{4} An-Nisa / النساء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنعام / Al-An’am {6} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Maidah المائدة (Jamuan (Hidangan Makanan)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 5 Tafsir ayat Ke 35.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣٥﴾
yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wabtagū ilaihil-wasīlata wa jāhidụ fī sabīlihī la’allakum tufliḥụn
QS. Al-Maidah [5] : 35
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya, takutlah kalian kepada Allah, mendekatlah kepada-Nya dengan menaati-Nya dan mengamalkan apa yang diridhai-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya agar kalian meraih surga-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar bertakwa kepada-Nya. Lafaz takwa apabila dibarengi penyebutannya dengan makna yang menunjukkan taat kepada-Nya, maka makna yang dimaksud ialah mencegah diri dari hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan semua larangan. Sesudah itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
…dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Talhah, dari Ata, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-wasilah di sini ialah qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid. Abu Wail, Al-Hasan, Qatadah, Abdullah ibnu Kasir. As-Saddi. dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah “dekatkanlah diri kalian kepada-Nya dengan taat kepada-Nya dan mengerjakan hal-hal yang diridai-Nya”.
Sehubungan dengan makna al-wasilah ini, Ibnu Zaid membacakan firman berikut dengan bacaan:
Mereka, yaitu orang-orang yang kalian seru itu sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al Isra: 57)
Yakni dengan bacaan tad’una, bukan yad’una. Dari ayat ini tersimpulkan bahwa makna al-wasilah ialah jalan atau sarana. Pendapat yang telah dikatakan oleh para imam ini tiada seorang pun dari kalangan mufassirin yang memperselisihkannya. Sehubungan dengan pengertian lafaz ini, Ibnu Jarir mengetengahkan ucapan seorang penyair yang mengatakan:
Apabila orang-orang yang tukang mengadu domba kecapaian, maka kita kembali berhubungan, dan kembalilah kejernihan di antara kita serta semua jalan dan sarana,
Al-wasilah ialah sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Al-wasilah mengandung makna “nama suatu kedudukan yang tertinggi di dalam surga, yaitu kedudukan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan rumah tinggalnya di dalam surga”. Kedudukan ini merupakan bagian dari surga yang paling dekat ke ‘Arasy.
Di dalam kitab Sahih Bukhari telah disebutkan melalui jalur Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, yang telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Barang siapa ketika mendengar suara azan (yakni sesudahnya) mengucapkan doa berikut, yaitu: “Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan (Tuhan) salat yang didirikan, berikanlah (kedudukan) al-wasilah dan keutamaan, dan tempatkanlah dia pada kedudukan yang terpuji seperti apa yang telah Engkau janjikan kepadanya, ” niscaya syafaat akan diperolehnya pada hari kiamat.
Hadis lain.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ka’b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa ia pernah mendengar Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Apabila kalian mendengar suara muazin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya barang siapa yang membaca salawat sekali untukku, Allah membalas sepuluh kali salawat untuknya. Kemudian mohonkanlah al-wasilah untukku, karena sesungguhnya al-wasilah adalah suatu kedudukan di dalam surga yang tidak layak kecuali bagi seseorang hamba Allah saja, dan aku berharap semoga aku adalah hamba yang dimaksud. Dan barang siapa yang memohonkan al-wasilah buatku, niscaya akan mendapat syafaat (dariku).
hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-Lais, dari Ka’b, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Apabila kalian memanjatkan salawat untukku, maka mohonkanlah al-wasilah buatku. Ketika ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah al-wasilah itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Kedudukan yang paling tinggi di surga, tidak ada seseorang pun yang dapat meraihnya kecuali seorang lelaki, dan aku berharap semoga aku adalah orangnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Bandar, dari Abu Asim, dari Sufyan As-Sauri, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Ka’b yang mengatakan bahwa Abu Hurairah telah menceritakan hadis ini kepadaku. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan hadis ini garib, mengingat Ka’b orangnya tidak dikenal, kami belum pernah mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Lais ibnu Abu Sulaim.
Hadis yang lain dari Abu Hurairah.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi ibnu Qani’, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Nasr At-Turmuzi, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab. dari Lais, dari Al-Muala, dari Muhammad ibnu Ka’b, dari Abu Hurairah yang me-rafa’-kannya (sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), disebutkan: Bacalah salawat untukku dalam salat kalian, dan mohonkanlah kepada Allah al-wasilah untukku. Ketika mereka menanyakan tentang al-wasilah kepadanya, beliau menjawab, “Al-wasilah adalah suatu kedudukan di dalam surga, yang tidak dapat diraih kecuali hanya oleh seorang saja,”dan beliau berharap semoga diri beliau adalah orang yang dimaksud.
Hadis yang lain.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu A’yan, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Mohonkanlah kepada Allah oleh kalian al-wasilah untukku, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang hamba memohonkannya untukku di dunia ini melainkan aku akan membelanya atau memberikan syafaat untuknya di hari kiamat nanti.
Kemudian ImamTabrani mengatakan bahwa tiada yang meriwayatkannya dari Ibnu Zi-b kecuali Musa ibnu A’yan. Demikianlah menurutnya.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya pula. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Duhaim, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata. Lalu Ibnu Murdawaih mengetengahkan hadis yang semisal.
Hadis yang lain.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut kedua sanadnya, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Musa ibnu Wardan, ia pernah mendengar Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Sesungguhnya al-wasilah itu adalah suatu kedudukan di sisi Allah yang di atasnya tiada kedudukan lagi. Maka mohonkanlah kepada Allah, semoga Dia memberiku al-wasilah buat makhluk-Nya.
Hadis yang lain.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan pula melalui dua jalur dari Abdul Hamid ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Di dalam surga terdapat suatu kedudukan yang disebut al-wasilah. Karena itu, apabila kalian memohon kepada Allah, mohonkanlah al-wasilah untukku. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang akan tinggal bersamamu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain.
Hadis ini garib lagi munkar bila dipandang dari segi ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan Ad-Dusytuki, telah menceritakan kepada kami Abu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Tarif, dari Ali ibnul Husain Al-Azdi maula Salim ibnu Sauban yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ali ibnu Abu Talib berseru di atas mimbar Kufah, “Hai manusia, sesungguhnya di dalam surga terdapat dua mutiara, yang satu berwarna putih, dan yang lain berwarna kuning. Adapun mutiara yang kuning, letaknya sampai kepada halaman ‘Arasy (berdekatan dengannya). Dan Maqamul Mahmud (kedudukan yang terpuji) adalah dari mutiara putih terdiri atas tujuh puluh ribu gurfah, setiap rumah luasnya tiga mil berikut semua gurfah, pintu-pintu, dan pelaminannya. Sedangkan para penduduknya berasal dari satu keturunan. Nama tempat tersebut adalah al-wasilah, diperuntukkan bagi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan ahli baitnya. Dan di dalam mutiara yang kuning juga terdapat al-wasilah, khusus untuk Ibrahim a.s. dan ahli baitnya.” Asar ini berpredikat garib sekali.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kalian mendapat keberuntungan.
Setelah Allah memerintahkan mereka agar meninggalkan semua yang diharamkan dan mengerjakan ketaatan, Allah pun memerintahkan mereka untuk berperang melawan musuh dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik yang keluar dari jalan yang lurus dan meninggalkan agama yang benar. Lalu Allah memberikan dorongan kepada mereka melalui apa yang telah Dia sediakan pada hari kiamat buat orang-orang yang mau berjihad di jalan-Nya, yaitu berupa keberuntungan dan kebahagiaan yang besar lagi kekal dan terus-menerus yang tidak akan lenyap, tidak akan berpindah serta tidak akan musnah di dalam gedung-gedung yang tinggi-tinggi lagi berada di kedudukan yang tinggi. Di dalamnya penuh dengan keamanan indah pemandangannya lagi semerbak dengan wewangian tempat-tempat tinggalnya yang membuat para penghuninya merasa nikmat, tidak pernah sengsara dan hidup kekal, tidak akan mati, semua pakaiannya tidak akan rusak, dan kemudaannya tidak akan pudar.
Tafsir Ayat:
Ini adalah perintah dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman agar mereka bertakwa dan berhati-hati terhadap murka dan marahNya, yang mana itu adalah merupakan konsekuensi dari iman, hal itu dengan bersungguh-sungguh dan mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki untuk menjauhi kemaksiatan hati, lisan, dan anggota badan, baik lahir maupun batin yang dimurkai oleh Allah, dan memohon pertolongan kepada Allah agar bisa meninggalkannya, supaya dengan itu dia selamat dari murka dan azabNya.
وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ “Dan carilah jalan yang bisa mendekatkan diri kepadaNya,” artinya, kedekatan kepadaNya, bagian pahala di sisiNya dan kecintaan padaNya, dan hal itu dengan melaksanakan kewajiban-kewajibanNya yang terkait dengan hati, seperti mencintaiNya dan mencintai karenaNya, rasa takut, berharap, kembali kepadaNya, dan tawakal, juga dengan melaksanakan kewajiban-kewajibanNya yang terkait dengan badan, seperti zakat dan haji dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan keduanya seperti shalat, macam-macam dzikir, bacaan, macam-macam perbuatan baik kepada makhluk dengan ilmu, harta, kedudukan, badan, dan nasihat kepada hamba-hamba Allah.
Semua amal-amal ini mendekatkan kepada Allah. Dan seorang hamba senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah sehingga Dia mencintainya, dan jika Dia telah mencintainya, maka Dia menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia bekerja dan kakinya yang dengannya dia berjalan dan Allah men-jawab doanya.
Kemudian Allah mengkhususkan jihad di jalanNya dari amal-amal yang mendekatkan kepadaNya, dan jihad itu adalah mengeluarkan segala daya dalam memerangi orang-orang kafir dengan harta, nyawa, pandangan, lisan, dan usaha untuk menjunjung Agama Allah dengan apa yang mampu dilakukan oleh seorang hamba, karena bentuk ini termasuk ketaatan yang paling mulia dan ibadah yang paling utama, juga karena barangsiapa yang menunaikannya, maka dia pasti menunaikan yang lainnya, bahkan lebih.
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Supaya kamu mendapatkan keberuntungan,” yaitu jika kamu bertakwa kepada Allah dengan meninggalkan kemaksiatan dan kamu mencari cara mendekatkan diri kepadaNya dengan melakukan ketaatan serta berjihad di jalanNya demi mencari ridhaNya. Keberuntungan itu adalah keberhasilan meraih dan mendapat apa yang diinginkan dan selamat dari apa yang tidak diinginkan, hakikatnya adalah kebahagiaan abadi dan nikmat yang langgeng.
Sesudah dijelaskan tentang hukuman para pengacau keamanan dan pelanggar larangan Allah dan rasul-Nya karena dengki dan ketidaktaatan mereka, maka ayat ini memerintahkan orang mukmin untuk bertakwa dan melakukan perbuatan baik. Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dengan ibadah dan melaksanakan semua perintah-Nya, dan carilah wasilah, jalan yang paling tepat, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah, yakni berjuanglah, di jalan-Nya dengan melakukan kebaikan dan membantu mereka yang memerlukan. Semua perintah ini dimaksudkan agar kamu menjadi lebih beruntung, baik ketika di dunia maupun kelak di akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yaitu mereka yang tidak mau bertakwa kepada Allah dan tidak mau membersihkan diri dari dosa, serta mengingkari keesaan-Nya pasti akan mendapat balasan. Seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu lagi yang kemudian dipergunakan untuk menebus diri mereka agar terlepas dari azab pada hari kiamat akibat keingkarannya, niscaya semua itu tidak akan diterima Allah sebagai tebusan dari mereka. Oleh karena itu, di akhirat mereka tetap akan mendapat azab yang pedih. 37.
Al-Maidah Ayat 35 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Maidah Ayat 35, Makna Al-Maidah Ayat 35, Terjemahan Tafsir Al-Maidah Ayat 35, Al-Maidah Ayat 35 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Maidah Ayat 35
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)