{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 1.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ﴿١﴾
yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna ‘alaikum raqībā
QS. An-Nisa [4] : 1
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
Wahai manusia takutlah kalian kepada Allah, peganglah perintah-perintah-Nya dan jauhilah larangan-larangan-Nya. Dialah yang menciptakan kalian dari jiwa yang satu yaitu Adam dan darinya Dia menciptakan pasangannya yaitu Hawa. Dan dari keduanya Dia menyebarkan kaum laki-laki dan wanita dalam jumlah yang sangat banyak di bumi. Hendaklah kalian merasa diawasi oleh Allah di mana sebagian dari kalian meminta kepada sebagian yang lain dengan nama-Nya, dan berhati-hatilah sehingga kalian tidak memutus hubungan rahim kalian. Sesungguhnya Allah mengawasi segala keadaan kalian.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman memerintahkan kepada makhluk-Nya agar bertakwa kepada-Nya, yaitu menyembah kepada-Nya semata dan tidak membuat sekutu bagi-Nya. Juga mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan mereka dari seorang diri berkat kekuasaan-Nya orang tersebut adalah Adam a.s.
…dan darinya Allah menciptakan istrinya.
Siti Hawa a.s. diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk sebelah kiri bagian belakang Adam a.s. ketika Adam a.s. sedang tidur. Saat Adam terbangun, ia merasa kaget setelah melihatnya, lalu ia langsung jatuh cinta kepadanya. Begitu pula sebaliknya, Siti Hawa jatuh cinta kepada Adam a.s.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muqatil, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Abu Hilal. dari Qatadah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Wanita diciptakan dari laki-laki, maka keinginan wanita dijadikan terhadap laki-laki, dan laki-laki itu dijadikan dari tanah, maka keinginannya dijadikan terhadap tanah, maka pingitlah wanita-wanita kalian.”
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Maka jika kamu bertindak untuk meluruskannya. niscaya kamu akan membuatnya patah. Tetapi jika kamu bersenang-senang dengannya, berarti kamu bersenang-senang dengannya, sedangkan padanya terdapat kebengkokan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan.
Allah mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan dari Adam dan Hawa, lalu menyebarkan mereka ke seluruh dunia dengan berbagai macam jenis, sifat, warna kulit, dan bahasa mereka. Kemudian sesudah itu hanya kepada-Nya mereka kembali dan dihimpunkan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Maksudnya, bertakwalah kalian kepada Allah dengan taat kepada-Nya.
Ibrahim, Mujahid, dan Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, (An Nisaa:1) Yakni seperti dikatakan, “Aku meminta kepadamu dengan nama Allah dan hubungan silaturahmi.”
Menurut Ad-Dahhak, makna ayat adalah ‘bertakwalah kalian kepada Allah yang kalian telah berjanji dan berikrar dengan menyebut nama-Nya’. Bertakwalah kalian kepada Allah dalam silaturahmi. Dengan kata lain, janganlah kalian memutuskannya. melainkan hubungkanlah dan berbaktilah untuknya. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid. Al-Hasan. Ad-Dahhak. Ar-Rabi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Salah seorang ulama membaca al-arhama menjadi al-arhami. yakni dengan bacaan jar karena di-‘ataf-kan kepada damir yang ada pada bihi. Dengan kata lain, kalian saling meminta satu sama lain dengan menyebut nama Allah dan hubungan silaturahmi. Demikianlah menurut yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.
Dia mengawasi semua keadaan dan semua perbuatan kalian. Seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al Mujaadalah:6)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
Sembahlah Tuhanmu seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.
Hal ini merupakan petunjuk dan sekaligus sebagai peringatan, bahwa diri kita selalu berada di dalam pengawasan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menyebutkan bahwa asal mula makhluk itu dari seorang ayah dan seorang ibu. Makna yang dimaksud ialah agar sebagian dari mereka saling mengasihi dengan sebagian yang lain, dan menganjurkan kepada mereka agar menyantuni orang-orang yang lemah dari mereka.
Di dalam hadis sahih Muslim disebutkan melalui hadis Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali:
bahwa ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kedatangan sejumlah orang dari kalangan Mudar —mereka adalah orang-orang yang mendatangkan buah-buahan, yakni dari pohon-pohon milik mereka— maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkhotbah kepada orang-orang sesudah salat Lohor. Dalam khotbahnya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri. (An Nisaa:1), hingga akhir ayat. Kemudian membacakan pula firman-Nya: Hai orang-orang yang berimah, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. (Al Hasyr:18) Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menganjurkan mereka untuk bersedekah. Untuk itu beliau bersabda: Seorang lelaki bersedekah dari uang dinarnya, dari uang dirhamnya, dari sa’ jewawutnya. dari sa’ kurmanya, hingga akhir hadis.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ahlus sunan dari Ibnu Mas’ud dalam khotbah hajinya. yang di dalamnya disebut pula bahwa setelah itu Ibnu Mas’ud membacakan tiga buah ayat Salah satunya adalah firman-Nya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian., hingga akhir ayat.
Allah جَلَّ جَلالُهُ memulai surat ini dengan perintah untuk bertakwa kepadaNya dan anjuran untuk beribadah kepadaNya, perintah untuk menyambung silaturahim dan anjuran untuk hal itu. Allah جَلَّ جَلالُهُ juga menjelaskan tentang sebab-sebab yang mendorong harusnya melakukan setiap dari hal tersebut, dan bahwa hal yang mengharuskan untuk bertakwa kepadaNya adalah karena Allah جَلَّ جَلالُهُ itu Rabb kalian, رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ “yang telah menciptakan kalian,” memberi rizki kepada kalian, memelihara kalian dengan nikmat-nikmatNya yang besar, dan di antaranya adalah penciptaan diri kalian itu, مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ “dari diri yang satu,” dan menjadikan وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “dari padanya istrinya,” agar sesuai dengannya, lalu ia merasa tenang kepadanya, dan dengan hal itu lengkaplah nikmat dan terwujudlah kebahagiaan.
Demikian juga, di antara pendorong yang mengharuskan dan menuntut untuk bertakwa kepadaNya adalah (bahwa) kalian saling meminta dengan (menyebut) NamaNya dan pengagungan kalian atasNya, hingga bila kalian ingin mendapatkan hajat dan kebutuhan kalian, maka kalian bertawassul dengannya, di mana Anda meminta dengan “demi Allah جَلَّ جَلالُهُ.” Karena itu, barangsiapa yang menghendaki hal itu kepada orang lain, ia berkata, “Saya memohon kepadamu dengan Nama Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk melakukan pekerjaan…”; karena dia mengetahui apa yang ada dalam hatinya berupa pengagungan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ, yang mendorong agar orang yang dimintanya dengan “Nama Allah جَلَّ جَلالُهُ” itu tidak menolak. Maka sebagaimana kalian mengagungkanNya dengan hal itu, agungkanlah juga Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan beribadah dan bertakwa kepadaNya.
Demikian juga kabar bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ Maha Mengawasi, artinya, Allah جَلَّ جَلالُهُ melihat hamba-hambaNya pada saat mereka diam maupun bergerak, yang dirahasiakan maupun yang ditampakkan, dan Allah جَلَّ جَلالُهُ mengawasi seluruh kondisi mereka, yang mengharuskan adanya rasa pengawasan Allah جَلَّ جَلالُهُ dan malu yang mendalam terhadapNya dengan cara konsisten dalam takwa kepadaNya, dan pada pemberitaan bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ menciptakan mereka dari diri yang satu dan bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ mengembang biakkan mereka di seluruh bagian bumi, padahal mereka berasal dari jiwa yang satu, adalah agar sebagian mereka mengasihi sebagian yang lain dan sebagian mereka berlaku lemah lembut kepada sebagian lainnya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ menyandingkan antara takwa kepadaNya dengan perintah untuk berbuat baik kepada keluarga dan melarang dari memutuskan hubungan silaturahim agar menegaskan akan kebenaran hal tersebut, dan bahwa sebagaimana wajibnya menunaikan hak-hak Allah جَلَّ جَلالُهُ, maka wajib pula untuk menegakkan hak-hak makhlukNya, khususnya yang termasuk kerabat keluarga di antara mereka, bahkan menunaikan hak-hak mereka adalah di antara hak-hak Allah جَلَّ جَلالُهُ yang telah diperintahkan olehNya.
Perhatikanlah bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ memulai surat ini dengan perintah secara umum untuk bertakwa, menyambung silaturahim, dan interaksi antara suami dan istri, kemudian setelah itu Allah جَلَّ جَلالُهُ merinci perkara-perkara tersebut dengan perincian yang sempurna dari awal surat hingga akhirnya, di mana seolaholah penjelasan surat ini didasari oleh perkara-perkara tersebut, merinci hal-hal yang disebut yaitu secara umum darinya dan menjelaskan hal-hal yang samar.
Dalam Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ, وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “Dan dari padanya Allah جَلَّ جَلالُهُ menciptakan istrinya,” terdapat sebuah peringatan untuk senantiasa menjaga (memperhatikan) hak-hak para suami dan para istri dan pemenuhannya, karena para istri itu tercipta dari para suami, sehingga antara para suami dan para istri terdapat hubungan nasab yang paling dekat, hubungan yang paling kuat, dan ikatan yang paling kokoh.
Setelah pada surah sebelumnya Allah menjelaskan bahwa kitab suci merupakan petunjuk jalan menuju kebahagiaan dan bahwa inti seluruh kegiatan adalah tauhid, pada surah ini Allah menjelaskan bahwa untuk meraih tujuan tersebut manusia perlu menjalin persatuan dan kesatuan, serta menanamkan kasih sayang antara sesama. Wahai manusia! bertakwalah kepada tuhanmu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mensyukuri karunia dan tidak mengkufuri nikmat-Nya. Dialah Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu yaitu adam, dan Allah menciptakan pasangannya yaitu hawa dari diri-Nya yakni dari jenis yang sama dengan adam; dan dari keduanya, pasangan adam dan hawa, Allah memperkembangbiakkan menjadi beberapa keturunan dari jenis laki-laki dan perempuan yang banyak kemudian mereka berpasang-pasangan sehingga berkembang menjadi beberapa suku bangsa yang berlainan warna kulit dan bahasa (lihat: surah arrum/30: 22). Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta pertolongan antar sesama, dengan saling membantu, dan juga peliharalah hubungan kekeluargaan dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu karena setiap tindakan dan perilaku kamu tidak ada yang samar sedikit pun dalam pandangan Allah. Menjalin persatuan dan menjaga ikatan kekeluargaan adalah dasar ketakwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan. Ayat berikut ini menjelaskan siapa yang harus dipelihara hak-haknya dalam rangka bertakwa kepada Allah. Dan berikanlah, wahai para wali atau orang yang diberi wasiat mengurus, kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa lagi cerdas untuk mengelola harta mereka sendiri yang ada di dalam kekuasaanmu, dan janganlah kamu menukar harta anak yatim yang baik, lalu karena ketamakan kamu mengambil atau menukar harta mereka. Tindakan itu sama halnya menukar yang baik dengan yang buruk. Dan demikian pula, janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu dengan ikut memanfaatkan harta mereka demi kepentingan diri sendiri. Sungguh, tindakan menukar dan memakan itu adalah dosa yang besar. Jika kamu melakukan hal itu, kamu akan mendapat laknat dan murka dari Allah.
An-Nisa Ayat 1 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 1, Makna An-Nisa Ayat 1, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 1, An-Nisa Ayat 1 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 1
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)