{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 123.
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ ۗ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا ﴿١٢٣﴾
laisa bi`amāniyyikum wa lā amāniyyi ahlil-kitāb, may ya’mal sū`ay yujza bihī wa lā yajid lahụ min dụnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā
QS. An-Nisa [4] : 123
(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.
Keutamaan yang besar ini tidak didapatkan dengan angan-angan yang kalian gantungkan wahai kaum muslimin, tidak pula dengan angan-angan yang digantungkan oleh ahli kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi ia diraih dengan iman yang benar kepada Allah, dan memperbaiki amal perbuatan yang diridhai-Nya. Barangsiapa melakukan perbuatan buruk, maka dia akan dibalas dengannya, dan dia tidak akan menemukan selain Allah sebagai pemelihara yang mengurusi perkara dan kepentingannya dan tidak pula penolong yang bisa membantu dan menolak siksa yang buruk darinya.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa kaum muslim dan orang-orang Ahli Kitab saling membanggakan dirinya. Maka berkatalah orang-orang Ahli Kitab, “Nabi kami sebelum nabi kalian, dan kitab kami sebelum kitab kalian, maka kami lebih berhak terhadap Allah daripada kalian.” Orang-orang muslim mengatakan, “Kami lebih utama terhadap Allah daripada kalian, nabi kami adalah pemungkas para nabi, dan kitab kami berkuasa memutuskan atas semua kitab yang ada sebelumnya.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
(Pahala dari sisi Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. sampai dengan firman-Nya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan. , hingga akhir ayat. Kemudian Allah memenangkan hujah (alasan) kaum muslim atas orang-orang yang menentang mereka dari kalangan agama lain.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa para pemeluk berbagai agama bersitegang. Maka orang-orang yang berpegang kepada kitab Taurat mengatakan, “Kitab kami adalah sebaik-baik kitab, dan nabi kami adalah sebaik-baik nabi.” Pemegang kitab Injil mengatakan hal yang semisal. Maka orang-orang Islam mengatakan, “Tiada agama (yang diterima di sisi Allah) selain Islam, dan kitab kami me-mansukh semua kitab, serta nabi kami adalah nabi penutup. Kami diperintahkan agar iman kepada kitab kalian serta mengamalkan kitab kami sendiri.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memutuskan di antara mereka melalui firman-Nya:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu., hingga akhir ayat. Dia memilih di antara semua agama dengan melalui firman-Nya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan. (An Nisaa:125) sampai dengan firman-Nya: Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya. (An Nisaa:125)
Mujahid mengatakan bahwa orang-orang Arab mengatakan, “Kami tidak akan dibangkitkan dan kami tidak akan diazab, sedangkan orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani’ (Al Baqarah:111). Mereka mengatakan pula seperti yang disitir oleh firman-Nya: ‘Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali selama beberapa hari saja’ (Al Baqarah:80).”
Makna yang dimaksud dari ayat surat An-Nisa ini ialah bahwa agama itu bukanlah hanya sebagai hiasan, bukan pula merupakan angan-angan yang kosong, tetapi agama yang sesungguhnya ialah agama yang meresap ke dalam hati dan dibenarkan melalui amal perbuatan. Tidak semua orang yang mengakui atas sesuatu dapat meraihnya hanya dengan sekadar mengakuinya. Tidaklah semua orang yang mengatakan bahwa dirinya berada dalam kebenaran, lalu ucapannya itu didengar hanya dengan pengakuannya saja, sebelum dia mendapat bukti dari Allah yang menyatakan atas kebenarannya. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Dengan kata lain keselamatan itu bukanlah milik kalian, bukan pula milik mereka (Ahli Kitab) hanya dengan sekadar pengakuan, melainkan pertimbangan dalam hal ini adalah dengan taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan mengikuti syariat-Nya, yang disampaikan melalui lisan para rasul yang mulia. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah: 7-8)
Telah diriwayatkan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal ini terasa berat di kalangan kebanyakan sahabat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Abu Bakar ibnu Abu Zuhair yang menceritakan, “Aku mendapat berita bahwa Abu Bakar r.a. pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah keberuntungan itu sesudah ayat ini,’ yaitu: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An Nisaa:123) Sedangkan semua perbuatan buruk (jahat) yang kami lakukan, maka kami mendapat balasannya?” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Hai Abu Bakar, semoga Allah memberikan ampunan kepadamu, bukankah kamu pernah sakit, bukankah kamu pernah mengalami kepayahan, bukankah kamu pernah mengalami kesedihan, bukankah kamu pernah tertimpa musibah?” Abu Bakar menjawab, “Memang benar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Itu termasuk balasan yang ditimpakan kepadamu.”
Sa’id ibnu Mansur meriwayatkannya dari Khalaf ibnu Khalifah, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan lafaz yang sama.
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Sufyan As-Sauri, dari Ismail dengan lafaz yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, dari Ziyad Al-Jassas, dari Ali ibnu Zaid, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Abu Bakar menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu di dunia.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hisyam ibnu Juhaimah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, telah menceritakan kepada kami Ziyad Al-Jassas, dari Ali ibnu Zaid, dari Mujahid yang menceritakan bahwa Abdullah ibnu Umar pernah berkata, “Lihatlah tempat Abdullah ibnuz Zubair disalib itu, jangan sekali-kali kalian lewat padanya.” Lalu Abdullah ibnu Umar memandang kepada Ibnuz Zubair (yang telah disalib itu) dan berkata, “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu,” sebanyak tiga kali. Lalu mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang ku ketahui mengenai dirimu kecuali engkau adalah orang yang banyak puasa, banyak salat, dan gemar bersilaturahmi. Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku berharap dalam musibah yang menimpa dirimu sekarang ini, semoga Allah tidak mengazabmu sesudahnya.” Mujahid melanjutkan kisahnya, “Lalu Abdullah ibnu Umar berpaling ke arahku dan mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Bakar As-Siddiq menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: ‘Barang siapa yang mengerjakan keburukan di dunia, niscaya akan diberi pembalasan dengan keburukan itu’.”
Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab musnad melalui Al-Fadl ibnu Sahl, dari Abdul Wahhab ibnu Ata secara ringkas.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam Musnad Ibnuz Zubair, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mustamir Al-Aaiqi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaim ibnu Hayyan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku (yaitu Hayyan ibnu Bustam), bahwa Bustam pernah menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Ibnu Umar, maka ia melewati Abdullah ibnuz-Zubair yang sedang dalam keadaan disalib. Maka Ibnu Umar mengatakan, “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, wahai Abu Khubaib. Aku telah mendengar ayahmu —yakni Az-Zubair— menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: ‘Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu di dunia dan di akhirat’.”
Kemudian ia (Al-Bazzar) mengatakan, “Kami tidak mengetahui dia meriwayatkan dari Az-Zubair kecuali dari segi ini.”
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Kamil, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa’d Al-Aufi, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Maula ibnus Siba’ yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar menceritakan hadis berikut dari Abu Bakar As-Siddiq, ketika ia sedang bersama Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka turunlah firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelin-dung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (An Nisaa:123) Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hai Abu Bakar, maukah aku bacakan kepadamu suatu ayat yang baru saja diturunkan kepadaku?” Abu Bakar menjawab, “Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah.” “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan ayat tersebut kepadaku, dan tanpa kusadari punggungku terasa amat pegal, hingga aku menggeliat meluruskannya.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Mengapa engkau ini, hai Abu Bakar?” Aku (Abu Bakar) menjawab, “Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak pernah mengerjakan kejahatan (dosa)? Dan sesungguhnya kita benar-benar akan diberi balasan atas tiap-tiap kejahatan yang kita lakukan.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Adapun kamu dan teman-temanmu yang beriman, maka sesungguhnya kalian diberi pembalasan dengan hal tersebut di dunia, hingga kalian menghadap kepada Allah kelak sedangkan kalian tidak mempunyai dosa lagi. Adapun orang-orang lain, maka hal tersebut dikumpulkan bagi mereka, hingga mereka menerima pembalasannya di hari kiamat nanti.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Yahya ibnu Musa dan Abdu ibnu Humaid, dari Rauh ibnu Ubadah dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa Musa ibnu Ubaidah orangnya daif, sedangkan maula Ibnus Siba’ orangnya tidak dikenal.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ghulam, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Abu Rabah yang mengatakan bahwa tatkala ayat ini diturunkan, Abu Bakar terserang penyakit reumatik pada punggungnya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya yang dimaksud dengan pembalasan itu hanyalah berupa musibah-musibah di dunia.
Jalur yang lain dari As-Siddiq.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ishaq Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir As-Sa’di, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Sulaiman ibnu Mihran, dari Muslim ibnu Sabih, dari Masaiq yang menceritakan bahwa Abu Bakar As-Siddiq pernah mengadu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang beratnya pengamalan ayat ini, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Berbagai macam musibah, sakit, dan kesusahan di dunia adalah pembalasan.
Jalur lain.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abu Ziyad dan Ahmad ibnu Mansur, keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnul Hasan Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zaid ibnu Munqiz, dari Siti Aisyah, dari Abu Bakar yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah semua kebaikan yang kita lakukan akan diberi pembalasannya?” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Hai Abu Bakar, bukankah kamu pernah terkena musibah anu dan anu, maka hal itu merupakan kifarat(nya).
Hadis lain.
Sa’id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, Abu Bakar ibnu Sawwadah pernah menceritakan kepadanya bahwa Yazid ibnu Abu Yazid pernah menceritakan dari Ubaid ibnu Umair, dari Siti Aisyah, bahwa seorang lelaki pernah membaca firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Lalu lelaki itu mengatakan, “Sesungguhnya kita akan diberi pembalasan dengan pembalasan yang serupa dengan tiap-tiap keburukan yang kita kerjakan. Kalau demikian, pasti binasalah kita.” Ketika perkataan tersebut sampai kepada Rasululalh صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau bersabda: Memang, orang mukmin diberi pembalasan yang serupa di dunia pada dirinya, juga pada tubuhnya yang menyakitkannya.
Jalur yang lain.
Imam Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abu Amir, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mengetahui ayat yang paling berat di dalam Al-Qur’an.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Wahai Aisyah, ayat apakah itu?” Siti Aisyah membaca firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Balasan tersebut adalah musibah yang menimpa diri hamba yang mukmin, sehingga kecelakaan yang dialaminya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hasyim dengan lafaz yang sama.
Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Abu Amir Saleh ibnu Rustum Al-Kharraz dengan lafaz yang sama.
Jalur lain.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari anak perempuannya, bahwa ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. mengenai firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Siti Aisyah r.a. menjawab bahwa tidak pernah ada seorang pun yang bertanya kepadanya mengenai ayat ini semenjak ia menanyakannya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ia pernah menanyakan makna ayat tersebut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Wahai Aisyah, hal ini merupakan janji Allah kepada hamba-(Nya) menyangkut sebagian dari penyakit yang menimpa dirinya, seperti demam dan kesusahan serta duri (yang menancap di kakinya), sehingga barang dagangan yang ia letakkan di dalam kantong bajunya, dan ketika ia merabanya sangat terkejut karena tidak ada, dan ternyata ia menemukannya pada kantong celananya. Sehingga seorang mukmin, benar-benar bersih dari dosa-dosanya, sebagaimana emas yang baru disepuh bebas dari kotorannya.
Jalur yang lain.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abul Qasim, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Muhammad ibnu Ismail, dari Muhammad ibnu Yazid ibnul Muhajir, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah di-tanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin itu diberi pahala dalam segala sesuatunya, hingga pada (rasa sakit) kematiannya ketika nyawanya dicabut.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, dari Zaidah, dari Lais, dari Mujahid, dari Siti Aisyah bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “apabila dosa seseorang hamba banyak, sedangkan dia tidak mempunyai amalan saleh untuk menutupinya, maka Allah mengujinya dengan kesedihan, untuk menghapuskan dosa-dosanya itu.”
Hadis lain.
Sa’id ibnu Mansur meriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Muhaisin yang pernah mendengar Muhammad ibnu Qais ibnu Makhramah menceritakan bahwa menurut Abu Hurairah r.a., tatkala diturunkan firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka hal itu terasa berat oleh kaum muslim. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka: Bersikap teguhlah kalian dan dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), karena sesungguhnya dalam setiap musibah yang menimpa diri seorang muslim terkandung kifarat, sehingga duri yang menusuknya dan kesedihan (kesusahan) yang dialaminya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sufyan ibnu Uyaynah juga Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah.
Ibnu Mardawih meriwayatkannya melalui hadis Rauh dan Ma’mar, keduanya dari Ibrahim ibnu Yazid, dari Abdullah ibnu Ibrahim, ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
Maka kami menangis dan sedih, serta mengatakan, “Wahai Rasulullah, ayat ini tidak menyisakan barang sedikit pun (dari balasan).” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat ini memang mempunyai arti seperti apa yang diturunkan. Tetapi bergembiralah kalian, dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), dan teguhlah kalian (pada ja-lan yang lurus). Karena sesungguhnya tiada suatu musibah pun di dunia ini yang menimpa seseorang di antara kalian, melainkan Allah menghapuskan karenanya sebagian dari dosa-dosanya, sehingga duri yang menancap pada telapak kaki seseorang di antara kalian.
Ata ibnu Yasar meriwayatkan dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, bahwa keduanya pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tidak sekali-kali seorang muslim tertimpa kelelahan, tidak pula kepayahan, tidak pula penyakit, dan tidak pula kesedihan sehingga kesusahan yang dialaminya, melainkan Allah menghapuskan sebagian dari keburukan-keburukan (dosa-dosa)nya.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Zainab binti Ka’b ibnu Ujrah, dari Abu Sa’id Al-Khudri yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Bagaimanakah menurut pendapatmu tentang berbagai penyakit yang menimpa diri kami, apakah imbalannya bagi kami?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Berbagai macam kifarat (penghapus dosa).” Kemudian ayahku ikut bertanya, “Sekalipun musibah itu ringan?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Bahkan duri (yang menusuk kakinya) hingga yang lebih besar lagi.” Zainab binti Ka’b melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ayahnya (Ka’b ibnu Ujrah) mendoa terhadap dirinya sendiri, semoga selama hidupnya ia tidak terpisah dari sakit hingga mati, agar dirinya tidak berpaling dari haji, umrah, jihad, dan salat fardu dengan berjamaah. Maka tidak ada seorang pun yang menyentuh tubuhnya, melainkan ia pasti merasakan tubuhnya yang panas, hingga Ka’b ibnu Ujrah r.a. meninggal dunia.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
Hadis lain.
diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur Husain ibnu Waqid, dari Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengenai makna firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An Nisaa:123) Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Memang benar, dan barang siapa yang mengerjakan kebaikan, niscaya akan diberi balasan dengan sepuluh kali kebaikan. Maka binasalah orang yang satunya mengalahkan sepuluhnya (yakni keburukannya mengalahkan amal baiknya).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Humaid, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An Nisaa:123) Makna yang dimaksud ialah orang kafir. Kemudian Al-Hasan (Al-Basri) membacakan firman-Nya: Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba’: 17)
Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa’id Ibnu Jubair, keduanya mengatakan bahwa tafsir dari kata as-su’ dalam ayat ini ialah kekufuran (kemusyrikan).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Kecuali jika ia bertobat, maka tobatnya akan diterima oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa hal tersebut bersifat umum mencakup semua amal perbuatan, karena berdasarkan kepada hadis-hadis yang telah disebutkan di atas. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Maksudnya, لَيْسَ “Bukanlah” perkara itu, keselamatan dan kesucian, بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ “menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab,” angan-angan itu adalah percakapan jiwa yang tidak diiringi dengan perbuatan namun hanya pengakuan semata, dan sekiranya ditentang oleh angan-angan yang serupa dengannya, maka pastilah akan menjadi satu jenis dengannya, dan hal ini adalah umum pada setiap perkara, lalu bagaimanakah bila dalam perkara keimanan dan kebahagiaan yang abadi? Sesungguhnya angan-angan Ahli Kitab telah Allah جَلَّ جَلالُهُ kabarkan tentangnya bahwa mereka itu,
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.’ Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.” (Al-Baqarah: 111),
dan selain mereka di antara orang-orang yang tidak menisbatkan diri kepada sebuah kitab, tidak pula kepada seorang rasul, maka mereka lebih utama dan lebih patut, demikian juga Allah جَلَّ جَلالُهُ memasukkan ke dalam golongan itu orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam atas dasar kesempurnaan keadilan dan pemenuhan hak, karena sesungguhnya sekedar menisbahkan diri kepada suatu agama itu sama sekali tidaklah bermanfaat bila seorang manusia tidak membawa keterangan yang jelas atas kebenaran pengakuannya, maka perbuatanlah yang akan membenarkan atau mendustakan pengakuan itu, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” Ini mencakup semua pelaku-pelaku perbuatan, karena keburukan itu mencakup dosa apa pun, baik kecil maupun besar, dan mencakup juga seluruh balasan, baik sedikit maupun banyak, di dunia maupun di akhirat, dan manusia dalam kaitan ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda yang tidak diketahui kecuali oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ, ada yang sedikit dan ada yang banyak.
Barangsiapa yang seluruh perbuatannya adalah dosa, dan itu hanya terjadi pada orang kafir lalu bila ia meninggal sebelum bertaubat, maka akan dibalas dengan kekekalan dalam siksa yang pedih. Dan barangsiapa yang perbuatannya adalah shalih dan ia pada sebagian besar kondisinya dalam keadaan konsisten, hanya saja terkadang terjadi beberapa kesalahan atau dosa kecil, lalu apa pun yang menimpanya berupa kegundahan, kesedihan, gangguan dan sakit di tubuhnya, atau hatinya atau orang yang dicintainya atau hartanya dan semacamnya, maka sesungguhnya semua itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya, dan hal itu adalah di antara balasan atas amalan-amalannya, yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ tentukan sebagai tindakan kasih sayang kepada hamba-hambaNya.
Dan di antara kedua kondisi ini banyak sekali tingkatan-tingkatannya, balasan umum atas perbuatan yang buruk adalah dikhususkan pada selain orang-orang yang bertaubat, karena sesungguhnya seorang yang bertaubat dari dosa adalah seperti seorang yang tidak memiliki dosa sama sekali, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nash-nash yang ada.
Dan FirmanNya, وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا “Dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah جَلَّ جَلالُهُ” untuk menghilangkan beberapa perkara yang diperkirakan bahwa seorang yang berhak mendapat balasan atas amalannya itu kemungkinan saja memiliki pelindung atau penolong atau pemberi syafa’at yang membela dirinya dari perkara yang seharusnya diterimanya, lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan bahwa hal tersebut tidaklah ada, ia tidak memiliki pelindung yang membantunya memperoleh apa yang diinginkan dan tidak memiliki penolong yang membela dirinya dari perkara yang ditakutkan kecuali Rabbnya dan Rajanya semata.
Pahala yang Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh itu, bukanlah angan-anganmu yang kosong, wahai kaum musyrik atau kaum muslim yang belum memahami dan menghayati agama dengan benar, dan bukan pula angan-angan ahli kitab dari golongan yahudi dan nasrani, tetapi dicapai berkat karunia Allah yang dibagi-bagikan karena keberimanan dan amal saleh. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, cepat atau lambat, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong yang dapat melindunginya dari azab Allah selain Allahdan barang siapa mengerjakan amal-amal kebajikan, yakni perbuatanperbuatan baik dan bermanfaat menurut Allah dan rasul-Nya, baik pelakunya laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman dengan iman yang benar, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga sebagai anugerah Allah atas mereka dan mereka tidak dizalimi atau dikurangi sedikit pun dari amal saleh yang telah mereka lakukan.
An-Nisa Ayat 123 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 123, Makna An-Nisa Ayat 123, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 123, An-Nisa Ayat 123 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 123
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)