{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 158.
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا ﴿١٥٨﴾
bal rafa’ahullāhu ilaīh, wa kānallāhu ‘azīzan ḥakīmā
QS. An-Nisa [4] : 158
Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Tapi sebenarnya Allah mengangkat Isa dengan arwah dan jasadnya dalam keadaan hidup dan menyelamatkannya dari orang-orang kafir. Allah Mahaperkasa dalam kekuasaan-Nya, Maha Bijaksana dalam pengaturan dan ketetapan-Nya.
Yaitu Zat-Nya Mahaperkasa dengan keperkasaan yang tak terjangkau oleh siapa pun, dan orang yang dilindungi-Nya tiada yang dapat menyentuhnya.
lagi Mahabijaksana.
Allah Mahabijaksana dalam semua takdir-Nya dan semua perkara yang diputuskan-Nya. Semuanya adalah makhluk-Nya, dan hanya Dialah yang memiliki hikmah yang tak terbatas, hujah yang mematahkan, kekuasaan Yang Mahabesar, serta semua perencanaan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Allah hendak mengangkat Isa ke langit, maka Isa keluar untuk menemui para sahabatnya dari kalangan Hawariyyin yang jumlahnya ada dua belas orang. Yang dimaksud ialah Isa keluar dari mata air yang ada dalam rumah tersebut, sedangkan kepalanya masih meneteskan air, lalu ia berkata, “Sesungguhnya di antara kalian ada orang yang kafir kepadaku sebanyak dua belas kali sesudah ia beriman kepadaku.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Isa berkata pula, “Siapakah di antara kalian yang mau dijadikan sebagai orang yang serupa denganku, lalu ia akan dibunuh sebagai gantiku, maka kelak dia akan bersamaku dalam satu tingkatan (di surga nanti)?” Maka berdirilah seorang pemuda yang paling muda usianya di antara yang ada, lalu Isa berkata kepadanya, “Duduklah kamu.” Kemudian ia mengulangi lagi kata-katanya kepada mereka. Pemuda itu berdiri lagi mengajukan dirinya, maka Isa berkata, “Duduklah kamu.” Lalu ia mengulangi lagi kata-katanya itu, maka pemuda itu juga yang berdiri seraya berkata, “Aku bersedia.” Akhirnya Isa berkata, “Kalau memang demikian, kamulah orangnya.” Maka Allah menjadikannya serupa dengan Nabi Isa, sedangkan Nabi Isa sendiri diangkat ke langit dari salah satu bagian atap rumah tersebut. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu orang-orang Yahudi yang memburunya datang dan langsung menangkap orang yang serupa dengan Isa itu, lalu mereka membunuh dan menyalibnya. Maka sebagian dari mereka kafir kepada Isa sebanyak dua belas kali sesudah ia beriman kepadanya, dan mereka berpecah-belah menjadi tiga golongan. Suatu golongan dari mereka mengatakan, “Dahulu Allah berada di antara kita, kemudian naik ke langit.”Mereka yang berkeyakinan demikian adalah sekte Ya’qubiyah. Segolongan lainnya mengatakan, “Dahulu anak Allah ada bersama kami selama yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah mengangkatnya kepada-Nya.” Mereka yang berkeyakinan demikian dari sekte Nasturiyah. Segolongan lain mengatakan, “Dahulu hamba dan utusan Allah ada bersama kami selama masa yang dikehendaki oleh Allah, kemudian Allah mengangkat dia kepada-Nya.” Mereka yang berkeyakinan demikian adalah orang-orang muslim. Kemudian dua golongan yang kafir itu memerangi golongan yang muslim dan membunuhnya, maka Islam dalam keadaan terpendam hingga Allah mengutus Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sanad asar ini sahih sampai kepada Ibnu Abbas.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Kuraib, dari Abu Mu’awiyah dengan lafaz yang semisal. Hal yang sama disebutkan oleh ulama Salaf lainnya yang bukan hanya oleh seorang saja, bahwa Nabi Isa berkata kepada para sahabatnya,
“Siapakah di antara kalian yang mau dijadikan orang yang serupa dengan diriku. lalu ia akan dibunuh sebagai ganti diriku? Maka kelak dia akan menjadi temanku di dalam surga.”
Ibnu Jarir mengatakan, telah diriwayatkan dari Wahb hal yang semisal dengan pendapat di atas, yaitu kisah yang diceritakan kepadaku oleh Al-Musanna. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdul Karim, telah menceritakan kepadaku Abdus Samad ibnu Ma’qal, ia pernah mendengar Wahb menceritakan hal berikut. Isa ibnu Maryam ketika diberi tahu oleh Allah akan diangkat dari dunia ini. maka gelisahlah hatinya karena akan menghadapi kematian dan berita itu terasa berat baginya. Maka ia mengundang semua Hawariyyin dan membuat makanan untuk mereka. Dia berkata, “Datanglah kepadaku malam ini, karena sesungguhnya aku mempunyai suatu keperluan kepada kalian.” Setelah mereka berkumpul pada malam harinya, maka Nabi Isa menjamu makan malam dan melayani mereka sendirian. Sesudah selesai dari jamuan itu, Nabi Isa mencucikan tangan mereka dan membersihkannya serta mengusap tangan mereka dengan kain bajunya. Hal tersebut terasa amat berat bagi mereka dan mereka tidak menyukai pelayanan itu. Nabi Isa berkata, “Ingatlah, barang siapa yang malam ini menolak apa yang telah aku lakukan kepada kalian, dia bukan termasuk golonganku dan aku pun bukan termasuk golongannya.” Akhirnya mereka menerimanya. Seusai melaksanakan semuanya, Nabi Isa berkata, “Adapun mengenai apa yang telah aku buat untuk kalian malam ini, yaitu pelayananku dalam menjamu kalian dan mencucikan tangan kalian dengan kedua tanganku ini, hendaklah hal tersebut dijadikan sebagai suri teladan bagi kalian dariku. Karena sesungguhnya kalian telah melihat bahwa diriku adalah orang yang paling baik di antara kalian, janganlah sebagian dari kalian merasa besar diri atas sebagian yang lain, dan hendaklah sebagian dari kalian mengabdikan dirinya untuk kepentingan sebagian yang lain, sebagaimana aku mengabdikan diriku untuk kalian. Adapun keperluanku malam ini ialah meminta tolong kepada kalian agar kalian mendoakan kepada Allah buat diriku dengan doa yang sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar Dia menangguhkan ajalku.” Ketika mereka membenahi dirinya untuk berdoa dan hendak melakukannya secara maksimal, tiba-tiba mereka ditimpa oleh rasa kantuk yang sangat hingga mereka tidak mampu berdoa. Lalu Nabi Isa a.s. membangunkan mereka seraya berkata, “Mahasuci Allah, mengapa kalian tidak dapat bertahan untukku malam ini saja untuk membantuku dalam berdoa?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahui apa yang telah menimpa diri kami. Sesungguhnya kami banyak begadang dan malam ini kami tidak mampu lagi begadang. Tidak sekali-kali kami hendak berdoa, melainkan kami selalu dihalang-halangi oleh rasa kantuk itu yang menghambat kami untuk melakukan doa.” Nabi Isa berkata, “Penggembala pergi dan ternak kambing pun bercerai-berai,” lalu ia mengucapkan kalimat-kalimat yang semisal sebagai ungkapan belasungkawa terhadap dirinya. Kemudian Isa a.s. berkata, “Sesungguhnya kelak ada seseorang di antara kalian yang benar-benar kafir kepadaku sebelum ayam jago berkokok tiga kali, dan sesungguhnya akan ada seseorang di antara kalian yang rela menjual diriku dengan beberapa dirham, dan sesungguhnya dia benar-benar memakan hasil jualannya itu.” Lalu mereka keluar dan berpencar, saat itu orang-orang Yahudi sedang mencari-carinya. Lalu mereka menangkap Syam’un (salah seorang Hawariyyin) dan mereka mengatakan, “Orang ini termasuk sahabatnya.” Tetapi Syam’un mengingkari tuduhan itu dan mengatakan, “Aku bukanlah sahabatnya.” Akhirnya mereka melepaskannya. Kemudian mereka menangkap yang lainnya, orang yang kedua itu pun mengingkarinya. Kemudian Nabi Isa mendengar kokok ayam jago, maka ia menangis dan bersedih hati. Pada pagi harinya salah seorang Hawariyyin datang kepada orang-orang Yahudi, lalu berkata, “Imbalan apakah yang akan kalian berikan kepadaku jika aku tunjukkan kalian kepada Al-Masih?” Mereka memberinya uang sebanyak tiga puluh dirham, lalu ia menerimanya dan menunjukkan mereka ke tempat Al-Masih berada. Sebelum itu telah diserupakan kepada mereka Nabi Isa yang palsu. Maka mereka menangkapnya dan mengikatnya dengan tali, lalu mereka giring seraya mengatakan kepadanya, “Katanya kamu dapat menghidupkan orang yang telah mati, dapat mengusir setan, dan menyembuhkan orang gila. Sekarang apakah kamu dapat menyelamatkan dirimu dari tambang ini?” Mereka meludahinya dan melemparinya dengan tangkai-tangkai berduri, hingga sampai di tempat kayu yang mereka maksudkan untuk menyalibnya. Allah telah mengangkat Nabi Isa yang asli dan mereka menyalib orang yang diserupakan dengannya. Tujuh hari setelah peristiwa itu ibu Nabi Isa dan seorang wanita yang telah diobati oleh Isa a.s. hingga wanita itu sembuh dari penyakit gilanya menangisi orang yang disalib itu. Lalu Isa a.s. datang kepada mereka berdua dan berkata, “Apakah yang membuat kamu berdua menangis?” Keduanya menjawab, “Kami menangisimu.” Isa berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat diriku kepada-Nya, dan tiada yang aku peroleh kecuali kebaikan belaka, dan sesungguhnya orang yang disalib ini adalah orang yang diserupakan denganku di mata mereka. Maka perintahkanlah kepada kaum Hawariyyin agar mereka menjumpaiku di tempat anu dan anu.” Kemudian di tempat yang dimaksud Nabi Isa dijumpai oleh sebelas orang, dan ia merasa kehilangan seseorang dari mereka, yaitu orang yang telah ‘menjualnya’ dan menunjukkan kepada orang-orang Yahudi tempat ia berada. Kemudian Isa menanyakan kepada sahabat-sahabatnya tentang orang tersebut. Maka seseorang dari mereka menjawab bahwa dia telah menyesali perbuatannya, lalu ia bunuh diri dengan cara gantung diri. Isa berkata, “Seandainya ia bertobat, niscaya Allah menerima tobatnya.” Kemudian Isa menanyakan kepada mereka tentang seorang pelayan yang ikut bersama mereka. Mereka menjawab bahwa pelayan tersebut bernama Yahya. Maka Isa berkata, “Dia ikut bersama kalian, dan sekarang berangkatlah kalian, sesungguhnya setiap orang itu kelak akan berbicara dengan bahasa kaumnya, maka berilah mereka peringatan dan serulah mereka.”
Konteks riwayat ini berpredikat garib jiddan (aneh sekali).
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Ibnu Ishaq yang menceritakan bahwa nama raja Bani Israil yang mengirimkan sejumlah pasukan untuk membunuh Isa a.s. adalah Daud, seseorang dari kalangan Bani Israil pula. Setelah mereka sepakat untuk membunuh Isa a.s., menurut berita yang sampai kepadaku, tiada seorang hamba pun dari kalangan hamba-hamba Allah yang takut kepada mati seperti takut yang dialaminya, dan tiada orang yang lebih gelisah darinya dalam menghadapi hal itu, tiada seorang pun yang berdoa agar dijauhkan dari mati seperti doa yang dilakukannya. Sehingga menurut apa yang mereka duga, Isa a.s. berkata dalam doanya, “Ya Allah, jika Engkau menghindarkan kematian ini dari seseorang makhluk-Mu, maka hindarkanlah ia dariku.” Disebutkan bahwa sesungguhnya kulit Nabi Isa (setelah mendengar berita itu) benar-benar mengucurkan darah. Lalu Isa dan semua sahabatnya memasuki tempat persembunyian yang telah mereka sepakati, dan di tempat itulah akhirnya terjadi peristiwa pembunuhan, jumlah mereka seluruhnya ada tiga belas orang, termasuk Nabi Isa a.s. sendiri. Setelah Nabi Isa merasa yakin bahwa semua sahabatnya telah masuk ke dalam tempat tersebut bersamanya, lalu Nabi Isa mengumpulkan semua sahabatnya yang terdiri atas kalangan Hawariyyin. Mereka ada dua belas orang, yaitu Firtaus, Ya’qobus, Weila dan Nakhas saudara Ya’qobus, Andreas, Philips, Ibnu Yalma, Mateus, Tomas, Ya’qub ibnu Halqiya, Nadawasis, Qatabiya, Yudas Rakriya Yuta.
Ibnu Humaid mengatakan bahwa Salamah mengatakan dari Ishaq, “Menurut kisah yang sampai kepadaku, ada seorang lelaki bernama Sarjis hingga jumlah mereka tiga belas orang selain Isa. Orang-orang Nasrani mengingkarinya karena Sarjislah yang diserupakan dengan Isa di mata orang-orang Yahudi.”
Ibnu Ishaq mengatakan, “Aku tidak mengetahui apakah Sarjis termasuk mereka yang dua belas orang itu, ataukah dia termasuk salah seorang dari mereka yang tiga belas. Karena itulah mereka meragukannya di saat mereka mengiyakan kepada orang-orang Yahudi tentang tersalibnya Isa. Mereka (orang-orang Nasrani) tidak mempercayai berita mengenai hal tersebut yang disampaikan oleh Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Jika jumlah mereka seluruhnya ada tiga belas orang ketika memasuki rumah persembunyian itu, berarti semuanya ada empat belas orang bersama Isa a.s. Jika jumlah mereka (Hawariyyin) ada dua belas orang ketika memasuki rumah persembunyian itu, berarti seluruhnya ada tiga belas orang (bersama Isa عَلَيْهِ السَلاَمُ).
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki yang dahulunya beragama Nasrani, kemudian masuk Islam, bahwa Isa ketika mendapat wahyu dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan, “Sesungguhnya Aku akan mengangkatmu kepada-Ku.” Maka Isa berkata, “Hai golongan Hawariyyin, siapakah di antara kalian yang rela menjadi temanku di surga? Syaratnya adalah dia mau menjadi orang yang diserupakan dengan diriku di mata kaum, lalu mereka membunuhnya sebagai ganti dariku.” Maka Sarjis menjawab, “Aku bersedia, wahai Ruhullah.” Isa a.s. berkata, “Duduklah kamu di tempatku!” Maka Sarjis duduk di tempatnya, sedangkan ia sendiri diangkat ke langit. Lalu mereka memasuki rumah itu dan langsung menangkapnya serta menyalibnya. Sarjislah orang yang disalib dan diserupakan dengan Isa di mata mereka. Jumlah mereka di saat memasuki rumah itu bersama Isa telah dimaklumi, karena mereka mengintipnya dan menghitung jumlahnya. Ketika mereka memasuki rumah itu untuk menangkap Isa, maka menurut penglihatan mereka, “mereka melihat adanya Isa dan para sahabatnya, tetapi mereka kehilangan seorang lelaki dari jumlah keseluruhannya. Hal itulah yang membuat mereka berselisih pendapat mengenainya. Sejak semula mereka tidak mengenal Isa, yaitu di saat mereka memberikan hadiah tiga puluh dirham kepada Yudas sebagai imbalan untuk menunjukkan dan mengenalkan Isa kepada mereka. Yudas berkata kepada mereka, “Jika kalian memasukinya, aku akan menciumnya, maka Isa adalah orang yang aku cium itu nantinya.” Ketika mereka memasuki rumah tersebut, Isa telah diangkat ke langit, dan mereka melihat Sarjis yang diserupakan menjadi Isa a.s., sedang Yudas sendiri tidak meragukan bahwa Sarjis adalah Isa. Karena itu, ia langsung menciumnya, dan mereka menangkapnya, lalu menyalibnya. Setelah peristiwa itu Yudas menyesali perbuatannya, lalu ia menggantung dirinya dengan tali tambang hingga mati. Dia adalah orang yang terkutuk di kalangan orang-orang Nasrani, padahal sebelumnya dia termasuk salah seorang sahabat Isa. Sebagian orang Nasrani menduga bahwa orang yang diserupakan dengan Isa itu adalah Yudas sendiri, lalu disalib oleh orang-orang Yahudi. Di saat disalib itu ia mengatakan, “Sesungguhnya aku bukan orang yang kalian cari, akulah orang yang menunjuki kalian kepadanya.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, bahwa mereka menyalib seorang lelaki yang diserupakan dengan Isa, sedangkan Isa sendiri telah diangkat oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ke langit dalam keadaan hidup.
Tetapi Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa yang diserupakan dengan Isa adalah semua sahabatnya yang ada bersamanya.
153-158. Pertanyaan ini, yang bersumber dari Ahli Kitab yang dialamatkan kepada Rasulullah adalah bentuk kedurhakaan dan usulan, dan tindakan mereka menjadikan pertanyaan ini sebagai patokan hingga mereka percaya atau mendustakan, pertanyaan itu adalah bahwa mereka meminta kepada beliau agar seluruh al-Quran diturunkan secara langsung sekali turun saja sebagaimana Taurat dan Injil diturunkan. Ini adalah tindakan kezhaliman yang sangat jauh dari mereka (dan juga kebodohan), karena sesungguhnya Rasul itu adalah seorang manusia dan seorang hamba yang diatur, beliau tidak memiliki kuasa dalam hal itu sama sekali, akan tetapi perkara itu adalah milik Allah saja, Allah –lah yang mengutus dan menurunkan apa yang dikehendaki atas hamba-hambaNya, seperti Firman Allah tentang Rasul tatkala menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan usulan orang-orang musyrik terhadap Muhammad, “katakanlah mahasuci tuhanku tidakla keadaanku kecuali seorang pemberi kabar gembira dan sebagai seorang utusan” (Al-Isra:93).
Demikian juga tindakan mereka menjadikan pembeda antara kebenaran dan kebatilan dengan hanya sebatas turunnya al-Kitab secara keseluruhan atau terpisah-pisah, hal itu adalah sebuah tuduhan yang tidak berdasarkan dalil sama sekali, tidak sesuai bahkan tidak ada syubhat. Lalu darimana datangnya dalil pada kenabian seorang nabi di antara nabi-nabi bahwa seorang rasul yang datang kepada kalian dengan membawa kitab yang turun secara terpisah-pisah, sehingga kalian tidak beriman kepadanya dan tidak mempercayainya? Akan tetapi turunnya al-Quran secara berangsur-angsur sesuai dengan kondisi, adalah menunjukkan akan keagungan Allah dan perhatianNya kepada orang yang kitab tersebut diturunkan kepadanya, sebagaimana Allah berfirman,
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 32-33).
Ketika Allah menyebutkan keberatan mereka yang batil, Allah mengabarkan bahwa perbuatan mereka yang seperti itu bukanlah suatu yang aneh bahkan telah ada sikap-sikap sebelumnya dari mereka yang jelek yang lebih buruk yang mereka tempuh bersama Rasul yang mereka klaim bahwa mereka beriman kepadanya, yaitu permohonan mereka kepada beliau agar dapat melihat Allah secara nyata, tindakan mereka menjadikan patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah, setelah mereka menyaksikan bukti-bukti nyata kekuasaan Allah dengan mata kepala mereka, dan penolakan mereka untuk meneriman hukum-hukum dari kitab mereka yaitu Taurat, hingga Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala-kepala mereka, dan mereka di ancam bahwasannya bila mereka tidak beriman, niscaya Allah akan menjatuhkan bukit itu kepada mereka. Lalu mereka meneriman hal itu dengan mata tertunduk dan keimanan palsu yang menyerepaui iman asasi. Dan juga berupa penolakan mereka untuk memasuki pintu-pintu negeri dimana mereka di perintahkan untuk memasukinya sebagai orang-orang yang bersujud dan memohon ampun, tetapi mereka menyali perintah dan perbutan yang di wajibkan. Juga tindakan melampui batas di antara mereka terhadap hari Sabtu, sehingga Allah menghukum mereka dengan hukuman yang keji tersebut, dan diambilnya perjanjian yang kuat atas mereka namun mereka melemparnya di belakang punggung mereka dan mereka kufur kepada ayat-ayat Allah, mereka membunuh rasul-rasul tanpa haq.
Dan diantara perkataan mereka adalah; sesunguhnya mereka membunuh Al-masih isa dan menyalibnya, padahal kenyataannya mereka tidaklah membunuh Al- Masih dan tidak pula menyalibnya, akan tetapi orang lain diserupakan dengannya hingga mereka membunuh orang lain tersebut dan menyalibnya.
Dan perngakuan mereka bahwa hati mereka tertutup, tidak memahami apa yang dikatakan dan tidak mengerti. Mereka juga menghalangi manusia dari jalan Allah hingga mereka mengalangi manusia dari kebenaran, mengajak manusia kepada apa yang mereka yakini berupa kesesatan dan penyimpangan, dan mereka juga mengambil riba dari harta-harta yang di larang, padahal Allah melarang mereka daripadanya dan telah menegaskannya. Maka orang yang malakukan perbuatan ini tidaklah aneh bila keluar dari mereka permintaan Rasul Muhammad untuk menunjukan kitab berbentuk buku kepada mereka dari langit.
Jalan ini adalah sebaik-baik jalan dalam berdebat dengan lawan yang kafir, yaitu bila terjadi sanggahan yang bathil yang membuatnya jadi syubhat baginya dan bagi orang lain dalam menolak kebenaran, agar ia menjelaskan kondisinya yang licik dan perbuatan-perbuatan mereka yang keji yang merupakan perkara yang paling jelek darinya. Agar setiap orang mengetahui bahwasanya sanggahan itu berasal dari lembah yang berbahaya, dan sungguh sebelum itu ada hal-hal yang lain yang dijadikan sanggahan. Demikian juga setiap sanggahan yang mereka utarakan atas kenabian Muhammad, mungkin dapat di lawan dengan yang sama dengannya atau dengan yang lebih kuat darinya pada kenabian orang yang mereka akui beriman kepadanya, agar kejahatan mereka selesai dengan hal tersebut dan kebathilan mereka terputus. Dan setiap hujjah yang mereka tempuh untuk menetapkan kenabian orang yang mereka Imani, dan serupa dengannya atau yang lebih kuat darinya adalah menunjukan dan menetapkan kanabian Muhammad.
Dan tatkala maksud dari penyebutan kejelekan-kejelekan mereka oleh Allah itu adalah bantahan, Allah tidak meluaskan penjelasan pada bagian ini, akan tetapi Allah mengisyaratkan tentangnya dan mengindikasikan tempat-tempatnya (dalam al-Quran), dan sesungguhnya Allah telah meluaskan penjelasannya pada tempat lain yang sesuai untuk diperluas.
Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, sesungguhnya kami telah membunuh al-masih, isa putra maryam, yang mereka ejek dengan menamainya rasul Allah padahal mereka tidak beriman kepadanya. Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka orang yang dibunuh itu dengan nabi isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya, yakni tentang nabi isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang hal, yakni pembunuhan itu. Mereka tidak mempunyai sedikit pun pengetahuan menyangkut hal itu, yakni tentang pembunuhan nabi isa, dan apa yang mereka katakan kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkatnya, isa, kepada-Nya, yakni mengangkatnya ke tempat yang aman sehingga tidak dapat disentuh oleh musuh-Musuhnya. Dan Allah maha perkasa, mengalahkan musuh-Musuhnya, maha bijaksana dalam segala perbuatan-Nya. Tidak ada seorang pun di antara ahli kitab, baik yahudi maupun nasrani, yang tidak beriman kepadanya, yakni kepada nabi isa bahwa beliau adalah utusan Allah, sebelum kematiannya, yakni sebelum kematian dari ahli kitab itu. Dan pada hari kiamat, dia, nabi isa, akan menjadi saksi terhadap mereka bahwa beliau adalah utusan Allah, dan tidak pernah menyampaikan kepada umatnya selain apa yang diperintahkan Allah agar disampaikan kepadanya.
An-Nisa Ayat 158 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 158, Makna An-Nisa Ayat 158, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 158, An-Nisa Ayat 158 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 158
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)