{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 139.
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا ﴿١٣٩﴾
allażīna yattakhiżụnal-kāfirīna auliyā`a min dụnil-mu`minīn, a yabtagụna ‘indahumul-‘izzata fa innal-‘izzata lillāhi jamī’ā
QS. An-Nisa [4] : 139
(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.
Yaitu orang-orang yang berkawan akrab dengan orang-orang kafir, mengangkat mereka sebagai pembantu-pembantu dekat dan mereka meninggalkan orang-orang mukmin, dan tidak berminat menjalin hubungan baik dengan orang-orang mukmin. Apakah dengan itu mereka mengharapkan dukungan dan bantuan dari orang-orang kafir? Mereka tidak memiliki itu, karena kemuliaan dan kemenangan serta kekuatan hanya milik Allah seluruhnya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengingkari sepak terjang mereka yang berpihak kepada orang-orang kafir, yang hal ini diungkapkan oleh firman-Nya:
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan bahwa kekuatan itu seluruhnya hanyalah milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dalam ayat yang lain disebutkan hal yang semakna, yaitu:
Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Faathir’:10)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (Al Munafiqun:8)
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah menggerakkan hati mereka untuk mencari kekuatan (kemuliaan) di sisi Allah, beribadah kepada-Nya dengan ikhlas, dan menggabungkan diri ke dalam barisan hamba-hamba-Nya yang beriman, karena hanya merekalah yang mendapat pertolongan di dalam kehidupan dunia ini dan di hari semua saksi dibangkitkan (hari kiamat).
Kiranya sesuai bila dalam pembahasan ini kami ketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Humaid Al-Kindi, dari Ubadah ibnu Nissi, dari Abu Raihanah, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Barang siapa yang menyebutkan nasabnya sampai kepada sembilan orang kakek moyangnya yang semuanya kafir dengan maksud memuliakan diri dengan mereka dan berbangga diri dengan mereka, maka dia akan menemani mereka di dalam neraka.
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Imam Ahmad. Abu Raihanah yang disebut di dalam sanadnya adalah seorang dari kabilah Azd. Menurut pendapat yang lain, dia adalah seorang Ansar, nama aslinya ialah Syam’un. Demikianlah menurut Imam Bukhari. Sedangkan menurut yang lainnya, nama aslinya adalah Sam’un.
138-139. al-Basyarah kabar gembira itu biasanya dipakai pada perkara yang baik, dan terkadang dipakai dalam perkara yang buruk dengan syarat, seperti dalam ayat ini Allah berfirman ”Kabarkanlah kepada orang-orang munafik,” yaitu orang-orang yang menampakkan Islam dan menyembunyikan kekufuran dengan kabar yang paling jelek dan paling buruk, yaitu azab yang pedih. Yang demikian itu karena mereka mencintai orang-orang kafir dan menolong mereka, membela mereka serta meninggalkan cinta dan kasih sayang kepada kepada kaum Mukminin, perkara apakah yang mendorong mereka melakukan hal tersebut? Apakah mereka mengharapkan kemuliaan dari orang-orang kafir itu? Seperti inilah kenyataan dari orang-orang munafik, prasangka mereka buruk terhadap Allah, keyakinan mereka lemah terhadap pertolongan Allah kepada kaum Mukminin, dan mereka menyaksikan beberapa faktor pendorong pada kaum kafir namun pandangan mereka pendek tentang akibat yang terjadi di balik itu, hingga membuat mereka menjadi kaum kafir sebagai penolong yang mereka banggakan dan meminta pertolongan mereka. Padahal kenyataannya adalah seluruh kemuliaan itu adalah milik Allah, dan sesungguhnya ubun-ubun para hamba ada di tangan Allah dan kehendakNya pastilah terlaksana pada mereka. Dan sesungguhnya Allah telah menjamin untuk membela agamaNya dan hamba-hambaNya yang beriman, walaupun diselingi dengan beberapa ujian dan cobaan bagi hamba-hambaNya yang beriman tersebut dan musuh berkuasa atas mereka dengan penguasaan yang bersifat sementara, karena sesungguhnya hasil akhir yang baik dan kebahagiaan itu adalah milik kaum Mukminin.
Ayat ini mengandung ancaman yang besar atas tindakan menjadikan kaum kafir sebagai penolong dan pembela, dan bahwa hal seperti itu adalah di antara sifat-sifat kaum munafik, dan bahwa keimanan itu menuntut untuk mencintai kaum Mukminin dan menjadikan mereka sebagai penolong dan pembela, dan membenci kaum kafir dan memusuhi mereka.
Walau mengaku beriman, mereka sebenarnya tetap dalam keadaan kufur dan menyembunyikannya. Salah satu buktinya ialah bahwa mereka adalah orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya’, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung meraka. Hal itu dilakukan dengan meninggalkan orang-orang mukmin, yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dengan iman yang mantap. Mereka seharusnya menjadikan orang mukmin itu auliya’ mereka, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Apakah mereka, yaitu orang-orang munafik mencari kekuatan di sisi mereka, yakni orang-orang kafir untuk memberikan pertolongan dan dukungan kepada mereka’ ketahuilah, wahai Muhammad dan orang-orang yang beriman, bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan hal yang sia-sia karena semua kekuatan itu milik Allah. Sungguh aneh apa yang telah mereka lakukan itu, padahal sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan-ketentuan bagimu, wahai orang-orang yang benar-benar beriman, di dalam kitab Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah, diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir dan munafik, maka janganlah kamu duduk di tempat atau lokasi itu bersama mereka, bahkan putuskanlah pembicaraan dengan mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain, yaitu hal-hal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Karena sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang beriman, apabila tetap duduk bersama mereka, tentulah serupa dengan mereka dalam kekafiran dan kemunafikan. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka jahanam, sebagaimana mereka berkumpul dan bergabung dalam tujuan yang sama.
An-Nisa Ayat 139 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 139, Makna An-Nisa Ayat 139, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 139, An-Nisa Ayat 139 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 139
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)