{4} An-Nisa / النساء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنعام / Al-An’am {6} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Maidah المائدة (Jamuan (Hidangan Makanan)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 5 Tafsir ayat Ke 111.
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ ﴿١١١﴾
wa iż auḥaitu ilal-ḥawāriyyīna an āminụ bī wa birasụlī, qālū āmannā wasy-had bi`annanā muslimụn
QS. Al-Maidah [5] : 111
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia, “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab, “Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (Muslim).”
Ingatlah wahai Isa nikmat-Ku kepadamu saat Aku mengilhamkan ke dalam hati beberapa orang dari pendukung setiamu agar mereka membenarkan keesaan Allah dan kenabianmu. Maka mereka berkata, “Kami membenarkan wahai Rabb kami, dan saksikanlah bahwa kami tunduk kepada-Mu dan patuh kepada perintah-Mu.”
Hal ini pun termasuk anugerah Allah kepada Nabi Isa, yaitu Allah menjadikan baginya sahabat-sahabat dan penolong-penolong yang setia kepadanya.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan istilah “wahyu” dalam ayat ini ialah wahyu yang berupa ilham, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susukanlah dia.” (Al-Qashash:7)
Hal ini jelas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud adalah ilham, tanpa ada yang memperselisihkannya. Sama pula dengan pengertian pada ayat lain, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (An Nahl:68-69), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut pendapat sebagian ulama salaf sehubungan dengan firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Aku ilhamkan kepada kaum Hawariyyin, “Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.” Mereka menjawab, “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada semanmu).”
Yakni mereka (kaum Hawariyyin) diberi ilham hal tersebut, lalu mereka mengamalkan semua apa yang diilhamkan kepada mereka. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengilhamkan hal tersebut kepada mereka. Sedangkan menurut As-Saddi, Allah memasukkan hal tersebut ke dalam kalbu mereka.
Dapat pula diinterpretasikan bahwa makna yang dimaksud ialah, “Ketika Aku wahyukan kepada mereka melalui kamu, lalu kamu seru mereka untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka dengan serta merta mereka menyambut dan menerima seruanmu, lalu mereka tunduk dan mengikutimu.” Kemudian mereka mengatakan:
Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).
(111-120) Maksudnya, ingatlah nikmatKu kepadamu ma-nakala Aku mudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka Aku ilhamkan kepada Hawariyyin (pembela dan pengikut setia), dan Aku bisikkan iman kepadaKu dan RasulKu ke dalam hati mereka, dan Aku ilhamkan melalui lisanmu yakni Aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَاشْهَدْ بِاَنَّنَا مُسْلِمُوْنَ “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).” Mereka meng-gabungkan antara Islam yang zahir yang didasari ketundukan dengan amal yang disadari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para hawa-riyyin (pembela dan pengikut setia) itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka,
مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗقَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ
“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk mene-gakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia berkata, “Kamilah penolong-penolong agama Allah.” (Ash-Shaff: 14).
اِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيْعُ رَبُّكَ اَنْ يُّنَزِّلَ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ ۗ “(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata, ‘Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'” Maksudnya, meja makan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan dari mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuanNya untuk itu, akan tetapi ia hanyalah usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah berten-tangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah ke sana. Maka Isa menasihati mereka dan berkata, قَالَ اتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ “Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan terbawa oleh imannya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak diketahui apa yang terjadi sesudah itu.
Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, ﮋ ﯰ ﯱ ﯲﯳﮊ “Kami ingin memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, ﮋ ﯴ ﯵﮊ “dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dengan mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin (setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin) seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk ditunjukkan bagaimana menghidupkan orang mati. Allah berfirman,
قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ
“Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakini-nya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku.” (Al-Baqarah: 260).
Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, وَنَعْلَمَ اَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui kebenaran apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. وَنَكُوْنَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِيْنَ “Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikan bagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu.
Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia berdoa, رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu.” Maksudnya, hari turunnya dijadikan sebagai hari raya dan musim untuk memperingati tanda besar dari kekuasaan Allah itu, ia akan selalu diingat dan tidak dilupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya dan mana-sik kaum Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaran-Nya dan mengingatkan jalan para Rasul dan sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka. وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ “Berilah kami rizki, dan Engkau-lah Pemberi rizki yang paling utama.” Yakni jadikan ia sebagai rizki kami. Isa memohon agar hidangan tersebut diturunkan untuk dua kemaslahatan: Pertama, kemasla-hatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasaan Allah yang kekal, dan kedua, kemaslahatan dunia sebagai rizki.
قَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَاِنِّيْٓ اُعَذِّبُهٗ عَذَابًا لَّآ اُعَذِّبُهٗٓ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ
“Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turunnya hi-dangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekuasaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan penging-karan, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedih dan hu-kuman yang berat.
Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka meng-ingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini ditunjukkan bahwa ia tidak disebutkan di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi (bahwa itu ter-jadi). Kemungkinan lain ia telah diturunkan seperti yang dijanjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak disinggung dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka diingatkan dengannya tetapi mereka melupakannya. Atau memang ia tidak disebut di dalam Injil sama sekali, karena ia telah diwarisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus disinggung dalam Injil, dan makna ini didukung oleh FirmanNya, وَنَكُوْنَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِيْنَ “Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebe-narnya.
وَاِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'” Ini adalah celaan kepada orang-orang Nasrani yang berkata, “Sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, سُبْحٰنَكَ “Mahasuci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. مَا يَكُوْنُ لِيْٓ اَنْ اَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗ “Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakan-nya).” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada satu makhluk pun dari para malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang diutus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketu-hanan. Semuanya hanya para hamba yang diatur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tak berdaya.
ۗتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَآ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗ “Jika aku pernah me-ngatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau me-ngetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu.” Karena Engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesem-purnaan adab al-Masih dalam berdialog dengan Rabbnya, di mana dia tidak menjawab, “Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hanya menyampaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan-ucapan tersebut yang bertentangan de-ngan kedudukannya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyucikan Allah dari itu dengan sempurna dan mengembalikan ilmunya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaib dan yang nampak.
Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang dia perin-tahkan kepada Bani Israil, مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan me-reka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlas-kan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengang-kat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku.
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْهِمْ ۚ “Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِيْ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ ۗ “Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-rahasia dan apa yang mereka sembunyikan.
وَاَنْتَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ “Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan ke-baikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka.
Yإإِن تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesung-guhnya mereka adalah hamba-hambaMu,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. وَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. الْحَكِيْمُ “Mahabijaksana,” di mana di antara kebi-jaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan.
قَالَ اللّٰهُ “Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hamba-Nya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus amal dan perkataannya. Niatnya di atas jalan yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka men-dapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ “Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar.”
Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak.
لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ ۗ “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya.
Dengan karunia dan kebaikan dari Allah, selesailah Tafsir Surat al-Ma`idah.
Allah lalu mengingatkan nabi isa tentang kenikmatan lain yang sangat berharga, yaitu mendapat pengikut setia. Dan ingatlah, wahai rasulullah dan sampaikan kepada umatmu, ketika aku mengilhamkan kepada al-hawa’riyyun, para pengikut setia nabi isa, berimanlah kamu kepada-ku dan kepada rasul-ku, yakni nabi isa. Mereka, al-hawa’riyyun, menjawab dengan meyakinkan, kami telah beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan saksikanlah, wahai rasul, nabi isa, bahwa kami adalah orang-orang yang setia mematuhi perintah-perintahmu, yang berserah diri kepada Allah secara total. Ingatlah, wahai rasulullah, ketika al-hawa’riyyun, para pengikut setia nabi isa, berkata kepadanya, wahai isa putra maryam! apakah tuhanmu berkenan, jika kami mengajukan permohonan untuk menurunkan hidangan dari langit kepada kami supaya kami bisa menikmati hidangan bersama kamu’ nabi isa menjawab, bertakwalah kepada Allah, wahai al-hawa’riyyun, jika kamu benar-benar orang-orang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, niscaya Allah akan mengabulkan permohonanmu itu.
Al-Maidah Ayat 111 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Maidah Ayat 111, Makna Al-Maidah Ayat 111, Terjemahan Tafsir Al-Maidah Ayat 111, Al-Maidah Ayat 111 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Maidah Ayat 111
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)