{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 83.
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٣﴾
wa iżā jā`ahum amrum minal-amni awil-khaufi ażā’ụ bih, walau raddụhu ilar-rasụli wa ilā ulil-amri min-hum la’alimahullażīna yastambiṭụnahụ min-hum, walau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhụ lattaba’tumusy-syaiṭāna illā qalīlā
QS. An-Nisa [4] : 83
Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).
Bila orang-orang yang iman belum bercokol kuat di dalam hati mereka mengetahui suatu perkara yang harus disembunyikan karena ia berkaitan dengan keamanan yang kebaikannya kembali kepada Islam dan kaum muslimin, atau ketakutan yang membuat hati mereka tidak merasa aman, maka mereka menyebarkannya di kalangan manusia. Seandainya mereka mengembalikannya kepada Rasulullah dan kepada ahli ilmu yang memahami, niscaya orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk mengambil kesimpulan akan mengetahui hakikat maknanya. Kalau bukan karena limpahan karunia dan rahmat Allah, niscaya kalian akan mengikuti setan dan jebakan-jebakannya, kecuali hanya sedikit dari kalian.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.
Hal ini merupakan pengingkaran terhadap orang yang tergesa-gesa dalam menanggapi berbagai urusan sebelum meneliti kebenarannya, lalu ia memberitakan dan menyiarkannya, padahal belum tentu hal itu benar.
Imam Muslim mengatakan di dalam mukadimah (pendahuluan) kitab sahihnya:
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Syu’bah.dari Habib ibnu Abdur Rahman, dari Hafs ibnu Asim, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Cukuplah kedustaan bagi seseorang bila dia menceritakan semua apa yang didengarnya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam Kitabul Adab, bagian dari kitab sunnahnya, dari Muhammad ibnul Husain ibnu Isykab, dari Ali ibnu Hafs, dari Syu’bah secara musnad.
Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui hadis Mu’az ibnu Hisyam Al-Anbari dan Abdur-Rahman ibnu Mahdi. Bcgitu juga Imam Abu Daud, meriwayatkannya melalui hadis Hafs ibnu Amr An-Namiri. Ketiga-tiganya dari Syu’bah, dari Habib, dari Hafs ibnu Asim dengan lafaz yang sama secara mursal.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Al-Mugirah ibnu Syu’bah hadis berikut, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah melarang perbuatan qil dan qal. Makna yang dimaksud ialah melarang perbuatan banyak bercerita tentang apa yang dibicarakan oleh orang-orang tanpa meneliti kebenarannya, tanpa menyeleksinya terlebih dahulu, dan tanpa membuktikannya.
Di dalam kitab Sunan Abu Daud disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Seburuk-buruk lisan seseorang ialah (mengatakan) bahwa mereka menduga (anu dan anu).
Di dalam kitab sahih disebutkan hadis berikut, yaitu:
Barang siapa yang menceritakan suatu kisah, sedangkan ia menganggap bahwa kisahnya itu dusta, maka dia termasuk salah seorang yang berdusta.
Dalam kesempatan ini kami ketengahkan sebuah hadis dari Umar ibnul Khattab yang telah disepakati kesahihannya:
yaitu ketika ia mendengar berita bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menceraikan istri-istrinya. Maka ia datang dari rumahnya, lalu masuk ke dalam masjid, dan ia menjumpai banyak orang yang sedang memperbincangkan berita itu. Umar tidak sabar menunggu, lalu ia meminta izin menemui Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menanyakan kepadanya apakah memang benar beliau menceraikan semua istrinya? Ternyata jawaban Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ negatif (yakni tidak). Maka ia berkata, “Allahu Akbar (Allah Mahabesar),” hingga akhir hadis.
Menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim:
aku (Umar) bertanya, “Apakah engkau menceraikan mereka semua?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Tidak.” Aku bangkit dan berdiri di pintu masjid, lalu aku berkata dengan sekeras suaraku, menyerukan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak menceraikan istri-istrinya. Lalu turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri).
Aku (kata Umar) termasuk salah seorang yang ingin mengetahui kebenaran perkara tersebut.
Makna (يَسْتَنْبِطُونَهُ) ialah menyimpulkannya dari sumbernya.
Dikatakan اسْتَنْبَطَ الرَّجُلُ الْعَيْنَ, yang artinya lelaki itu menggali mata air dan mengeluarkan air dari dasarnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…tentulah kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).
Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang mukmin.
Abdur-Razzak mengatakan, dari Ma’mar, dari Qatadah, bahwa firman Allah berikut:
Tentulah kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja ( di antara kalian).
Makna yang dimaksud ialah kalian semuanya niscaya mengikuti langkah setan.
Orang yang mendukung pendapat ini (yakni yang mengartikan semuanya) memperkuat alasannya dengan ucapan At-Tirmah ibnu Hakim dalam salah satu bait syairnya ketika memuji Yazid ibnul Muhallab, yaitu:
Aku mencium keharuman nama orang yang sangat dermawan, tiada cela dan tiada kekurangan baginya.
Makna yang dimaksud ialah tidak ada cela dan tidak ada kekurangannya, sekalipun diungkapkan dengan kata sedikit cela dan kekurangannya.
Ini merupakan pengajaran dari Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk hamba-hambaNya tentang perbuatan mereka yang tidaklah patut tersebut, dan bahwa seyogyanya apabila datang kepada mereka suatu perkara penting dan kemaslahatan umum yang berkaitan dengan keamanan dan kebahagiaan kaum Mukminin atau dengan kekhawatiran yang mengakibatkan suatu musibah atas mereka, agar mereka memastikan terlebih dahulu dan tidak tergesa-gesa untuk menyebarkan kabar tersebut, dan sebaiknya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan kepada Ulil Amri di antara mereka yaitu orang-orang yang memiliki pandangan luas, ilmu, nasihat, kecerdasan, dan keteguhan, di mana mereka mengetahui urusan-urusan dan mengetahui kemaslahatan atau kemudharatan, dan bila mereka memandang bahwa menyebarkannya mengandung kemaslahatan dan semangat bagi kaum Muslimin, bahkan kebahagiaan untuk mereka serta tindakan kewaspadaan terhadap musuh-musuh mereka, maka mereka boleh melakukan hal tersebut, dan bila mereka memandang bahwa hal itu tidak memiliki kemaslahatan, atau ada kemaslahatan padanya akan tetapi kemudharatannya lebih besar daripada kemaslahatannya, maka janganlah mereka menyiarkannya, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِطُوْنَهُ مِنْهُمْ “Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri),” maksudnya, mereka dapat menyimpulkan suatu kebenaran dengan pemikiran dan pendapat-pendapat mereka yang lurus serta ilmu-ilmu mereka yang matang.
Ayat ini merupakan sebuah dalil bagi sebuah kaidah moral yaitu bahwa apabila terjadi sebuah pembahasan dalam suatu perkara, seyogyanya perkara tersebut diserahkan kepada orang yang berhak atas perkara tersebut, dan tidak ada seorang pun yang didahulukan sebelumnya, karena sesungguhnya ia lebih dekat kepada kebenaran dan lebih dapat selamat dari kesalahan.
Ayat ini juga mengisyaratkan larangan dari sikap ketergesa-gesaan dan terburu-buru dalam menyebarkan informasi setelah mendengarnya, dan seharusnya dalam perkara seperti itu perlu berpikir sebelum membicarakan dan membahasnya, apakah hal itu menyimpan kemaslahatan hingga ia melakukannya ataukah tidak hingga ia menahannya.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ “Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada kamu” yaitu dalam membimbing, mengajarkan, dan mendidik kalian dengan apa yang belum kalian ketahui, لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيْلًا “tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu),” karena manusia dengan tabiatnya adalah zhalim lagi bodoh, dan nafsunya tidaklah menyuruhnya kecuali kepada kejahatan, namun bila ia bersandar kepada Rabbnya dan berpegang teguh denganNya dan ia berjuang dalam hal tersebut, niscaya Rabbnya akan mengasihi dan membimbingnya kepada segala kebaikan dan menjaganya dari setan yang terkutuk.
Dan apabila sampai kepada mereka, orang-orang munafik itu, suatu berita yang belum dapat dibuktikan kebenarannya, baik tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka langsung menyiarkannya dengan tujuan untuk menimbulkan kerancuan dan kekacauan. Padahal, apabila sebelum menyebarkan berita itu mereka menyerahkannya terlebih dahulu kepada rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya secara resmi dari mereka, yakni rasul dan ulil amri. Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu berupa ajaran dan tuntunan hidup, tentulah kamu mengikuti langkah-langkah setan, kecuali sebagian kecil saja di antara kamu yang mengikuti petunjuk rasulmaka berperanglah engkau, nabi Muhammad dan kaum muslim, di jalan Allah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan ingatlah bahwa engkau tidaklah dibebani melainkan atas kewajiban yang diletakkan pada dirimu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang di jalan Allah. Mudah-Mudahan Allah menolak dengan cara mematahkan serangan orang-orang yang kafir itu. Allah sangat besar kekuatan-Nya untuk mengalahkan para penentang agama Allah itu dan sangat keras siksaan-Nya bagi kedurhakaan orang-orang munafik itu.
An-Nisa Ayat 83 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 83, Makna An-Nisa Ayat 83, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 83, An-Nisa Ayat 83 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 83
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)