{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 94.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذَٰلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا ﴿٩٤﴾
yā ayyuhallażīna āmanū iżā ḍarabtum fī sabīlillāhi fa tabayyanụ wa lā taqụlụ liman alqā ilaikumus-salāma lasta mu`minā, tabtagụna ‘araḍal-ḥayātid-dun-yā fa ‘indallāhi magānimu kaṡīrah, każālika kuntum ming qablu fa mannallāhu ‘alaikum fa tabayyanụ, innallāha kāna bimā ta’malụna khabīrā
QS. An-Nisa [4] : 94
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah (carilah keterangan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan ”salam” kepadamu, ”Kamu bukan seorang yang beriman,” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah memberikan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya, bila kalian keluar dalam rangka berjihad di jalan Allah, maka hendaknya kalian memastikan apa yang kalian lakukan dan apa yang kalian tinggalkan. Jangan mengingkari iman dari orang-orang yang memperlihatkan sebagian dari tanda-tanda Islam dan mereka tidak memerangi kalian. Karena ada kemungkinan bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang menyembunyikan iman mereka, hanya demi mendapatkan kenikmatan dunia. Allah mempunyai karunia dan pemberian yang telah mencukupi kalian. Demikian pula dengan kalian diawal Islam, kalian harus menyembunyikan iman kalian dari kaum kalian sendiri yaitu orang-orang musyrikin, lalu Allah melimpahkan nikmat-Nya kepada kalian dan memuliakan kalian dengan iman dan kekuatan. Maka hendaknya kalian mengetahui dan mengenal urusan kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala amal perbuatan kalian, mengenal perkara-perkara kalian yang samar dan Dia akan membalas kalian atasnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair dan Khalaf ibnul Walid serta Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari kalangan Bani Sulaim bersua dengan sejumlah sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sedang menggembalakan ternak kambing Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu lelaki itu mengucapkan salam kepada mereka. Maka mereka berkata (kepada sesamanya), “Orang ini tidak sekali-kali mengucapkan salam kepada kita melainkan hanya untuk menyelamatkan dirinya dari kita, lalu mereka menyerang dan membunuhnya. Setelah itu mereka merampas ternak kambing milik lelaki (harbi) itu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu turunlah ayat ini,” yaitu firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman., hingga akhir ayat.
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil dengan lafaz yang sama, kemudian ia mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Ubaidillah ibnu Musa dan Abdur Rahim ibnu Sulaiman, keduanya dari Israil dengan lafaz yang sama. Ibnu Jarir mengatakan dalam salah satu kitabnya selain kitab tafsirnya, bahwa ia telah meriwayatkannya dari jalur Abdur Rahman saja. Hadis ini menurut kami sahih sanadnya, tetapi adakalanya menurut pendapat orang lain dinilai lemah karena ada beberapa cela yang antara lain ialah tidak diketahui ada seorang mukharrij yang mengetengahkannya dari Sammak, kecuali melalui jalur ini. Kelemahan lainnya ialah bahwa Ikrimah dalam periwayatan hadisnya menurut pendapat mereka masih perlu dipertimbangkan. Kelemahan lainnya ialah orang yang diturunkan ayat ini berkenaan dengannya, menurut mereka masih diperselisihkan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Muhallim ibnu Jusamah, sebagian yang lainnya mengatakan Usamah ibnu Zaid, dan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu.
Menurut kami, pendapat ini aneh dan tidak dapat diterima ditinjau dari berbagai segi. Pertama ialah terbukti bahwa hadis ini diriwayatkan melalui Sammak, dan telah menceritakan darinya banyak orang dari kalangan para imam yang terkenal. Kedua, bahwa Ikrimah menurut penilaian kitab sahih dapat dijadikan hujah hadisnya. Ketiga, hadis ini diriwayatkan pula melalui jalur selain jalur ini dari Ibnu Abbas,
Seperti yang dikatakan oleh Imam Bukhari, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan ‘salam’ kepada kalian, “Kamu bukan seorang mukmin.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki sedang sibuk mengurus ganimah miliknya, lalu ia dikejar oleh orang-orang muslim, dan ia mengucapkan, “As salamu ‘alaikum” kepada mereka, tetapi mereka membunuhnya dan merampas ganimahnya. Maka turunlah firman-Nya: janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan ‘salam’ kepada kalian, “Kamu bukan seorang mukmin.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa harta benda duniawi adalah ganimah itu, dan Ibnu Abbas membacakan firman-Nya, “As-salama.”
Sa’id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mansur, dari Amr ibnu Dinar, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pasukan kaum muslim mengejar seorang lelaki yang sedang mengurus ganimahnya, lalu lelaki itu mengucapkan salam kepada mereka. Tetapi mereka membunuhnya dan merampas ganimahnya. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian, “Kamu bukan seorang mukmin.”
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui jalur Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama. Di dalam salah satu turjumah (autobiografi) ada yang tidak disebutkan, yaitu saudara lelakinya yang bernama Fazzar hijrah kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atas perintah ayahnya untuk memberitahukan kepada beliau perihal keislamannya dan keislaman kaumnya. Tetapi di tengah jalan dalam kegelapan malam ia bersua dengan suatu pasukan Sariyyah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Padahal ia telah mengucapkan kepada mereka bahwa dirinya adalah orang muslim, tetapi mereka tidak menerimanya, bahkan membunuhnya. Ayah si terbunuh datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk melaporkan hal itu, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberinya seribu dinar dan diat lainnya, lalu menyuruhnya pergi. Maka turunlah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) dijalan Allah. , hingga akhir ayat.
Adapun mengenai kisah Muhallim ibnu Jusamah, Imam Ahmad mengatakan sehubungan dengannya, telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Al-Qa’qa’ ibnu Abdullah ibnu Abu Hadrad r.a. yang menceritakan, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengirimkan kami kepada kabilah Adam dalam bentuk suatu pasukan. Aku ikut dalam pasukan itu yang di dalamnya terdapat Abu Qatadah (yaitu Al-Haris ibnu Rib’i) dan Muhallim ibnu Jusamah ibnu Qais. Ketika kami sampai di lembah tempat kabilah Adam tinggal, maka bersualah dengan kami Amir ibnul Adbat Al-Asyja’i yang mengendarai untanya seraya membawa sejumlah barang dan air susu. Ketika hendak berpapasan dengan kami, ia mengucapkan salam kepada kami, maka kami berhenti karenanya, tetapi Muhallim ibnu Jusamah menyerangnya dan langsung membunuhnya karena ada suatu masalah antara mereka berdua. Lalu Muhallim merampas unta kendaraannya dan semua barang miliknya. Setelah kami kembali kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kami ceritakan kepadanya peristiwa tersebut, maka turunlah firman-Nya:
‘Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah’ —hingga sampai pada firman-Nya— “Maha Mengetahui.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki’, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abu Ishaq, dari Nafi’, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengirimkan Muhallim ibnu Jusamah bersama suatu pasukan. Lalu di tengah jalan mereka bersua dengan Amir ibnul Adbat, maka Amir mengucapkan salam penghormatan Islam kepada mereka. Dahulu di masa Jahiliah pernah terjadi permusuhan di antara mereka. Maka Muhallim membidiknya dengan anak panah hingga Amir mati. Berita itu sampai kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Uyaynah dan Al-Aqra’ membicarakan hal tersebut. Untuk itu ia Al-Aqra’ berkata, “Wahai Rasulullah, kirimkanlah pasukan hari ini dan adakanlah serangan pada keesokan harinya.” Uyaynah berkata, “Tidak, demi Allah, sebelum wanita-wanitanya (istri-istrinya) merasakan kehilangan dia sebagaimana yang dirasakan oleh wanita-wanitaku.” Lalu datanglah Muhallim dengan memakai baju burdah dua lapis. Ia langsung duduk di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan maksud meminta maaf kepadanya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Semoga Allah tidak mengampunimu! Maka Muhallim pergi dalam keadaan menangis dan air matanya membasahi baju burdahnya. Belum lagi sampai satu minggu, Muhallim meninggal dunia, lalu mereka menguburnya, tetapi bumi menolaknya. Maka mereka (kaumnya) datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya bumi ini menerima pula orang yang lebih jahat dari teman kalian itu, tetapi Allah bermaksud memberikan pelajaran kepada kalian. Kemudian mereka melemparkan jenazahnya ke celah bukit, lalu menimbunnya dengan batu-batuan. Dan turunlah firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) dijalan Allah, maka telitilah. (An Nisaa:94), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Habib ibnu Abu Amrah pernah meriwayatkan dari Sa’id, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Al-Miqdad: Apabila seorang lelaki mukmin menyembunyikan imannya karena ia hidup bersama orang-orang kafir, lalu ia menampakkan imannya, tetapi kamu membunuhnya, maka demikian pula halnya kamu ketika di Mekah, kamu menyembunyikan imanmu sebelum itu.
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Bukhari secara mu’allaq lagi singkat.
Akan tetapi, hadis ini diriwayatkan secara panjang lebar lagi mausul. Untuk itu Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Ali Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ali ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Habib ibnu Abu Amrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengirimkan suatu sariyyah (pasukan) yang dipimpin oleh Al-Miqdad ibnu Aswad. Ketika mereka sampai di tempat kaum yang dituju, ternyata mereka tidak menjumpai seorang pun karena semuanya melarikan diri. Hanya ada seorang lelaki yang tetap tinggal di tempatnya, dia mempunyai banyak harta benda. Lalu lelaki itu mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Akan tetapi, Al-Miqdad tetap menyerangnya dan membunuhnya. Maka seorang lelaki dari kalangan anak buahnya berkata, “Apakah kamu berani membunuh seseorang yang telah mengucapkan, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah”? Demi Allah, aku benar-benar akan melaporkannya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Setelah mereka kembali kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang lelaki yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu lelaki itu dibunuh oleh Al-Miqdad.” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Panggillah Al-Miqdad menghadapku.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadanya: Hai Miqdad, apakah kamu telah membunuh seorang lelaki yang mengucapkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah? Maka bagaimanakah kamu dengan kalimah ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’ besok (di hari kiamat)? Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian, “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu pula keadaan kalian dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian, maka telitilah. (An Nisaa:94) Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Al-Miqdad: Dia adalah seorang mukmin yang menyembunyikan imannya dari orang-orang kafir, lalu ia menampakkan imannya, tetapi kamu membunuhnya. Padahal begitu jugalah keadaanmu dahulu di Mekah sebelum itu, kamu menyembunyikan imanmu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…karena di sisi Allah ada harta yang banyak.
Yakni yang lebih baik dari harta dunia yang kamu inginkan dan yang mendorong kamu untuk membunuh semisal orang yang mengucapkan salam kepadamu itu. Padahal dia telah menampakkan keimanannya kepada kalian, tetapi kalian tidak mengindahkannya dan menuduhnya hanya sebagai basa-basi untuk menyelamatkan dirinya. Kamu lakukan hal tersebut dengan tujuan untuk memperoleh harta duniawi. Ketahuilah bahwa pahala yang ada di sisi Allah jauh lebih baik daripada apa yang kalian inginkan dari harta orang tersebut.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Begitu jugalah keadaan kalian dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian.
Padahal sebelum itu kalian sama dengan orang tersebut yang menyembunyikan imannya dan merahasiakannya dari mata kaumnya, seperti yang telah disebut dalam hadis marfu’ di atas. Juga semakna dengan apa yang disebut oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Dan ingatlah, ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah). (Al Anfaal:26)
Demikianlah menurut pendapat Sa’id ibnu Jubair, menurut apa yang diriwayatkan oleh As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Amrah, dari Sa’id ibnu Jubair tentang firman-Nya: Begitu jugalah keadaan kalian dahulu. (An Nisaa:94) Yakni kalian menyembunyikan iman kalian dari pengetahuan orang-orang musyrik Mekah.
Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Kasir, dari Sa’id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Begitu jugalah keadaan kalian dahulu. (An Nisaa:94) Yaitu kalian menyembunyikan iman kalian sebagaimana penggembala ini menyembunyikan imannya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Qais, dari Salim, dari Sa’id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Begitu pula keadaan kalian dahulu. (An Nisaa:94) Yakni kalian belum beriman, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian. (An Nisaa:94) Maksudnya, mengampuni kalian (karena kalian masuk Islam). Lalu Usamah bersumpah bahwa ia tidak akan membunuh seseorang yang mengucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah,” sesudah lelaki tersebut dan sesudah peringatan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terhadap dirinya sehubungan dengan peristiwa itu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…maka telitilah.
Makna ayat ini mengukuhkan kalimat sebelumnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Menurut Sa’id ibnu Jubair, dalam firman ini terkandung ancaman dan peringatan.
Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman apabila mereka keluar berjihad di jalanNya dan mengharap keridhaanNya agar teliti dan cermat (mencari kejelasan) dalam segala perkara-perkara mereka yang samar, karena perkara itu ada dua macam; perkara yang jelas dan perkara yang tidak jelas. Perkara yang jelas dan nyata tidak butuh lagi kepada ketelitian dan kecermatan, karena hal tersebut sudah tidak diperdebatkan lagi. Adapun perkara-perkara yang bermasalah dan yang tidak jelas, maka sesungguhnya manusia membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian, agar ia mengetahui apakah ia berani mengambil risiko ataukah tidak, karena ketelitian dalam perkara-perkara seperti ini akan menghasilkan faidah-faidah yang banyak sekali dan terhindar dari keburukan yang besar, di mana agama, akal, dan kematangan seorang hamba dapat diketahui dengannya. Berbeda dengan seseorang yang tergesa-gesa pada awal-awalnya terhadap suatu perkara sebelum ia meneliti dan mencari tahu hukumnya, karena sesungguhnya hal tersebut akan mengakibatkan suatu hal yang tidak diharapkan, sebagaimana yang terjadi pada orang-orang yang ditegur oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam ayat tersebut yaitu ketika mereka tidak meneliti lalu mereka membunuh orang yang menyerahkan dirinya kepada mereka di mana pada saat itu ada ghanimah miliknya atau harta milik orang lain bersamanya, sebagai suatu dugaan bahwa hal ini hanya sebagai suatu penghindaran diri dari pembunuhan, dan ternyata hal ini adalah suatu kesalahan, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ menegur mereka dalam FirmanNya,
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ “Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu, ‘Kamu bukan seorang Mukmin,’ (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ ada harta yang banyak.” Maksudnya, janganlah kalian didorong oleh harta yang sementara lagi sedikit lalu melakukan perbuatan yang tidak semestinya, hingga membuat kalian luput dari pahala di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ yang banyak lagi abadi, dan apa yang ada di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ itu lebih baik dan lebih abadi. Hal ini adalah sebuah isyarat bahwa seorang hamba bila ia merasakan dorongan-dorongan jiwanya condong kepada suatu kondisi yang berasaskan hawa nafsu dan membahayakan dirinya, hendaknya ia ingatkan jiwanya itu dengan apa yang dijanjikan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ bagi orang yang mampu menahan nafsunya tersebut, dan mendahulukan keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ daripada keridhaan dirinya sendiri, karena hal itu merupakan dorongan bagi jiwa dalam melaksanakan perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ, walaupun hal itu berat baginya.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman dengan maksud mengingatkan mereka tentang kondisi mereka pertama kali sebelum mereka diberi petunjuk kepada Islam, كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ “Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ menganugerahkan nikmatNya atas kamu.” Maksudnya, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ memberikan hidayahNya kepada kalian setelah kesesatan kalian, demikian pula Allah جَلَّ جَلالُهُ memberikan hidayahNya kepada selain kalian, dan sebagaimana hidayah itu kalian dapatkan sedikit demi sedikit, begitu pula selain kalian, maka memahami secara sempurna akan kondisinya pertama kali yang kurang dan muamalahnya terhadap orang yang sama seperti kondisinya dengan tuntutan pengetahuannya tentang kondisinya pertama kali dan seruannya untuk orang tersebut dengan hikmah dan nasihat yang baik adalah di antara sebab-sebab yang paling besar dalam memberikan faidah dan manfaat kepadanya, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ mengulangi perintah untuk teliti dalam FirmanNya, فَتَبَيَّنُوْا “Maka telitilah,” dan orang yang keluar berjihad di jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ dan berjuang memerangi musuh-musuh Allah جَلَّ جَلالُهُ serta menyiapkan diri dengan berbagai persiapan demi mengalahkan mereka, dia diperintahkan untuk teliti terhadap orang yang mengucapkan salam kepadanya, karena ada indikasi kuat yang menunjukkan bahwa tindakan itu hanyalah sebagai suatu jalan menghindar dari pembunuhan dan khawatir akan dirinya, sesungguhnya hal itu menunjukkan perintah untuk teliti dan berhati-hati dalam segala kondisi di mana terjadi suatu perkara yang samar padanya, dan seorang hamba harus meneliti masalah itu hingga masalah tersebut jelas baginya dan teranglah maksud dan kebenarannya.
إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا “Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” hingga Allah جَلَّ جَلالُهُ membalas setiap orang atas apa yang telah diperbuat dan diniatkannya sesuai dengan apa yang diketahuiNya dari kondisi hamba-hambaNya dan niat-niat mereka.
Pada ayat yang lalu Allah telah menegaskan hukuman yang amat pedih bagi seseorang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja. Pada ayat ini Allah memberikan peringatan kepada kaum muslim untuk berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam pembunuhan. Salah satu kesempatan yang memungkinkan terjadinya pembunuhan dengan sengaja itu ialah pada waktu terjadinya peperangan dengan seseorang atau sekelompok yang tidak dikenal. Wahai orang-orang yang beriman! berhati-hatilah dalam mengambil keputusan untuk membunuh seseorang. Karena itu, apabila kamu pergi melakukan perjalanan di atas bumi, baik untuk berperang dan atau untuk tugas apa pun di jalan Allah, maka telitilah dan carilah keterangan yang pasti tentang orang yang kamu hadapi itu dan jangan kamu melakukan tindakan apa pun kepadanya kalau kamu ragu dan janganlah kamu mengatakan kepada orang atau siapa pun yang mengucapkan salam, yakni orang yang mengucapkan kalimat la’ ila’ha illalla’h, kepadamu, kamu bukan seorang yang beriman, lalu kamu membunuhnya dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia dari pembunuhan itu, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak, yang lebih baik daripada apa yang kamu dapatkan dari harta rampasan peperangan itu, yaitu pahala yang berlipat ganda yang disediakan oleh Allah di akhirat. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, ketika kamu kafir, sebelum kamu beriman, menyembunyikan keimananmu, lalu Allah memberikan nikmat-Nya berupa nikmat iman kepadamu lalu kamu beriman seperti sekarang ini, maka telitilah dengan pasti sebelum kamu bertindak kepadanya. Sungguh, Allah mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan dan maha memberi balasan atas apa yang kamu lakukan tidaklah sama derajat yang diperoleh antara orang beriman yang duduk, yakni yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur atau halangan, yakni alasan yang dibenarkan agama, dan orang yang berjihad menegakkan agama-Nya di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orangorang yang duduk, tidak ikut berperang tanpa halangan yang dibenarkan agama dengan kelebihan satu derajat. Kepada masing-masing dari dua kelompok tadi, Allah menjanjikan pahala yang baik berupa surga, dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad, baik dengan harta atau dengan jiwa saja atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat yang didapatnya daripada-Nya, serta ampunan atas dosa-dosa mereka dan rahmat yang selalu tercurah kepada mereka. Allah maha pengampun atas dosa-dosa mereka, maha penyayang dengan curahan rahmat-Nya kepada mereka.
An-Nisa Ayat 94 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 94, Makna An-Nisa Ayat 94, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 94, An-Nisa Ayat 94 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 94
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)