{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 53.
وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَـٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ ﴿٥٣﴾
wa każālika fatannā ba’ḍahum biba’ḍil liyaqụlū a hā`ulā`i mannallāhu ‘alaihim mim baininā, a laisallāhu bi`a’lama bisy-syākirīn
QS. Al-An’am [6] : 53
Demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (Allah berfirman), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?”
Allah menguji sebagian hamba-Nya dengan sebagian yang lainnya dengan perbedaan bagian rizki dan akhlak mereka. Dia membuat sebagian orang kaya dan sebagian lainnya miskin, sebagian dari mereka kuat dan sebagian dari mereka lemah. Allah menjadikan sebagian membutuhkan sebagian yang lain sebagai ujian dari-Nya, agar orang-orang kafir yang berharta berkata, “Apakah orang-orang lemah itulah yang Allah beri nikmat hidayah kepada Islam di antara kita?” Bukankah Allah lebih mengetahui siapa yang mensyukuri nikmat-Nya sehingga Dia membimbing mereka kepada hidayah menuju agama-Nya?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al An’am:53)
Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain.
…supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”
Demikian itu terjadi karena Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pada masa permulaan risalahnya banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-lakinya, kaum wanitanya, budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan, tidak ada yang mengikuti beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari kalangan orang-orang yang terpandang kecuali hanya sedikit. Perihal Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh kepada nabinya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Huud:27), hingga akhir ayat.
Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh Heraklius —Raja Romawi—kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, “Apakah orang-orang yang mengikutinya (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) adalah dari kalangan orang-orang yang terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah.” Heraklius berkata, “Mereka adalah pengikut para rasul”.
Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya.
Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, “Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” Dengan kata lain, “Tidaklah layak bagi Allah memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan.” Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:
Kalau sekiranya dia (Al-Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al Ahqaaf:11)
Sama pula dengan firman-Nya:
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya)?” (Maryam:73)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab perkataan tersebut dalam firman selanjutnya:
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (Maryam:74)
Sedangkan dalam surat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab mereka ketika mereka mengatakan:
Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? (Allah berfirman menjawab mereka), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?
Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (Al-‘Ankabut: 69)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al An’am:51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu Rabi’ah, Syaibah ibnu Rabi’ah, Mut’im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari kalangan orang-orang kafir mereka, semuanya datang kepada Abu Talib, lalu mereka berkata, “Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad— tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita, karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami hormati dia di kalangan kami, lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami akan percaya kepadanya karena itu.” Maka Abu Talib datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata memberikan sarannya, “Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan mereka itu.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al An’am:51) Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). (Al An’am:53)
Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka Bani Abdu Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula Usaid, dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas’ud, Al-Miqdad ibnu Amr, Mas’ud, Ibnul Qari, Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya.
Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para hulafa (teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya:
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”, hingga akhir ayat.
Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia meminta maaf kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atas ucapan yang telah dikeluarkannya. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
Apabila datang orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al An’am:54), hingga akhir ayat.
(53) وَكَذٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِّيَقُوْلُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ “Dan demikianlah, telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah dari antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?'” Maksudnya, ini termasuk ujian Allah kepada hamba-hambaNya yang mana Dia menjadikan sebagian dari mereka kaya dan sebagian lagi miskin, sebagian mulia dan sebagian lain rendah. Jika Allah menganugerahkan iman kepada orang miskin atau orang rendahan, maka itu adalah ujian bagi orang yang kaya dan mulia, jika yang dicari dan dituju oleh-nya adalah kebenaran, maka orang kaya tersebut akan beriman dan masuk Islam, dia tidak terhalang oleh kenyataan bahwa orang yang miskin lagi rendah itu akan menjadi sama dengannya dalam hal itu. Jika dia tidak jujur dalam mencari kebenaran, maka hal itu menjadi batu penghalang untuk mengikuti kebenaran. Mereka me-ngatakan kepada orang-orang yang mereka anggap lebih rendah darinya dengan penuh cibiran, اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ “Orang-orang semacam inikah dari antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” Hal itu menghalangi mereka untuk mengikuti kebenaran karena tidak adanya kebersihan dalam hati mereka. Allah menjawab ucap-an mereka yang mengandung sanggahan kepada Allah dalam memberi petunjuk kepada orang-orang yang dianggap rendah itu dan tidak memberikannya kepada mereka,
اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَعْلَمَ بِالشّٰكِرِيْنَ “(Allah berfirman), ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?'” Orang-orang yang mengetahui nikmat, mengakuinya, dan melakukan amal shalih yang merupakan tuntutannya, maka Allah memberikan karunia dan nikmatNya kepadanya, bukan kepada yang tidak bersyukur, karena Allah Mahabijaksana; Dia tidak memberikan karuniaNya pada orang yang tidak berhak. Orang-orang yang me-nentang dengan kriteria ini tidaklah sama dengan orang-orang fakir dan lainnya yang diberi nikmat iman oleh Allah, mereka ini adalah orang-orang yang bersyukur.
Orang-orang musyrik menganggap bahwa kemuliaan hidup dinilai dari sisi materi, seperti dalam kasus yang menjadi sebab turunnya ayat 52 surah ini, maka ayat 53 ini menegaskan bahwa demikianlah kami telah menguji sebagian mereka, yaitu orang yang kaya dengan berbagai macam kesuksesannya, dengan sebagian yang lain, yaitu orang yang miskin dengan segala kekurangannya, sehingga mereka, orang yang kaya dan berkuasa itu, berkata dengan penuh kesombongan, orang-orang semacam inikah yang status sosialnya rendah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah, yaitu beriman dan mengikutimu’ Allah berfirman untuk meluruskan kekeliruan mereka, tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur kepada-Nya’ benar adanya, bahwa Allah menganugerahkan berbagai nikmat kepada siapa yang dikehendakinya. Dengan demikian, kekayaan materi yang dianugerahkan kepada seseorang bukanlah pertanda Allah meridai-Nya. Setelah Allah melarang nabi Muhammad mengusir orang-orang lemah dan miskin yang taat kepada-Nya, maka Allah lalu memberi bimbingan kepada nabi tentang bagaimana sewajarnya menghadapi mereka. Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami datang kepadamu, khususnya mereka yang lemah dan miskin, maka katakanlah dengan lemah lembut, sala’mun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu). Tuhanmu yang selalu membimbingmu telah menetapkan sifat kasih sayang yang sempurna pada diri-Nya, yaitu barang siapa berbuat kejahatan, apa pun jenisnya, di antara kamu karena kebodohan, yaitu mengikuti hawa nafsu kemudian dia bertobat dengan sungguhsungguh setelah itu dan memperbaiki diri dengan beramal saleh secara istikamah, maka dia maha pengampun, yaitu akan mengampuni semua kesalahan yang pernah dilakukan, lagi maha penyayang.
Al-An’am Ayat 53 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 53, Makna Al-An’am Ayat 53, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 53, Al-An’am Ayat 53 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 53
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)