{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 33.
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ ۖ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَـٰكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ ﴿٣٣﴾
qad na’lamu innahụ layaḥzunukallażī yaqụlụna fa innahum lā yukażżibụnaka wa lākinnaẓ-ẓālimīna bi`āyātillāhi yaj-ḥadụn
QS. Al-An’am [6] : 33
Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa hatimu bersedih karena pendustaan kaummu kepadamu secara lahir. Sabar dan tenanglah, karena mereka tidak akan mendustakanmu dalam hati mereka yang dalam, akan tetapi mereka meyakini kebenaranmu. Namun karena kezaliman dan pelanggaran, maka mereka mengingkari bukti-bukti dan hujjah-hujjah yang menetapkan kebenaranmu, lalu mereka mendustakan apa yang kamu bawa.
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang memenuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menghibur nabi-Nya dalam menghadapi pendustaan kaumnya terhadap dirinya dan pertentangan mereka terhadapnya:
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu.
Maksudnya,pengetahuan Kami benar-benar telah meliputi pendustaan mereka terhadapmu dan kesedihan serta kekecewaanmu terhadap sikap mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Faathir’:8)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya yang lain:
Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy Syu’ara:3)
Sama pula dengan firman-Nya:
Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an). (Al Kahfi:6)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Artinya mereka sama sekali tidak menuduhmu sebagai seorang pendusta dalam hal tersebut, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah (Al An’am:33) Yakni ‘tetapi mereka mengingkari perkara yang hak dan menolaknya dengan dada mereka’, seperti yang diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Najiyah ibnu Ka’b, dari Ali yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pendusta, tetapi kamu hanya mendustakan apa yang kamu sampaikan itu.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al An’am:33)
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq, kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain (Imam Bukhari dan Imam Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti di Mekah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mubasysyir Al-Wasiti, dari Salam ibnu Miskin, dari Abu Yazid Al-Madani, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan dengannya. Kemudian ada seorang lelaki berkata kepada Abu Jahal, “Kalau tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan orang yang sabi ini (maksudnya Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).” Abu Jahal menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi bilakah bagi kami kalangan Bani’ Abdu Manaf mau mengikutinya?” Lalu Abu Yazid membacakan firman-Nya:
…karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Menurut takwil Abu Saleh dan Qatadah disebutkan, “Mereka mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah, tetapi mereka mengingkari(nya).”
Muhammad ibnu Ishaq menuturkan dari Az-Zuhri kisah Abu Jahal ketika datang mendengar bacaan Al-Qur’an Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam hari, dan datang pula mendengarkannya Abu Sufyan ibnu Harb dan Al-Akhnas ibnu Syuraiq, tetapi ketiga orang tersebut masing-masing tidak mengetahui keberadaan yang lainnya. Lalu mereka mendengarkannya sampai subuh. Dan ketika hari telah subuh, mereka bubar, lalu dalam perjalanan pulangnya mereka bersua di tengah jalan. Maka masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Apakah yang kamu dapatkan?” Lalu masing-masing orang mengemukakan apa yang telah didapat (dipahami)nya.
Kemudian mereka saling berjanji bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi, karena khawatir perbuatan mereka diketahui oleh para pemuda Quraisy, yang dampaknya nanti para pemuda Quraisy menjadi tertarik kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan kedatangan mereka.
Pada malam keduanya masing-masing dari mereka datang lagi dengan dugaan bahwa kedua temannya pasti tidak akan datang mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi pada pagi harinya mereka bersua di tengah jalan dalam perjalanan pulangnya, maka mereka saling mencela. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian lagi bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi.
Pada malam ketiganya ternyata mereka datang lagi dan pagi harinya mereka bersua kembali, lalu berjanji tidak akan melakukan hal yang serupa, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Pada pagi harinya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu pergi ke rumah Abu Sufyan. Setelah sampai di rumah Abu Sufyan, ia bertanya, “Hai Abu Hanzalah, ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan Muhammad itu.” Abu Sufyan menjawab, “Hai Abu Sa’labah, demi Allah, sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang tidak kumengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya.” Al-Akhnas berkata mengiakan, “Aku pun berani sumpah seperti kamu, bahwa aku mempunyai pemahaman yang sama denganmu.”
Lalu Al-Akhnas keluar dari rumah Abu Sufyan dan langsung menuju ke rumah Abu Jahal. Ia langsung masuk ke dalam rumah Abu Jahal dan berkata, “Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah kamu dengar dari (bacaan) Muhammad?” Abu Jahal menjawab, “Sama seperti yang kamu dengar.” Abu Jahal melanjutkan perkataannya, “Kami bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat, mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan, mereka membantu mengadakan angkutan, maka kami pun berbuat hal yang sama: dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula, hingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami ada seorang nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak akan percaya kepadanya.” Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkannya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Asbat, dari As-saddi sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Ketika Perang Badar, Al-Akhnas ibnu Syuraiq berkata kepada Bani Zahrah, “Hai Bani Zahrah, sesungguhnya Muhammad adalah anak lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah orang yang lebih berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian. Karena sesungguhnya jika dia memang seorang nabi, janganlah kalian memeranginya hari ini, dan jika dia dusta, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak saudara perempuan kalian. Berhentilah kalian, sebelum aku bersua lebih dahulu dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali dengan selamat, dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian.”
Sejak saat itu ia diberi nama Al-Akhnas, sebelum itu namanya adalah Ubay. Lalu Al-Akhnas menjumpai Abu Jahal, kemudian membawanya menyendiri hanya berduaan dengannya. Al-Akhnas bertanya, “Hai Abul Hakam, ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar ataukah dusta? Karena sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku dan kamu yang dapat mendengar pembicaraan kita.”
Abu Jahal menjawab, “Celakalah kamu, demi Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang yang benar, Muhammad sama sekali tidak pernah dusta. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan, yaitu liwa, siqayah, hijabah, dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum Quraisy lainnya?”
Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya:
Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah adalah Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(33) Kami mengetahui bahwa sesuatu yang diucapkan pa-ra pendusta kepadamu telah membuatmu sedih dan susah. Kami tidak memintamu bersabar kecuali agar kamu mendapatkan de-rajat yang tinggi dan posisi yang mulia. Jangan mengira bahwa ucapan mereka keluar karena ketidaktahuan dan keraguan ten-tang keadaanmu, فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ “karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu.” Karena mereka mengetahui kejujuranmu, jalan masuk, jalan keluarmu dan seluruh keadaanmu. Bahkan mereka menamakanmu -sebelum kamu diutus- dengan al-Amin. وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ “Akan tetapi orang-orang yang zhalim itu menging-kari ayat-ayat Allah.” Maksudnya, pendustaan mereka adalah ke-pada ayat-ayat Allah yang Allah berikan kepadamu.
Manusia yang tertipu kehidupan dunia itu mengingkari ayat-ayat Allah dan mengucapkan kata-kata yang menyakiti perasaan rasulullah. Sungguh, kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan bahwa hidup ini hanyalah di dunia ini dan kita tidak akan pernah dibangkitkan untuk hidup di akhirat setelah kita mati, itu benar-benar menyedihkan hatimu, wahai nabi Muhammad. Bersabarlah menghadapi mereka, janganlah bersedih, karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau. Nurani mereka mengakui kebenaran engkau sebagai rasul Allah, tetapi orangorang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah karena kesombongan dan ketertutupan hati mereka. Apa yang dialami nabi Muhammad juga dialami para rasul sebelumnya. Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun, wahai nabi Muhammad, telah didustakan dan disakiti oleh umatnya yang sombong dan keras kepala, tetapi mereka, para utusan Allah itu memperkuat diri mereka dengan bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka, sampai datang pertolongan kami kepada mereka di dunia maupun di akhirat. Dan tidak ada seorang pun di antara jin dan manusia yang dapat mengubah kalimat-kalimat ketetapan Allah bahwa seorang utusan Allah itu akan ditolak, dikucilkan, diusir, bahkan dibunuh. Dan sungguh, telah datang kepadamu, wahai rasulullah, sebagian dari berita rasul-rasul itu yang menunjukkan daya tahan, keuletan dan ketangguhan mental mereka menghadapi kaumnya yang mendustakan.
Al-An’am Ayat 33 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 33, Makna Al-An’am Ayat 33, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 33, Al-An’am Ayat 33 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 33
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)