{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 49.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ ۚ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا ﴿٤٩﴾
a lam tara ilallażīna yuzakkụna anfusahum, balillāhu yuzakkī may yasyā`u wa lā yuẓlamụna fatīlā
QS. An-Nisa [4] : 49
Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.
Apakah kamu wahai Rasul tidak mengetahui perkara orang-orang yang menyanjung diri mereka dan amal perbuatan mereka, dan menyatakannya suci dan jauh dari keburukan? Padahal hanya Allah yang berhak menyanjung hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki karena hanya Dia yang mengetahui hakikat amal perbuatan mereka. Dan Allah tidak mengurangi sedikitpun balasan bagi amal perbuatan mereka sekalipun hanya setipis kulit di antara daging kurma dengan bijinya.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa firman-Nya berikut ini: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49) diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani ketika mereka mengatakan, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Juga sehubungan dengan ucapan mereka yang disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani. (Al Baqarah:111)
Mujahid mengatakan bahwa dahulu mereka menempatkan anak-anak di hadapan mereka dalam berdoa dan sembahyang sebagai imam mereka, mereka menduga bahwa anak-anak itu tidak mempunyai dosa. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Abu Malik. Ibnu Jarir m-riwayatkan hal tersebut.
Al-Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49) Bahwa demikian itu karena orang-orang Yahudi mengatakan, “Sesungguhnya anak-anak kita telah meninggal dunia dan mereka mempunyai hubungan kerabat dengan kita. Mereka pasti memberi syafaat kepada kita dan membersihkan kita (dari dosa-dosa).” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan ayat ini kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yaitu firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musaffa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Himyar, dari Ibnu Luhai’ah, dari Bisyr ibnu Abu Amrah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu orang-orang Yahudi menempatkan anak-anak mereka sebagai imam dalam sembahyangnya, juga menyerahkan korban mereka kepada anak-anak tersebut. Mereka berbuat demikian dengan alasan bahwa anak-anak mereka masih belum berdosa dan tidak mempunyai kesalahan. Mereka berdusta, dan Allah menjawab mereka, “Sesungguhnya Aku tidak akan membersihkan orang yang berdosa karena orang lain yang tidak berdosa.” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, Ikrimah, dan Ad-Dahhak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa orang-orang Yahudi selalu mengatakan, “Kami tidak mempunyai dosa sebagaimana anak-anak kami tidak mempunyai dosa.” Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49) ayat ini diturunkan berkenaan dengan mereka itu.
Menurut pendapat yang lain, ayat ini diturunkan berkenaan dengan celaan terhadap perbuatan memuji dan menyanjung.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Al-Miqdad ibnul Aswad yang menceritakan hadis berikut:
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah memerintahkan kepada kita agar menaburkan pasir ke wajah orang-orang yang tukang memuji.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui jalur Khalid Al-Hazza, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakrah, dari ayahnya:
bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengar seorang lelaki memuji lelaki lainnya. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Celakalah kamu, kamu telah memotong leher temanmu. Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jika seseorang dari kalian diharuskan memuji temannya, hendaklah ia mengatakan, “Aku menduganya demikian,” karena ia tidak dapat membersihkan seseorang terhadap Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir, dari ayahnya, dari Na’im ibnu Abu Hindun yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah berkata, “Barang siapa yang mengatakan, ‘Aku orang mukmin,” maka dia adalah orang kafir. Barang siapa yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang alim, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh). Barang siapa yang mengatakan bahwa dirinya masuk surga, maka dia masuk neraka.”
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ubaidah, dari Talhah ibnu Ubaidillah ibnu Kuraiz, dari Umar, bahwa Umar pernah mengatakan, “Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah rasa ujub (besar diri) seseorang terhadap pendapatnya sendiri. Maka barang siapa yang mengatakan bahwa dirinya orang mukmin, maka dia adalah orang kafir. Barang siapa yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang alim, maka dia adalah orang yang bodoh. Barang siapa yang mengatakan bahwa dirinya masuk surga, maka dia masuk neraka.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Hajaj, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Sa’d ibnu Ibrahim, dari Ma’bad Al-Juhani yang menceritakan bahwa Mu’awiyah jarang menceritakan hadis dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ma’bad Al-Juhani mengatakan bahwa Mu’awiyah hampir jarang tidak mengucapkan kalimat-kalimat berikut pada hari Jumat, yaitu sebuah hadis dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ia mengatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya dia memberinya pengertian dalam masalah agama. Dan sesungguhnya harta ini manis lagi hijau, maka barang siapa yang mengambilnya dengan cara yang hak, niscaya diberkati padanya, dan waspadalah kalian terhadap puji memuji, karena sesungguhnya pujian itu adalah penyembelihan.
Ibnu Majah meriwayatkan sebagian darinya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Gundar, dari Syu’bah dengan lafaz yang sama yang bunyinya seperti berikut:
Hati-hatilah kalian terhadap puji-memuji, karena sesungguhnya pujian itu adalah penyembelihan.
Ma’bad adalah Ibnu Abdullah ibnu Uwaim Al-Basri Al-Qadri.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ibrahim Al-Mas’udi, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Al-A’masy, dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud pernah mengatakan, “Sesungguhnya seorang lelaki berangkat dengan agamanya, kemudian ia kembali, sedangkan padanya tidak ada sesuatu pun dari agamanya itu. Dia menjumpai seseorang yang tidak mempunyai kekuasaan untuk menimpakan mudarat terhadap dirinya, tidak pula memberikan manfaat kepadanya, lalu ia berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya kamu, demi Allah, demikian dan demikian (yakni memujinya).’ Dia berbuat demikian dengan harapan kembali memperoleh imbalan. Tetapi ternyata dia tidak memperoleh suatu keperluan pun darinya, bahkan ia kembali dalam keadaan Allah murka terhadap dirinya.”
Kemudian sahabat Abdullah ibnu Mas’ud membacakan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih. (An Nisaa:49), hingga akhir ayat.
Pembahasan ini akan diterangkan secara rinci dalam tafsir firman-Nya:
Maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An Najm:32)
Karena itulah dalam surat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Yakni segala sesuatu mengenai hal ini dikembalikan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dialah yang lebih mengetahui hakikat semua perkara dan rahasia-rahasianya.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.
Dia tidak akan membiarkan bagi seseorang sesuatu pahala pun. Betapapun kecilnya pahala itu, Dia pasti menunaikan pahala itu kepadanya.
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata, Al-Hasan, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, yang dimaksud dengan fatil ialah sesuatu yang sebesar biji sawi.
Menurut suatu riwayat yang juga dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah sebesar sesuatu yang kamu pintal dengan jari jemarimu. Kedua pendapat ini saling berdekatan pengertiannya.
Ini merupakan keheranan dari Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada hamba-hambaNya dan suatu celaan bagi orang-orang yang menyucikan diri mereka dari kaum Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang sejalan dengan mereka, yaitu setiap orang yang menyucikan dirinya sendiri dengan suatu perkara yang tidak ada padanya, yang demikian itu bahwa Yahudi dan Nasrani berkata,
نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ
“Kami ini adalah anak-anak Allah جَلَّ جَلالُهُ dan kekasih-kekasihNya.” (Al-Ma`idah: 18).
Mereka juga berkata,
لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَا مَنْ كَانَ هُوْدًا أَوْ نَصَارَى
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani’.” (Al-Baqarah: 111).
Ini merupakan pengakuan kosong belaka yang tidak memiliki landasan apa pun, dan yang ada landasannya adalah apa yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ tegaskan dalam al-Qur`an dalam FirmanNya,
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 112).
Mereka itulah orang-orang yang Allah جَلَّ جَلالُهُ sucikan, oleh karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman dalam ayat ini, بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ “Sebenarnya Allah جَلَّ جَلالُهُ membersihkan siapa yang dikehendakiNya” yaitu dengan iman dan amal shalih, dengan berlepas diri dari akhlak yang tercela dan menghiasi diri dengan akhlak yang luhur. Adapun mereka itu walaupun telah menyucikan diri atas dasar sangkaan mereka bahwa mereka berada pada suatu (derajat) dan bahwa pahala itu hanya milik mereka sendiri, maka sesungguhnya mereka hanyalah para pendusta, dan mereka tidak mendapatkan bagian sedikit pun dari pahala orang-orang yang suci, hal itu disebabkan oleh kezhaliman dan kekufuran mereka, dan bukannya kezhaliman dari Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap mereka, oleh karena itu Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلَا”Dan mereka tidak dianiaya sedikit pun,” hal ini untuk menegaskan keumuman (suatu perkara), artinya, mereka sedikit pun tidak dizhalimi, meski hanya seukuran biji yang ada pada belahan atom atau sesuatu yang dibuang dari kotoran tangan dan selainnya.
Perilaku kaum yahudi sungguh aneh, mereka mengaku mendapat petunjuk dan merasa sebagai umat pilihan Allah, tetapi mereka justru durhaka. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci, yakni orang yahudi’ sebenarnya Allah yang maha mengetahui dan mahabijaksana yang berhak menyucikan siapa yang dia kehendaki dan mereka yang disucikan itu tidak dizalimi sedikit pun setelah menjelaskan sifat buruk orang-orang yahudi tersebut, Allah mengingatkan kaum muslim lebih cermat lagi. Perhatikanlah dengan seksama, betapa mereka orang-orang yahudi itu mengada-adakan dusta terhadap Allah! dan cukuplah perbuatan mengada-ada dengan dusta itu menjadi dosa yang nyata bagi mereka.
An-Nisa Ayat 49 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 49, Makna An-Nisa Ayat 49, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 49, An-Nisa Ayat 49 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 49
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)