{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 180.
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١٨٠﴾
wa lā yaḥsabannallażīna yabkhalụna bimā ātāhumullāhu min faḍlihī huwa khairal lahum, bal huwa syarrul lahum, sayuṭawwaqụna mā bakhilụ bihī yaumal-qiyāmah, wa lillāhi mīrāṡus-samāwāti wal-arḍ, wallāhu bimā ta’malụna khabīr
QS. Ali ‘Imran [3] : 180
Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Janganlah orang-orang yang kikir terhadap apa yang telah Allah limpahkan kepada mereka berupa kenikmatan sebagai sebuah karunia dari-Nya mengira bahwa kekikiran tersebut lebih baik bagi mereka, sebaliknya ia lebih buruk bagi mereka. Karena harta yang mereka kumpulkan akan diubah menjadi kalung besar dari neraka yang dilingkarkan di leher mereka di hari Kiamat. Allah adalah pemilik kerajaan, Dialah yang kekal setelah seluruh makhluk-Nya fana, Dia Maha Mengenal perbuatan-perbuatan kalian semuanya dan akan membalas masing-masing dari kalian sesuai dengan haknya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang kikir mengira bahwa harta yang dikumpulkannya itu bermanfaat bagi dirinya, bahkan harta itu merupakan mudarat bagi agamanya, dan adakalanya mudarat pula bagi kehidupan dunianya.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan kepada kita apa yang akan terjadi dengan harta benda orang yang kikir kelak di hari kiamat. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Berfirman:
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Munir yang telah mendengar dari Abun Nadr. telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yaitu ibnu Abdullah ibnu Dinar), dari ayahnya, dari Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa dianugerahi oleh Allah sejumlah harta, lalu ia tidak menunaikan zakat hartanya, kelak hartanya itu akan berubah ujud menjadi ular yang botak yang memiliki dua buah taring membelitnya kelak di hari kiamat. Ular itu menelannya dengan kedua rahangnya seraya mengatakan, “Akulah hartamu, akulah harta timbunanmu.” Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka., hingga akhir ayat.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari, tanpa Imam Muslim bila ditinjau dari segi ini.
Ibnu Hibban meriwayatkannya di dalam kitab sahih melalui jalur Al-Lais ibnu Sa’d, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa’qa’ ibnu Hakim, dari Abu Saleh dengan lafaz yang sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hujain ibnul Musanna, telah mence-ritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Abu Salamah, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sesungguhnya orang yang tidak menunaikan zakai hartanya, kelak di hari kiamat hartanya itu diubah ujudnya menjadi ular yang botak dengan memiliki dua buah taring, kemudian ular itu menggigitinya dan membelitnya seraya mengatakan, “Akulah hartamu, akulah timbunanmu.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Al-Fadl ibnu Sahl, dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Abu Salamah dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa riwayat Abdul Aziz, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar lebih kuat daripada riwayat Abdur Rahman, dari ayahnya Abdullah ibnu Dinar, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah.
Menurut kami, tidak ada pertentangan di antara kedua riwayat tersebut, karena barangkali riwayat yang ada pada Abdullah ibnu Dinar bersumber dari dua jalur. Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengetengahkannya melalui berbagai jalur dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, juga dari hadis Muhammad ibnu Humaid. dari Ziyad Al-Khatmi, dari Abu Hurairah.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Jami’, dari Abu Wa-il, dari Abdullah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tidak sekali-kali seorang hamba tidak menunaikan zakat hartanya, melainkan dijadikan baginya ular botak yang selalu mengejarnya. Bila ia lari, maka ular bolak itu mengejarnya dan mengatakan, “Akulah timbunanmu (simpananmu).” Kemudian Abdullah ibnu Dinar membacakan ayat Kitabullah yang semakna dengannya, yaitu:
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Jami’ ibnu Abu Rasyid, Imam Turmuzi, dan Abdul Malik ibnu A’yun menambahkan bahwa keduanya dari Abu Wa-il Syaqiq ibnu Salamah, dari Abdullah ibnu Mas’ud dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis adalah hasan sahih.
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak melalui hadis Abu Bakar ibnu Iyasy dan Sufyan As-Sauri, keduanya dari Abu Ishaq As-Subai’i, dari Abu Wa-il, dari Ibnu Mas’ud dengan lafaz yang sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya’la,
telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu Bustam, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai’, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Qatadah, dari Salim ibnu Abul Ja’d, dari Ma’dan ibnu Abu Talhah, dari Sauban, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Barang siapa sesudah matinya meninggalkan harta simpanan, maka diserupakan baginya ular yang botak memiliki dua buah taring, ular botak itu terus mengejarnya. Maka dia bertanya, “Celakalah, siapakah kamu?” Ular botak itu menjawab, “Aku-lah harta simpanan yang kamu tinggalkan sesudah kamu mati.” Ular botak itu terus mengejarnya hingga dapat menangkap tangannya, lalu dikunyahnya, kemudian menyusul seluruh tubuhnya.
Sanad hadis dinilai jayyid lagi kuat, tetapi mereka tidak mengetengahkannya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Tabrani dari Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali.
Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari hadis Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:
Tidak sekali-kali seorang lelaki datang kepada tuan (majikan)nya, lalu ia meminta sebagian dari lebihan harta yang ada padanya, tetapi si majikan menolaknya, melainkan dipanggilkan baginya kelak di hari kiamat seekor ular yang (diperintahkan) menelan lebihan harta yang tidak ia berikan itu.
Demikianlah menurut lafaz Ibnu Jarir.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Abu Quza’ah, dari seorang lelaki (sahabat), dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tidak sekali-kali seseorang datang kepada familinya. kemudian meminta kepadanya sebagian dari lebihan harta yang diberikan oleh Allah kepadanya, lalu ia kikir tidak memberikannya. melainkan dikeluarkan untuknya dari neraka Jahannam seekor ular yang menelan dan membelitnya.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur lain dari Abu Quza’ah yang nama aslinya adalah Hajar ibnu Bayan, dari Abu Malik Al-Abdi secara mauquf. Tetapi ia meriwayatkannya pula melalui jalur lainnya lagi dari Abu Qaza’ah secara mursal.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab yang kikir dengan kitab-kitab yang ada di tangan mereka, dalam arti kata mereka tidak mau menerangkannya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Tetapi pendapat pertamalah yang benar, sekalipun pendapat terakhir termasuk ke dalam pengertiannya. Adakalanya dikatakan bahwa justru pendapat yang terakhir inilah yang lebih diprioritaskan. Hanya Allah Yang Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.
Dengan kata lain, semakna dengan firman lainnya yang mengatakan:
Maka nafkahkanlah sebagian dari harta kalian yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya. (Al Hadiid:7)
Karena sesungguhnya semua urusan itu kembalinya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, maka dahulukanlah hal-hal yang bermanfaat bagi kalian dari harta kalian buat bekal di hari kemudian.
Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Yakni berikut niat dan apa yang tersimpan di dalani hati kalian.
Maksudnya, janganlah orang-orang yang bakhil itu menyangka, yaitu orang yang menahan sesuatu yang mereka miliki dari sesuatu yang telah diberikan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada mereka berupa karuniaNya seperti harta, kedudukan, ilmu dan sebagainya, yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ berikan dan Allah جَلَّ جَلالُهُ anugerahkan kepada mereka, dan Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan kepada mereka untuk mendermakan harta yang tidak akan memudaratkan mereka disebabkannya kepada hamba-hambaNya yang lain, namun mereka bakhil akan hal tersebut, mereka menahannya dari hamba-hamba Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan mereka berpikir bahwa itu lebih baik buat mereka. Akan tetapi itu justru lebih buruk buat mereka dalam agama dan dunia mereka, sekarang maupun nanti.
سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya pada Hari Kiamat.” Maksudnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ akan menjadikan harta yang mereka bakhilkan itu sebagai kalung pada leher-leher mereka seraya mereka disiksa dengannya seba-gaimana yang diriwayatkan dalam hadits yang shahih,
إِنَّ الْبَخِيْلَ يُمَثَّلُ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ، أَنَا كَنْزُكَ.
“Sesungguhnya orang yang bakhil itu pada Hari Kiamat, hartanya akan dijadikan seekor ular jantan yang botak yang memiliki dua taring, kemudian ia akan mematok kedua rahang (pemilik)nya seraya berkata, ‘Saya adalah hartamu, saya adalah harta simpananmu’.”
Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca ayat ini untuk membenarkannya. Orang-orang bakhil itu menyangka bahwa kebakhilan mereka berguna bagi mereka dan akan menyelamatkan mereka, namun ternyata perkaranya terbalik secara total, bahkan kebakhilan me-reka itu menjadi mudarat paling besar bagi mereka dan penyebab bagi siksaan atas mereka.
وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ “Dan kepunyaan Allah جَلَّ جَلالُهُ-lah segala warisan (yang ada) di langit dan bumi,” maksudnya, Allah جَلَّ جَلالُهُadalah Raja atas segala raja, dan seluruh raja-raja kembali kepada Pemiliknya, dan hamba-hamba akan kembali dari dunia dengan tidak mem-bawa apa-apa dari dirham dan dinar, dan tidak juga harta lainnya. Allah جَلَّ جَلالُهُberfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.” (Maryam: 40).
Perhatikanlah bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan sebab awal dan sebab akhir, di mana kedua sebab itu mengharuskan seorang hamba tidak bakhil dengan harta yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ berikan kepadanya.
Pertama, Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan tentang sesuatu yang ada pada hamba dan miliknya itu merupakan karunia dari Allah جَلَّ جَلالُهُ dan nikmatNya dan bukan milik hamba tersebut, bahkan sekiranya bukan karena karunia Allah جَلَّ جَلالُهُ atasnya dan kebaikanNya, niscaya tidak akan ada sama sekali pada dirinya sesuatu pun dari padanya. Maka tindakan bakhilnya itu menghalangi karunia Allah جَلَّ جَلالُهُ dan kebaikan-Nya. Karena kebaikanNya itu mengharuskan ia berbuat kebaikan juga kepada hamba-hambaNya, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ telah berbuat baik kepadamu.” (Al-Qashash: 77).
Barangsiapa yang meneliti (dengan seksama) bahwa apa yang ada padanya itu merupakan karunia dari Allah جَلَّ جَلالُهُ, niscaya dia tidak akan menahan karunia itu, yang tidak akan memudaratkannya, akan tetapi justru berguna bagi dirinya; pada hatinya, hartanya, dan bertambahnya iman, serta terpelihara dari bencana.
Kemudian kedua, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan bahwa apa yang ada pada tangan hamba-hamba itu semuanya kembali kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan diwarisi oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah sebaik-baik Pewaris, maka tidak ada artinya bersikap bakhil pada sesuatu yang akan hilang darimu dan akan berpindah kepada selain dirimu.
Kemudian ketiga, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan sebab balasan, seraya berfirman, وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ “Dan Allah جَلَّ جَلالُهُ mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Apabila Allah جَلَّ جَلالُهُ itu Maha Mengetahui pada perbuatan-perbuatan kalian seluruhnya –dan hal itu mengharuskan adanya balasan yang baik bagi kebaikan, dan hukuman atas kejahatan– niscaya tidaklah akan terlambat seseorang yang dalam hatinya ada iman walau seberat biji sawi untuk berinfak, di mana dia akan memperoleh balasan, dan dia tidak akan bahagia dengan menahan infak yang akan membuat dirinya mendapat hukuman.
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah mendorong untuk berkorban jiwa, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar berkorban harta benda untuk perjuangan. Ketika mendapat panggilan untuk berjuang di jalan Allah dengan jiwa raga dan harta, sebagian golongan ada yang tidak mau menerima panggilan tersebut, kemudian Allah mengecam tindakan mereka. Dan jangan sekali-kali orang-orang kaya dan berkecukupan yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya enggan menginfakkan hartanya di jalan Allah, atau untuk kepentingan sosial mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka lantaran harta yang tidak mereka sumbangkan itu dapat mereka gunakan untuk melindungi mereka dari bencana, padahal kikir itu buruk bagi mereka karena dapat menghapus keberkahan rezeki dan membuat hati menjadi keras sehingga sulit menerima nasihat. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan di lehernya pada hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang selalu menyertainya di akhirat akibat kekikirannya. Sesungguhnya milik Allah-lah warisan yang ada di langit dan di bumi dari seluruh harta kekayaan yang dilimpahkan kepada hamba-Nya. Dia tidak membutuhkan infak dan sedekah mereka karena dia adalah pemilik seluruh isi langit dan bumi. Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan sehingga tidak keliru dalam memberi imbalan atas perbuatan mereka. Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang yahudi yang mengatakan, sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya. Orang-orang yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersedekah. Ucapan mereka kemudian dijawab oleh Allah. Kami akan mencatat perkataan mereka yang sangat buruk dengan berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada Allah dan perbuatan mereka membunuh nabinabi tanpa hak alasan yang benar lantaran para utusan Allah tersebut menyampaikan ajaran-ajaran Allah, dan kami akan mengatakan kepada mereka, rasakanlah olehmu azab yang membakar! itu adalah akibat harta yang mereka timbun untuk kepentingan diri sendiri dan tidak mereka sedekahkan.
Ali ‘Imran Ayat 180 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 180, Makna Ali ‘Imran Ayat 180, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 180, Ali ‘Imran Ayat 180 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 180
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)