukan yang lebih besar dan persiapan lebih matang, karena itu takutlah kepada mereka. Ternyata ucapan mereka itu tidak membuat orang-orang mukmin gentar dan takut, justru menambah kuat iman mereka dan mereka menjawab dengan teguh dan mantap, cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dalam melawan setiap musuh dan dia sebaik-baik pelindung yang selalu melindungi dari setiap penyerang, dan membela dari setiap penyerbu, karena kami adalah tentara Allah.
Ali ‘Imran Ayat 172 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 172, Makna Ali ‘Imran Ayat 172, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 172, Ali ‘Imran Ayat 172 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 172
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)