{4} An-Nisa / النساء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنعام / Al-An’am {6} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Maidah المائدة (Jamuan (Hidangan Makanan)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 5 Tafsir ayat Ke 54.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٥٤﴾
yā ayyuhallażīna āmanụ may yartadda mingkum ‘an dīnihī fa saufa ya`tillāhu biqaumiy yuḥibbuhum wa yuḥibbụnahū ażillatin ‘alal-mu`minīna a’izzatin ‘alal-kāfirīna yujāhidụna fī sabīlillāhi wa lā yakhāfụna laumata lā`im, żālika faḍlullāhi yu`tīhi may yasyā`, wallāhu wāsi’un ‘alīm
QS. Al-Maidah [5] : 54
Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya, barangsiapa diantara kalian yang meninggalkan agamanya, menggantinya dengan Yahudi atau Nasrani atau selainnya, maka mereka tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan mendatangkan suatu kaum yang lebih baik dari mereka, Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah, penuh kasih saying kepada orang-orang mukmin namun bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad melawan musuh-musuh Allah, dan tidak takut kepada siapapun di jalan Allah. Nikmat tersebut merupakan karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapatkannya dari hamba-hamba-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menceritakan tentang kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, bahwa barang siapa yang memalingkan diri tidak mau menolong agama Allah dan menegakkan syariat-Nya, sesungguhnya Allah akan menggantikannya dengan kaum yang lebih baik daripadanya, lebih keras pertahanannya serta lebih lurus jalannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-firman-Nya berikut ini:
dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian (ini). (Muhammad:38)
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kalian, wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai pengganti kalian). (An Nisaa:133)
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Ibrahim:19-20)
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya.
Yakni meninggalkan perkara yang hak dan kembali kepada kebatilan. Muhammad ibnu Ka’b mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pemimpin orang-orang Quraisy. Menurut Al-Hasan Al-Basri, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang murtad yang baru kelihatan kemurtadannya di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.
…maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.
Al-Hasan Al-Basri menyebutkan bahwa demi Allah, yang dimaksud adalah Abu Bakar dan sahabat-sahabatnya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, ia pernah mendengar Abu Bakar ibnu Ayyasy berkata sehubungan dengan firman-Nya: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al Maidah:54), Mereka adalah penduduk Qadisiyah. Sedangkan menurut Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid, mereka adalah suatu kaum dari negeri Saba.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Ajlah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Salim, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al Maidah:54) Yang dimaksud adalah segolongan orang-orang dari penduduk negeri Yaman, Kindah, dan-As-Sukun.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad (yakni Ibnu Abdul Waris), telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sammak, ia pernah mendengar Iyad menceritakan hadis dari Abu Musa Al-Asy’ari yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al Maidah:54) Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Mereka adalah dari kaum orang ini (seraya mengisyaratkan kepada Abu Musa Al-Asy’ari, yakni dari penduduk Yaman, pent.).
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syu’bah dengan lafaz yang semisal.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.
Demikianlah sifat orang mukmin yang sempurna, yaitu selalu bersikap rendah diri terhadap saudara dan teman sejawatnya, dan bersikap keras terhadap musuh dan seterunya, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat yang lain, yaitu:
Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (Al Fath:29)
Di dalam gambaran tentang sifat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ disebutkan bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah orang yang banyak senyum lagi banyak berperang. Dengan kata lain, beliau selalu bersikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kekasih-kekasihnya dan sangat keras terhadap musuh-musuhnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Yakni mereka tidak pernah mundur setapak pun dari prinsipnya, yaitu taat kepada Allah, menegakkan batasan-batasan-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, dan melakukan amar ma’ruf serta nahi munkar. Mereka sama sekali tidak pernah surut dari hal tersebut tiada seorangpun yang dapat menghalang-halangi mereka, dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang yang mencela dan mengkritiknya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Salam Abul Munzir, dari Muhammad ibnu Wasi’, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar yang menceritakan: Kekasihku (yakni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah memerintahkan kepadaku melakukan tujuh perkara, yaitu: Beliau memerintahkan kepadaku agar menyayangi orang-orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau memerintahkan kepadaku agar memandang kepada orang yang sebawahku dan jangan memandang kepada orang yang seatasku. Beliau memerintahkan kepadaku agar menghubungkan silaturahmi, sekalipun hatiku tidak suka. Beliau memerintahkan kepadaku agar jangan meminta sesuatu pun kepada orang lain. Beliau memerintahkan kepadaku agar mengucapkan hal yang hak, sekalipun itu pahit. Beliau memerintahkan kepadaku agar jangan takut kepada celaan orang yang mencela dalam membela (agama) Allah. Dan beliau memerintahkan kepadaku agar memperbanyak ucapan, “La haula wala auwwata illa billah (Tidak ada daya untuk menghindar dari maksiat dan tidak ada kekuatan untuk mengerjakan ibadah kecuali berkat pertolongan Allah),” karena sesungguhnya kalimah ini merupakan suatu perbendaharaan yang tersimpan di bawah ‘Arasy.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Abul Musanna, bahwa Abu Zar r.a. pernah menceritakan, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaiat diriku atas lima perkara dan mengikat diriku dengan tujuh perkara. Dan aku bersaksi kepada Allah bahwa aku tidak akan takut terhadap celaan orang yang mencela demi membela (agama) Allah.” Abu Zar melanjutkan kisahnya, “Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memanggilku dan bersabda, ‘Maukah engkau berbaiat, sedangkan bagimu nanti surga?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku mengulurkan tanganku, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda seraya mensyaratkan kepadaku, ‘Janganlah kamu meminta kepada orang lain barang sesuatu pun.’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Dan jangan pula kamu meminta kepada orang lain untuk memungut cambukmu, sekalipun cambukmu terjatuh dari tanganmu. Yakni beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan kepadaku agar memungut sendiri cambukku, jangan minta pertolongan kepada orang lain untuk mengambilkannya.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Ja’far, dari Al-Ma’la Al-Firdausi, dari Al-Hasan. dari Abu Sa’id Al-Khudri yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ingatlah, jangan sekali-kali seseorang di antara kalian merasa takut terhadap orang lain untuk mengatakan perkara yang benar, jika dia melihat atau menyaksikannya. Karena sesungguhnya tidak dapat memendekkan ajal dan tidak pula menjauhkan rezeki bila seseorang mengatakan perkara yang hak atau menceritakan hal yang berat diutarakan.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zubaid, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi, dari Abu Sa’id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian merendahkan dirinya bila ia melihat suatu perkara menyangkut (agama) Allah yang harus ia utarakan, lalu ia tidak mau mengatakannya. Maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat, “Apakah yang mencegah dirimu untuk mengatakan anu dan anu?” Lalu ia menjawab, “Karena takut kepada manusia” Maka dijawab, “Sebenarnya yang harus kamu takuti hanyalah Aku.”
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Al-A’masy, dari Amr ibnu Murrah, dengan lafaz yang sama.
Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadis Abdullah ibnu Abdur Rahman Abu Tuwalah, dari Nahar ibnu Abdul lah Al-Abdi Al-Madani, dari Abu Sa’id Al-Khudri. dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar akan menanyai hamba-Nya di hari kiamat, hingga Dia benar-benar menanyainya, dengan pertanyaan, “Hai hamba-Ku, bukankah engkau pernah melihat perkara yang mungkar, lalu mengapa engkau tidak mencegahnya?” Maka apabila Allah telah mengajarkan kepada seseorang hamba hujah (alasan) yang dikatakannya, maka si hamba berkata, “Ya Tuhanku, saya percaya kepada-Mu, tetapi saya takut kepada manusia.”
Telah disebutkan pula di dalam sebuah hadis sahih:
Tidak layak bagi seorang mukmin menghinakan dirinya sendiri. Ketika mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan menghinakan dirinya sendiri?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Menanggung bencana (akibat) yang tidak kuat disanggahnya.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Yakni orang-orang yang menyandang sifat-sifat tersebut, tiada lain berkat karunia dan taufik Allah kepada mereka.
…dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Yaitu Dia Mahaluas karunia-Nya kepada orang yang berhak menerima karunia itu, dan Maha Mengetahui terhadap siapa yang tidak berhak mendapat karunia-Nya.
Tafsir Ayat:
Allah memberitakan bahwa Dia Mahakaya terhadap alam semesta dan bahwa barangsiapa yang murtad dari agamanya, maka dia tidak merugikan Allah sedikit pun, akan tetapi merugikan dirinya sendiri. Dan bahwasanya Allah mempunyai hamba-hamba yang ikhlas, dan jujur (dalam imannya) dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah menjamin hidayah bagi mereka. Dia menjanjikan akan mendatangkan mereka. Mereka adalah makhluk dengan sifat yang paling sempurna dengan jiwa yang paling kuat, dan dengan akhlak yang paling baik.
Sifat (pertama) mereka yang paling mulia adalah bahwa Allah يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ “mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.” Karena kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah nikmat yang paling mulia yang Dia berikan kepadanya dan keutamaan paling utama yang Dia anugerahkan kepadanya. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memudahkan sebab-sebab (untuk meraih yang benar), memudahkan baginya semua yang sulit, memberinya taufik untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menyambut hati hamba-hambaNya dengan kecintaan dan kasih sayang.
Di antara konsekuensi kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah bahwa dia harus siap mengikuti RasulNya, lahir dan batin, pada perkataan, perbuatan, dan seluruh keadaannya sebagaimana Firman Allah,
قُلْ إِن كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikuti-lah aku, niscaya Allah mengasihimu’.” (QS. Ali Imran: 31).
Sebagaimana di antara konsekuensi kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah bahwa seorang hamba memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah fardhu dan ibadah-ibadah sunnah sebagaimana sabda Nabi dalam hadits shahih dari Allah,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ.
“Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengarkan, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia bekerja dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaKu, niscaya Aku melindunginya.”
Di antara konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah mengenal Allah, memperbanyak dzikir kepadaNya, karena kecintaan tanpa mengenal sangatlah kurang bahkan tidak ada walaupun ia diklaim, dan barangsiapa yang mencintai Allah, maka dia akan banyak menyebutNya. Dan jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menerima amal yang sedikit dan memaafkan kesalahan yang banyak.
Yang kedua dari sifat mereka adalah, أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ “bersikap lemah lembut terhadap orang-orang Mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” Mereka bersikap lemah lembut kepada orang-orang Mukmin, mencintai, memberi nasihat, bersikap lunak dan halus, mengasihi, menyayangi, memperlakukan orang-orang Mukmin dengan baik dan apa yang diharapkan dari mereka terasa begitu dekat digapai. Sebaliknya mereka bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah, yang menentang ayat-ayat-Nya yang mendustakan Rasul-rasulNya. Semangat dan keinginan mereka terkonsentrasi pada permusuhan terhadap mereka. Mereka mengeluarkan segala daya mereka demi meraih sarana yang men-jadi kemenangan atas mereka. Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ,
وَأَعِدُّوا لَهُم مَا اسْتَطَعْتُمْ مِن قُوَّةٍ وَمِن رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
“Dan siapkanlah untuk mereka kekuatan apa saja yang kamu sang-gupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, yang (juga) musuhmu.” (QS. Al-Anfal: 60).
Dan Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ,
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29).
Bersikap keras dan tegas terhadap musuh-musuh Allah terma-suk perkara yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah, se-orang hamba menyepakati Tuhannya dalam kemarahanNya kepada mereka. Sikap tegas dan keras tidak menghalanginya mengajak mereka ke dalam agama Islam dengan cara yang lebih baik. Keras terhadap mereka sekaligus lunak dalam mendakwahi mereka, keduanya bermanfaat dan bermaslahat bagi mereka.
Yang ketiga, يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ “berjihad di jalan Allah,” dengan harta dan jiwa mereka, dengan ucapan dan perbuatan mereka.
وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ “Tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela,” justru mereka mendahulukan ridha Allah dan takut kepada celaanNya daripada celaan makhluk. Ini membuktikan kuatnya semangat dan keinginan mereka, karena orang yang hatinya lemah, maka semangatnya juga lemah. Semangatnya akan goyah jika dia menghadapi celaan orang yang mencela, dan kekuatannya akan luluh jika dia menjadi sasaran cibiran. Di dalam hati mereka terdapat penghambaan kepada selain Allah sesuai dengan kadar perhatiannya kepada kerelaan makhluk, mendahulukan keridhaan mereka dan celaan mereka di atas perintah Allah. Hati seseorang tidak akan bersih dari penghambaan kepada selain Allah, sehingga ia tidak takut celaan orang yang mencela di jalan Allah.
Manakala Allah menyanjung mereka dengan sifat-sifat yang luhur dan perangai yang mulia yang Dia berikan kepada mereka, di mana sifat dan perangai itu menuntut sifat-sifat lain yang belum disebut, maka Dia memberitakan bahwa hal ini termasuk karunia dan kebaikanNya kepada mereka, agar mereka tidak membanggakan diri mereka, dan agar mereka mensyukuriNya yang telah menganugerahkan itu kepada mereka supaya Dia menambah karunia itu. Di samping itu agar selain mereka mengetahui bahwa karunia Allah tidak terdapat penghalang padanya. Dia berfirman, ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ “Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Mahaluas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” Maksudnya, luas karunia dan kebaikanNya, besar nikmatNya, dan rahmatNya meliputi segala sesuatu, melapangkan karuniaNya kepada para waliNya yang tidak diberikanNya kepada selain mereka. Akan tetapi Dia mengetahui siapa yang berhak mendapatkan karunia itu, maka Dia memberinya. Allah lebih mengetahui di mana Dia meletakkan risalahnya; pokok maupun cabangnya.
Bila sebelumnya dijelaskan tentang larangan untuk tidak menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai teman setia serta tentang buruknya sikap kaum munafik, maka ayat-ayat berikut berbicara tentang orang mukmin. Wahai orang-orang yang beriman! barang siapa di antara kamu yang murtad atau keluar dari agamanya, maka ketahuilah bahwa kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang benar-benar beriman untuk menggantikanmu. Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya dengan segenap keikhlasannya, dan mereka juga selalu bersikap lemah lembut terhadap sesama orang-orang yang beriman, tetapi sebaliknya, mereka akan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Selain itu, mereka juga merupakan umat yang selalu siap untuk berjihad di jalan Allah, dan mereka juga termasuk orang-orang yang tidak takut kepada celaan orang yang dengki dan tidak senang yang suka mencela. Itulah salah satu bentuk karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dia kehendaki dari makhluk-Nya. Karena itu ketahui dan pahami bahwa Allah itu mahaluas pemberian-Nya, lagi maha mengetahui. Allah sangat mencela orang yang menjadikan kaum yahudi dan nasrani sebagai teman setia atau penolongnya, karena sesungguhnya penolongmu yang dapat diandalkan itu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat secara rutin, dan menunaikan zakat dengan ikhlas, seraya tunduk dan patuh kepada Allah.
Al-Maidah Ayat 54 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Maidah Ayat 54, Makna Al-Maidah Ayat 54, Terjemahan Tafsir Al-Maidah Ayat 54, Al-Maidah Ayat 54 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Maidah Ayat 54
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)