{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 115.
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿١١٥﴾
wa may yusyāqiqir-rasụla mim ba’di mā tabayyana lahul-hudā wa yattabi’ gaira sabīlil-mu`minīna nuwallihī mā tawallā wa nuṣlihī jahannam, wa sā`at maṣīrā
QS. An-Nisa [4] : 115
Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.
Barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah setelah dia mengetahui kebenaran, mengambil jalan bukan jalan orang-orang beriman dan meninggalkan kebenaran yang mereka pegang, maka Kami akan membiarkannya mengambil arah yang diinginkannya, sehingga Kami tidak membimbingnya kepada kebaikan, dan Kami akan memasukkannya ke dalam api neraka yang panasnya akan mereka rasakan, dan itu adalah tempat kembali yang sangat buruk.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya.
Barang siapa yang menempuh jalan selain jalan syariat yang didatangkan oleh Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka ia berada di suatu belahan, sedangkan syariat Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berada di belahan yang lain. Hal tersebut dilakukannya dengan sengaja sesudah tampak jelas baginya jalan kebenaran.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Makna firman ini saling berkaitan dengan apa yang digambarkan oleh firman pertama tadi. Tetapi adakalanya pelanggaran tersebut terhadap nas syariat, dan adakalanya bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh umat Muhammad dalam hal-hal yang telah dimaklumi kesepakatan mereka secara’ nyata. Karena sesungguhnya dalam kesepakatan mereka telah dipelihara dari kekeliruan, sebagai karunia Allah demi menghormati mereka dan memuliakan Nabi mereka.
Hal ini disebut oleh hadis-hadis sahih yang cukup banyak jumlahnya, sebagian darinya yang telah diseleksi telah kami ketengahkan di dalam kitab Ahadisul Usul. Di antara ulama ada yang berpendapat bahwa makna hadis-hadis tersebut berpredikat mutawatir.
Ayat ini dijadikan dalil oleh Imam Syafii yang menunjukkan bahwa ijma’ adalah hujah (sumber hukum) yang haram ditentang, hal ini dijadikan sebagai rujukannya setelah pemikiran yang cukup lama dan penyelidikan yang teliti. Dalil ini merupakan suatu kesimpulan yang terbaik lagi kuat. Sebelum itu kesimpulan ini sulit ditemukan oleh sebagian kalangan ulama, karenanya jangkauan pemikiran mereka tidak sampai kepada kesimpulan ini.
Untuk itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan ancaman terhadap orang yang berbuat demikian melalui firman selanjutnya, yaitu:
Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Dengan kata lain apabila ia menempuh jalan yang menyimpang itu, maka Kami memberikan balasan yang setimpal terhadapnya, misalnya Kami jadikan baik pada permulaannya, dan Kami menghiaskannya untuk dia sebagai istidraj (daya pikat ke arah kebinasaan). Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
Maka serahkanlah kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (Al Qalam:44)
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (As-Saff: 5)
Sama juga dengan firman-Nya:
dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al An’am:110)
Allah menjadikan tempat kembalinya adalah neraka kelak di hari kemudian. Karena orang yang keluar dari jalan hidayah, tiada jalan baginya kecuali jalan yang menuju ke neraka di hari kiamat kelak. Seperti yang diungkapkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
(Kepada malaikat diperintahkan), “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka.” (As-Saffat: 22), hingga akhir ayat.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al Kahfi:53)
Maksudnya, barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan membangkang terhadap apa yang dibawa olehnya, مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى “sesudah jelas kebenaran baginya” dengan dalil-dalil al-Qur`an dan penjelasan as-Sunnah, وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ “dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin,” jalan mereka adalah cara mereka dalam berakidah dan beramal, نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى “Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu,” yaitu Kami membiarkannya dengan apa yang dipilih untuk dirinya dan Kami menghinakannya, Kami tidak membimbingnya kepada kebaikan, karena ia telah menyaksikan kebenaran dan mengetahuinya, namun tidak mengikutinya, maka balasan baginya dari Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah sebuah keadilan yaitu membiarkannya tetap dalam kesesatannya dengan kondisi bingung hingga kesesatannya bertambah di atas kesesatan, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah جَلَّ جَلالُهُ memalingkan hati mereka.” (Ash-Shaff: 5).
Dan di dalam ayat lain Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur`an) pada permulaannya.” (Al-An’am: 110).
Pemahaman terbalik ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak menentang Rasul, وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ “dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin,” di mana niatnya adalah mengharap ridha Allah جَلَّ جَلالُهُ dan mengikuti RasulNya serta konsisten terhadap jamaah kaum Muslimin, lalu terjadi atau hendak melakukan beberapa dosa di mana hal tersebut merupakan tuntutan-tuntutan jiwa dan dorongan-dorongan nafsu, niscaya Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak akan membiarkan ia dan setannya, akan tetapi Allah جَلَّ جَلالُهُ akan mengarahkannya dengan kasih sayangNya, memberikan karuniaNya atas dirinya dengan menjaga dan melindunginya dari keburukan, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman tentang Yusuf ‘alaihissalam,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 24).
Maksudnya, disebabkan karena keikhlasannya, maka Kami palingkan dirinya dari keburukan, demikian juga setiap orang yang ikhlas, seperti yang ditunjukkan oleh keumuman dari alasan itu, dan FirmanNya, وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ “Dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam” maksudnya Kami akan menyiksanya di dalam neraka tersebut dengan siksaan yang keras, وَسَاءَتْ مَصِيرًا “dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali,” yaitu tempat berpulang dan bersandar.
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan pahala bagi orang-orang yang mengikuti tuntunan rasulullah, sedang pada ayat ini Allah mem-beri peringatan. Dan barang siapa yang terus-menerus menentang rasul, yaitu nabi Muhammad, setelah jelas baginya kebenaran yang disampaikan kepadanya, bukan sebelum diketahuinya kebenaran itu, dan dilanjutkan dengan mengikuti jalan yang sesat, yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan kami masukkan dia, kelak di hari akhirat ke dalam neraka jahanam sebagai balasan yang setimpal atas penentangan mereka terhadap rasulullah, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Syirik adalah perbuatan dosa yang paling besar. Karena itu, sesungguhnya Allah yang maha esa tidak akan mengampuni dosa syirik yakni mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun tanpa bertobat sebelum ia mati, dan dia mengampuni dosa yang dilakukan selain syirik itu, baik dosa besar maupun kecil, baik yang bersangkutan memohon ampun atau tidak, bagi siapa yang dia kehendaki berdasarkan kebijakannya. Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali sehingga sulit baginya untuk menemukan jalan kembali kepada kebenaran (lihat: surah an-nisa’/4: 48, 116; dan surah luqma’n/31: 13).
An-Nisa Ayat 115 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 115, Makna An-Nisa Ayat 115, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 115, An-Nisa Ayat 115 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 115
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)