{2} Al-Baqarah / البقرة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النساء / An-Nisa {4} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran آل عمران (Keluarga ‘Imran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 3 Tafsir ayat Ke 191.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu’ụdaw wa ‘alā junụbihim wa yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā ‘ażāban-nār
QS. Ali ‘Imran [3] : 191
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
Orang-orang yang mengingat Allah dalam segala keadaan, dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring, mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi, mereka mengucapkan, “Wahai Rabb kami, Engkau tidak menciptakan makhluk ini secara percuma. Engkau disucikan dari hal itu, maka palingkanlah kami dari siksa api neraka.”
Allah menjelaskan ciri khas orang-orang yang berakal, melalui firman berikutnya. Mereka adalah:
…Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain dengan melalui Imran ibnu Husain, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu berdiri, maka salatlah sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu sambil duduk, maka salatlah dengan berbaring pada lambungmu.
Mereka tidak pernah terputus dari berzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka. Lisan, hati, dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
…dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya, dan rahmat-Nya.
Syekh Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada sesuatu pun yang terlihat oleh mataku melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu nikmat kepadaku padanya, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran.” Demikianlah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam Kitabut Tawakkul wal I’tibar.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa ia pernah mengatakan, “Berpikir selama sesaat lebih baik daripada berdiri salat semalam.”
Al-Fudail mengatakan bahwa Al-Hasan pernah berkata, “Pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu.”
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu. Adakalanya ia mengucapkan tamsil untuk pengertian tersebut melalui bait syair ini:
Apabila seseorang menggunakan akal pikirannya, maka pada segala sesuatu terdapat pelajaran baginya.
Disebutkan dari Isa a.s. bahwa ia pernah mengatakan.”Beruntunglah bagi orang yang ucapannya adalah zikir, diamnya berpikir. dan pandangannya sebagai pelajaran.”
Luqmanul Hakim mengatakan, “Sesungguhnya lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan lama berpikir merupakan jalan yang menunjukkan ke pintu surga.”
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa tidak sekali-kali seseorang lama menggunakan pemikirannya melainkan ia akan mengerti, dan tidak sekali-kali seseorang mengerti melainkan mengetahui, dan tidak sekali-kali pula seseorang mengetahui melainkan beramal.
Umar ibnu Abdul Aziz mengatakan, “Berbicara untuk berzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adalah baik, dan berpikir tentang nikmat-nikmat Allah lebih utama daripada ibadah.”
Mugis Al-Aswad mengatakan, “Ziarahilah kubur setiap hari, niscaya menggugah pikiran kalian. Saksikanlah adegan hari kiamat dengan hati kalian, dan renungkanlah kedua golongan yang pergi ke dalam surga dan yang masuk ke dalam neraka. Gugahlah hati kalian dan tubuh kalian agar mengingat neraka dan beraneka ragam siksaan yang ada di dalamnya.” Bila perkataannya sampai di situ, maka ia menangis, hingga tubuhnya diangkat oleh murid-muridnya karena pingsan.
Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa seorang lelaki bersua dengan seorang rahib di dekat sebuah kuburan dan tempat pembuangan sampah. Lalu ia memanggil rahib itu dan mengatakan kepadanya, “Hai rahib, sesungguhnya padamu terdapat dua perbendaharaan di antara perbendaharaan-perbendaharaan dunia. Keduanya mengandung pelajaran bagimu, yaitu perbendaharaan kaum lelaki dan perbendaharaan harta benda.”
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bila ia ingin menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah ditinggalkan oleh penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di depan pintunya, lalu berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan, “Ke manakah penghunimu?” Kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan firman-Nya:
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat Allah. (Al Qashash:88)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, “Dua rakaat yang lamanya pertengahan dengan bertafakkur adalah lebih baik daripada berdiri salat sepanjang malam, sedangkan hatinya lupa.”
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, “Hai anak Adam, makanlah (isilah) sepertiga perutmu dengan makanan, dan sepertiga lagi dengan minuman, dan kosongkanlah sepertiga lainnya untuk memberikan udara segar dalam bertafakkur.”
Salah seorang yang bijak mengatakan, “Barang siapa memandang dunia tanpa dibarengi dengan pandangan mengambil pelajaran, maka akan padamlah sebagian dari pandangan mata hatinya sesuai dengan kelalaiannya.”
Bisyr ibnul Haris Al-Hafi mengatakan, “Seandainya manusia bertafakkur merenungkan keagungan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, niscaya mereka tidak berani berbuat durhaka kepada-Nya.”
Al-Hasan meriwayatkan dari Amir ibnu Abdu Qais yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar bukan hanya dari seorang, dua orang, atau tiga orang dari kalangan sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Semuanya mengatakan, “Sesungguhnya sinar keimanan atau cahaya keimanan itu adalah tafakkur.”
Diriwayatkan dari Isa a.s., bahwa ia pernah mengatakan, “Hai anak Adam yang lemah, bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada. Jadilah kamu di dunia ini orang yang lemah, jadikanlah masjid-masjid sebagai tempat tinggal, ajarkanlah kepada kedua matamu menangis, juga kepada badanmu untuk bersabar, dan kepada hatimu untuk bertafakkur. Janganlah engkau pedulikan tentang rezeki keesokan hari.”
Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnu Abdul Aziz r.a., bahwa ia pernah menangis di suatu hari di antara teman-temannya. Ketika ditanyakan kepadanya mengapa dia menangis, ia menjawab, “Aku sedang memikirkan perihal dunia dan kesenangan serta nafsu syahwatnya, maka aku dapat mengambil pelajaran dari-nya. Yaitu setiap kali nafsu syahwat belum terlampiaskan, maka terlebih dahulu dikeruhkan oleh kepahitannya. Sekiranya di dalam dunia tidak terdapat pelajaran bagi orang yang memikirkannya, sesungguhnya di dalam dunia terdapat peringatan bagi orang yang mengingat.”
Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa Al-Husain ibnu Abdur Rahman pernah mengucapkan syair-syair berikut kepadanya, yaitu:
Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur, kesenangan orang mukmin adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah semata, kami semua berada dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir) umurnya telah habis, sedangkan dia tidak menyadarinya. Banyak kehidupan terpenuhi semua yang dicita-citakannya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik air dari mata air, naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar, dan buah-buahan yang masak, semuanya itu menjadi berubah oleh lewatnya masa yang begitu cepat, demikian pula pemilik-nya. Kami memuji kepada Allah semata, sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran. Sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika ia menggunakan akal pikirannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mencela orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari makhluk-Nya yang menunjukkan kepada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, syariat-Nya, takdir-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedangkan mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain). (Yusuf:105-106)
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang mukmin melalui ayat berikut ini:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.” (Ali Imran:191)
Tidak sekali-kali Engkau ciptakan semuanya sia-sia melainkan dengan sebenarnya, agar orang-orang yang berbuat buruk dalam per-buatannya Engkau berikan balasan yang setimpal kepada mereka, dan Engkau berikan pahala yang baik kepada orang-orang yang berbuat baik.
Kemudian orang-orang mukmin menyucikan Allah dari perbuatan sia-sia dan penciptaan yang batil. Untuk itu mereka mengatakan. yang disitir oleh firman-Nya:
Mahasuci Engkau.
Yaitu Mahasuci Engkau dari perbuatan menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
…maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Peliharalah kami, wahai Tuhan yang menciptakan semua makhluk dengan sebenarnya dan adil. Wahai Tuhan Yang Mahasuci dari segala kekurangan, cela dan perbuatan sia-sia, peliharalah kami dari azab neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu. Berilah kami taufik (bimbingan) untuk mengerjakan amal-amal yang menyebabkan Engkau rida kepada kami. Berilah kami taufik kepada amal saleh yang dapat menuntun kami ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Lindungilah kami dari azab-Mu yang amat pedih.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang berakal itu, bahwa mereka adalah يَذْكُرُونَ اللَّهَ “orang-orang yang mengingat Allah جَلَّ جَلالُهُ” pada segala kondisi mereka, قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ “sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” Ini mencakup segala bentuk dzikir dengan perkataan dan hati, dan termasuk dalam hal itu adalah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka dengan duduk, dan bila tidak mampu, maka dengan berbaring, dan bahwa mereka وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ “memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” Maksudnya, agar mereka menjadikannya sebagai dalil atas maksud darinya.
Ini menunjukkan bahwa berpikir adalah ibadah yang merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat para wali Allah جَلَّ جَلالُهُ yang berilmu. Apabila mereka memikirkannya, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُtidaklah menciptakan mereka dengan sia-sia. Maka mereka berkata, رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau” dari segala hal yang tidak patut bagi keagunganMu dengan kebenaran dan karena kebenaran. Akan tetapi Engkau menciptakan semua itu dengan mengandung kebenaran, فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “maka peliharalah kami dari siksa neraka,” dengan melindungi kami dari keburukan-keburukan dan Engkau bimbing kami kepada amalan-amalan shalih hingga dengan itu kami semua memperoleh keselamatan dari api neraka. Dan hal itu mengandung permohonan masuk surga, karena bila Allah جَلَّ جَلالُهُ memelihara mereka dari siksa neraka, niscaya mereka memperoleh surga. Tetapi ketika rasa takut muncul pada hati mereka, niscaya mereka memohon kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan perkara-perkara yang paling penting bagi mereka;
Orang-orang berakal yaitu orang-orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah yang terbentang di jagat raya ini, seraya berzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh. Mereka mengingat Allah sambil berdiri dan berjalan dengan melakukan aktivitas kehidupan. Mereka berzikir kepada-Nya seraya duduk di majelis-majelis zikir atau masjid, atau berzikir kepada-Nya dalam keadaan berbaring menjelang tidur dan saat istirahat setelah beraktivitas, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sebagai bukti kekuasaan Allah yang mahaagung seraya berkata, ya tuhan kami! kami bersaksi bahwa tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik ciptaan itu semua. Mahasuci engkau, kami bersaksi tiada sekutu bagi-Mu. Kami mohon kiranya engkau melimpahkan taufik agar kami mampu beramal saleh dalam rangka menjalankan perintah-Mu, dan lindungilah kami dari murka-Mu sehingga kami selamat dari azab nerakamereka berdoa kepada Allah sang pencipta yang menghidupkan dan mematikan. Ya tuhan kami, sesungguhnya orang yang engkau masukkan ke dalam neraka karena menyekutukan-Mu dan akibat keangkuhannya, maka sungguh, engkau telah menghinakannya dengan menimpakan azab yang pedih, dan tidak ada seorang penolong pun yang dapat memberikan pertolongan bagi orang yang zalim. Karena orang-orang zalim pantas mendapatkan murka dan siksaan dari Allah.
Ali ‘Imran Ayat 191 Arab-Latin, Terjemah Arti Ali ‘Imran Ayat 191, Makna Ali ‘Imran Ayat 191, Terjemahan Tafsir Ali ‘Imran Ayat 191, Ali ‘Imran Ayat 191 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ali ‘Imran Ayat 191
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)