{4} An-Nisa / النساء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنعام / Al-An’am {6} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Maidah المائدة (Jamuan (Hidangan Makanan)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 5 Tafsir ayat Ke 39.
فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴿٣٩﴾
fa man tāba mim ba’di ẓulmihī wa aṣlaḥa fa innallāha yatụbu ‘alaīh, innallāha gafụrur raḥīm
QS. Al-Maidah [5] : 39
Tetapi barangsiapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Barangsiapa yang bertaubat setelah dia mencuri dan melakukan perbaikan dalam segala amal perbuatannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha menerima taubat hamba-hamba-Nya dan Maha Penyayang kepada mereka.
Yakni barang siapa sesudah melakukan tindak pidana pencurian, lalu bertobat dan kembali kepada jalan Allah, sesungguhnya Allah menerima tobatnya, menyangkut dosa antara dia dan Allah. Adapun mengenai harta orang lain yang telah dicurinya, maka dia harus mengembalikannya kepada pemiliknya atau menggantinya (bila telah rusak atau terpakai). Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh jumhur ulama.
Imam Abu Hanifah mengatakan, “‘Manakala pelaku pencurian telah menjalani hukum potong tangan, sedangkan barang yang dicurinya telah rusak di tangannya, maka dia tidak dibebani mengembalikan gantinya.”
Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daraqutni telah meriwayatkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah:
bahwa didatangkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ seorang yang telah mencuri sebuah kain selimut. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Aku tidak menyangka dia mencuri.” Si pencuri menjawab, “Memang benar, saya telah mencuri, wahai Rasulullah.”Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Bawalah dia dan potonglah tangannya, kemudian obatilah dan hadapkanlah dia kepadaku.” Setelah tangannya dipotong, lalu ia dihadapkan lagi kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Bertobatlah kamu kepada Allah!” Si pencuri menjawab, “Aku telah bertobat kepada Allah.”Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Allah menerima tobatmu.”
Hadis ini telah diriwayatkan melalui jalur lain secara mursal. Hadis yang berpredikat mursal dinilai kuat oleh Ali ibnul Madini dan Ibnu Khuzaimah.
Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ibnu Luhai’ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Abdur Rahman ibnu Sa’labah Al-Ansari, dari ayahnya, bahwa Umar ibnu Samurah ibnu Habib ibnu Abdu Syams datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mencuri seekor unta milik Bani Fulan, maka bersihkanlah diriku.” Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengirimkan utusan kepada mereka (Bani Fulan), dan ternyata mereka berkata, “Sesungguhnya kami kehilangan seekor unta milik kami.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar dilakukan hukum potong tangan terhadap Umar ibnu Samurah. Lalu tangan Umar ibnu Samurah dipotong, sedangkan Umar ibnu Samurah berkata (kepada tangannya): Segala puji bagi Allah Yang telah membersihkan diriku darimu, kamu hendak memasukkan tubuhku ke dalam neraka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, dari Huyay ibnu Abdullah ibnu Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang telah menceritakan bahwa seorang wanita mencuri sebuah perhiasan, lalu orang-orang yang kecurian olehnya datang menghadap Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan berkata, “Wahai Rasulullah, wanita ini telah mencuri milik kami.” Maka Rasulullah Saw bersabda : Potonglah tangan kanannya (Setelah menjalani hukum potong tangan) wanita itu bertanya, “Apakah masih ada jalan untuk bertobat?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Engkau sekarang (terbebas) dari dosamu sebagaimana keadaanmu di hari ketika kamu dilahirkan oleh ibumu. Abdullah ibnu Amr melanjutkan kisahnya, “Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri. maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’
Imam Ahmad telah meriwayatkan hal yang lebih sederhana dari itu. Ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, telah menceritakan kepadaku Huyay ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa seorang wanita pernah melakukan pencurian di masa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu orang-orang yang kecurian olehnya membawanya datang menghadap Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya wanita ini telah mencuri barang kami.” Lalu kaumnya berkata, “Taksirlah kerugian yang diakibatkannya, kami bersedia menebusnya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Potonglah tangannya! Mereka (kaumnya) berkata, “Kami bersedia menebusnya dengan yang sebanyak lima ratus dinar.” Tetapi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Potonglah tangannya! Maka tangan kanan wanita itu dipotong. Lalu wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada tobat bagiku?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ya, pada hari ini engkau terbebas dari dosamu sebagaimana keadaanmu ketika dilahirkan oleh ibumu. Maka Allah menurunkan firman-Nya di dalam surat Al-Maidah, yaitu:
Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wanita yang disebutkan di dalam hadis ini berasal dari Bani Makhzum, hadis yang menceritakan perihal dia disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah. Disebutkan bahwa orang-orang Quraisy merasa kesusahan dalam menangani kasus pencurian yang dilakukan oleh seorang wanita (dari kalangan mereka) pada masa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tepatnya di masa perang kemenangan atas kota Mekah.
Mereka berkata, “Siapakah yang berani meminta grasi kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuknya?” Mereka menjawab, ‘Tiada yang berani meminta grasi kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kecuali Usamah ibnu Zaid, orang kesayangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Kemudian wanita itu dihadapkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu Usamah berbicara kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, meminta grasi untuk wanita itu. Maka Wajah rasulullah berbubah memerah. Lalu bersabda : Apakah kamu berani meminta grasi menyangkut suatu hukuman had yang telah ditetapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ? Maka Usamah ibnu Zaid berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, mohonkanlah ampun kepada Allah untukku.” Kemudian pada sore harinya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri dan berkhotbah. Pada mulanya beliau membuka khotbahnya dengan pujian kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bersabda: Amma Ba’du. Sesungguhnya telah binasa orang-orang (umat-umat) sebelum kalian hanyalah karena bilamana ada seseorang yang terhormat dari kalangan mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Dan bilamana ada seorang yang lemah (orang kecil) dari kalangan mereka mencuri, maka mereka menegakkan hukuman had terhadapnya. Dan sesungguhnya aku sekarang, demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, seandainya Fatimah binti Muhammad (yakni putrinya) mencuri, niscaya aku potong tangannya. Kemudian wanita yang telah mencuri itu diperintahkan untuk dijatuhi hukuman, lalu tangannya dipotong. Siti Aisyah mengatakan bahwa sesudah itu wanita tersebut melakukan tobatnya dengan baik dan menikah, lalu dia datang dan melaporkan mengenai kemiskinan yang dialaminya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Demikian menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim.
Menurut lafaz lain yang juga ada pada Imam Muslim, dari Siti Aisyah, disebutkan bahwa Siti Aisyah mengatakan, “Pada mulanya wanita dari kalangan Bani Makhzum itu meminjam sebuah barang, lalu dia mengingkarinya, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar tangannya dipotong.”
Ibnu Umar menceritakan, bahwa dahulu ada seorang wanita dari kalangan Bani Makhzum meminjam sebuah barang melalui orang lain, lalu dia mengingkarinya, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar tangannya dipotong. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya dan demikianlah bunyi lafaznya.
Menurut lafaz yang lain, seorang wanita meminjam perhiasan milik orang lain, kemudian ia memilikinya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Hendaklah wanita ini bertobat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengembalikan apa yang telah diambilnya kepada kaum yang memilikinya. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Bangkitlah kamu, hai Bilal, dan peganglah tangannya, lalu potonglah.
Hukum-hukum mengenai pencurian ini diketengahkan oleh banyak hadis yang semuanya disebutkan di dalam kitab fiqih.
Tafsir Ayat:
فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Allah mengampuni siapa yang bertaubat meninggalkan dosa-dosa dan memperbaiki amal perbuatan dan aib-aib.
Yang dijelaskan itu merupakan ketetapan Allah, tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu, menyesalinya, dan memperbaiki diri, serta berjanji untuk tidak mengulanginya, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya yang dilakukan dengan sepenuh hati. Sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayangsesudah mengingatkan tentang ketetapan dan syariat-Nya, Allah kemudian menekankan bahwa hanya dia penguasa alam semesta ini. Peringatan ini diungkapkan dengan pertanyaan retorika sebagai berikut, tidakkah kamu tahu bahwa Allah yang telah mencipta semua yang ada adalah juga yang memiliki seluruh kerajaan langit dan bumi. Selain itu, dia akan menyiksa siapa saja yang dia kehendaki karena telah melakukan kejahatan dan mengampuni siapa yang dia kehendaki karena telah bertobat. Sungguh Allah mahakuasa atas segala sesuatu.
Al-Maidah Ayat 39 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Maidah Ayat 39, Makna Al-Maidah Ayat 39, Terjemahan Tafsir Al-Maidah Ayat 39, Al-Maidah Ayat 39 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Maidah Ayat 39
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)