{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 114.
۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا ﴿١١٤﴾
lā khaira fī kaṡīrim min najwāhum illā man amara biṣadaqatin au ma’rụfin au iṣlāḥim bainan-nās, wa may yaf’al żālikabtigā`a marḍātillāhi fa saufa nu`tīhi ajran ‘aẓīmā
QS. An-Nisa [4] : 114
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.
Tidak ada manfaat dari kebanyakan perkataan manusia sebagai rahasia di antara mereka, kecuali bila ia adalah perkataan yang mengajak kepada memberikan kebaikan berupa sedekah, atau kata-kata yang baik, atau mendamaikan diantara manusia. Barangsiapa yang melakukan hal-hal tersebut demi mendapatkan ridha dari Allah dan berharap pahala dari-Nya, maka Kami akan memberinya pahala yang besar lagi luas.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka.
Yakni pembicaraan manusia.
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Maksudnya, kecuali orang-orang yang membisikkan dan mengatakan hal tersebut, seperti yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid ibnu Hunaisy yang menceritakan bahwa kami masuk ke dalam rumah Sufyan As-Sauri dalam rangka menjenguknya. Lalu masuklah kepada kami Sa’id ibnu Hissan. Maka As-Sauri berkata kepadanya, “Coba kamu ulangi lagi kepadaku hadis yang telah kamu ceritakan kepadaku dari Ummu Saleh.” Lalu Sa’id ibnu Hissan mengatakan, “Telah menceritakan kepadaku Ummu Saleh, dari Safiyyah binti Syaibah, dari Ummu Habibah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
‘Perkataan anak Adam memudaratkan dirinya, tidak memberikan manfaat bagi dirinya, kecuali zikrullah, atau menganjurkan kebajikan, atau melarang perbuatan mungkar’.”
Maka Sufyan berkata, “Tidakkah kamu mendengar Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman di dalam Kitab-Nya, yaitu: ‘ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia’.”
Maka hadis itu sama dengan ayat ini. Tidakkah kamu mendengar bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman pula:
‘Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar’ (An-Naba’: 38).”
Maka ayat ini pun semakna dengan hadis tersebut. Tidakkah kamu mendengar bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman pula di dalam Kitab-Nya:
‘Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian’ (Al-Asr 1-2), hingga akhir surat.” Maka ayat ini sama dengan hadis tersebut.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Muhammad ibnu Yazid ibnu Hunaisy, dari Sa’id ibnu Hissan dengan lafaz yang sama, tetapi dalam riwayat ini tidak disebutkan perkataan As-Sauri. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, tidak dikenal kecuali melalui hadis Ibnu Hunaisy.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim ibnu Ubaidillah ibnu Syihab, bahwa Humaid ibnu Abdur Rahman ibnu Auf pernah menceritakan kepadanya bahwa ibunya (yaitu Ummu Kalsum binti Uqbah) menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Bukanlah pendusta orang yang mengadakan perdamaian di antara manusia, lalu ia menyebarkan kebaikan atau mengatakan kebaikan. Ummu Kalsum binti Uqbah mengatakan, “Aku belum pernah mendengar beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan rukhsah (keringanan) terhadap apa yang diucapkan oleh manusia barang sedikit pun, kecuali dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, mengadakan perdamaian di antara manusia, dan pembicaraan suami terhadap istrinya serta pembicaraan istri terhadap suaminya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa Ummu Kalsum binti Uqbah termasuk salah seorang wanita yang berhijrah dan ikut berbaiat (berjanji setia) kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Jamaah selain Ibnu Majah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Az-Zuhri berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Amr ibnu Muhammad, dari Salim ibnu Abul Ja’d, dari Ummu Darda, dari Abu Darda yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan hal yang lebih utama daripada pahala puasa, salat, dan zakat?” Mereka menjawab, “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mendamaikan orang-orang yang bersengketa.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda pula, “Kerusakan (yang ditimbulkan oleh) orang-orang yang bersengketa adalah Al-Haliqah (yang menghabiskan segala sesuatu).”
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu’awiyah. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Humaid, dari Anas, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda kepada Abu Ayyub, “Maukah engkau aku tunjukkan tentang suatu perniagaan?” Abu Ayyub menjawab, “Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Upayamu untuk mendamaikan di antara manusia, apabila mereka saling merusak, dan mendekatkan di antara mereka apabila mereka saling menjauh.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Umra orangnya lemah (daif), dan sesungguhnya dia banyak meriwayatkan hadis yang tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah.
Yaitu ikhlas dalam mengerjakannya seraya mengharapkan pahala yang ada di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
…maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Yakni pahala yang berlimpah, banyak, dan luas.
Maksudnya, tidak ada kebaikan pada kebanyakan perkara yang diperbincangkan dan dibicarakan oleh manusia, lalu bila tidak ada kebaikan padanya, baik karena tidak ada faidahnya seperti perkataan-perkataan yang mubah tapi tidak bermanfaat ataupun suatu yang buruk dan berbahaya semata, seperti perkataan yang diharamkan dengan segala bentuknya, kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ membuat pengecualian dalam FirmanNya, إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ “Kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah” berupa harta atau ilmu atau apa saja yang bermanfaat, bahkan mungkin saja termasuk ibadah yang sederhana seperti bertasbih, bertahmid dan semacamnya, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ.
“Sesungguhnya setiap tasbih itu sedekah, setiap takbir itu sedekah, dan setiap tahlil itu sedekah, perintah kepada yang ma’ruf itu sedekah, melarang dari hal yang mungkar itu sedekah, dan pada kemaluan salah seorang di antara kalian (bergaul dengan istri) sedekah …” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1006 dari hadits Abu Dzar radhiallahu ‘anhu)
أَوْ مَعْرُوْفٍ “Atau berbuat ma’ruf,” yaitu, berbuat baik dan ketaatan serta seluruh perkara yang diketahui dalam syariat dan akal manusia akan kebaikannya, dan apabila perintah kepada yang ma’ruf dimutlakkan tanpa disertakan dengan kalimat melarang dari yang mungkar, maka secara otomatis melarang dari yang mungkar termasuk di dalamnya, yang demikian itu karena meninggalkan hal-hal yang dilarang adalah suatu kebaikan, dan juga tidaklah akan sempurna perbuatan baik itu kecuali bila diiringi dengan meninggalkan yang jelek, adapun bila disertakan, maka ma’ruf itu ditafsirkan dengan mengerjakan yang diperintahkan sedang yang mungkar ditafsirkan dengan meninggalkan yang dilarang.
أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ “Atau mengadakan perdamaian di antara manusia,” mendamaikan itu tidaklah terjadi kecuali pada dua orang yang saling berselisih dan bertengkar, perselisihan dan pertengkaran dan saling memusuhi akan mengakibatkan keburukan dan perpecahan yang tidak mungkin dapat dihindari, oleh karena itu syariat Islam menganjurkan untuk mengadakan perdamaian di antara manusia dalam perkara darah, harta, dan kehormatan, bahkan dalam beragama sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali Imran: 103),
dan dalam ayat lain,
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَأَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَاتِلُوْا الَّتِي تَبْغِيْ حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya! Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ.” (Al-Hujurat: 9), dan FirmanNya,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik.” (An-Nisa`: 128).
Seorang yang berusaha mengadakan perdamaian antara manusia adalah lebih utama daripada seorang yang taat melakukan shalat dan puasa serta sedekah. Seorang pembuat perdamaian pastilah Allah جَلَّ جَلالُهُ akan memperbaiki usaha dan perbuatannya, sebagaimana seorang yang berusaha melakukan kerusakan, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak akan membiarkan perbuatannya terus berlangsung dan tidak pula menyempurnakan tujuannya untuk dirinya, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِيْنَ
“Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak akan membiarkan pekerjaan orang yang membuat kerusakan terus berlangsung.” (Yunus: 81).
Hal-hal seperti ini, apa pun yang dilakukan adalah suatu yang baik sebagaimana yang ditunjukkan oleh pengecualian tersebut, akan tetapi kesempurnaan pahala adalah menurut niat dan keikhlasannya, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْمًا “Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar,” karena itulah seyogyanya seorang hamba hanya mengharapkan keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ, mengikhlaskan perbuatannya hanya untuk Allah جَلَّ جَلالُهُ pada setiap waktu dan pada setiap bentuk dari bentuk-bentuk kebaikan, agar dengan hal tersebut ia dapat memperoleh pahala yang besar, dan agar ia terbiasa dengan keikhlasan sehingga menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang ikhlas, dan agar Allah جَلَّ جَلالُهُ menyempurnakan pahalanya, baik tujuannya tercapai ataupun tidak, karena niat telah ada lalu diiringi dengan perbuatan yang mungkin diwujudkan.
Sama sekali tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia atau bisikan-bisikan yang mereka lakukan, tetapi yang baik itu adalah orang yang menyuruh untuk bersedekah, atau berbuat makruf, yaitu perbuatan kebajikan yang sesuai dengan tuntunan agama dan sudah dikenal oleh masyarakat sebagai sesuatu yang baik, atau mengadakan perdamaian di antara manusia yang berselisih dan bertikai. Barang siapa berbuat demikian, yaitu perbuatan-perbuatan yang disebutkan di atas karena niat mencari keridaan Allah, maka kelak kami akan memberinya pa-hala yang besar, banyak dan berlipat gandapada ayat yang lalu Allah menerangkan pahala bagi orang-orang yang mengikuti tuntunan rasulullah, sedang pada ayat ini Allah mem-beri peringatan. Dan barang siapa yang terus-menerus menentang rasul, yaitu nabi Muhammad, setelah jelas baginya kebenaran yang disampaikan kepadanya, bukan sebelum diketahuinya kebenaran itu, dan dilanjutkan dengan mengikuti jalan yang sesat, yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan kami masukkan dia, kelak di hari akhirat ke dalam neraka jahanam sebagai balasan yang setimpal atas penentangan mereka terhadap rasulullah, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.
An-Nisa Ayat 114 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 114, Makna An-Nisa Ayat 114, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 114, An-Nisa Ayat 114 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 114
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)