{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 82.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَـٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾
allażīna āmanụ wa lam yalbisū īmānahum biẓulmin ulā`ika lahumul-amnu wa hum muhtadụn
QS. Al-An’am [6] : 82
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
Orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya, mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan ketenangan, mereka adalah orang-orang yang dibimbing ke jalan yang benar.
Firman Allah :
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk
Yakni mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka adalah orang-orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah di dunia dan akhirat.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Syu’bah, dari Sulaiman, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah sehubungan dengan firman berikut, bahwa ketika ayat berikut diturunkan: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al An’am:82) Maka berkatalah para sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Siapakah di antara kita yang-tidak berbuat zalim terhadap dirinya sendiri?” Lalu turunlah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman:13)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al An’am:82) Maka hal ini terasa berat oleh mereka (para sahabat). Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya hal itu bukan seperti apa yang kalian maksudkan. Tidakkah kalian mendengar apa yang telah dikatakan oleh seorang hamba yang saleh (Luqman), “Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Luqman:13). Sesungguhnya yang dimaksud dengan zalim hanyalah syirik (mempersekutukan Allah).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki’ dan Ibnu Idris, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkannya firman-Nya: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al An’am:82) Hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Mereka berkata, “Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab melalui sabdanya: Tidak seperti yang kalian duga, melainkan seperti yang dikatakan kepada anaknya, yaitu: “Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman:13)
Telah menceritakan pula kepada kami Umar ibnu Taglab An-Namiri, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka turunlah ayat lainnya, yaitu: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman:13)
Hadis riwayat Imam Bukhari.
Menurut lafaz yang lain,
para sahabat berkata, “Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri?” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tidaklah seperti yang kalian maksudkan, tidakkah kalian pernah mendengar apa yang telah diucapkan oleh seorang hamba yang saleh (Luqman), yaitu: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Sesungguhnya yang dimaksudkannya hanyalah kemusyrikan.
Menurut apa yang ada pada Ibnu Abu Hatim, dari Abdullah, secara marfu’ disebutkan:
dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman.
Yang dimaksud dengan zalim adalah syirik (mempersekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى).
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa hal yang semisal dengan hadis di atas telah diriwayatkan melalui Abu Bakar As-Siddiq, Umar, Ubay ibnu Ka’b, Salman, Huzaifah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Amr ibnu Syurahbil, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Mujahid, Ikrimah, An-Nakha’i, Ad-Dahhak, Qatadah,dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asy-Syafi’i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syaddad Al-Masma’i, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkannya firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ini:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Diwahyukan kepadaku bahwa engkau (yakni Abdullah ibnu Mas’ud) termasuk salah seorang dari mereka.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Abu Janab, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah yang menceritakan, “Kami (para sahabat) berangkat bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ketika kami keluar dari perbatasan kota Madinah, tiba-tiba ada seorang pengendara menuju ke arah kami, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Seakan-akan pengendara ini bermaksud menemui kalian.’ Lalu orang tersebut sampai kepada kami dan mengucapkan salam penghormatan kepada kami, dan kami membalas salamnya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya kepadanya, ‘Dari manakah engkau?’ Lelaki itu menjawab, ‘Dari tempat keluarga, anak-anak, dan handai tolanku.’ Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya. ‘Hendak ke mana?’ Ia menjawab, ‘Aku bermaksud menemui Rasulullah Saw’. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, ‘Sekarang ia ada di hadapanmu.’ Ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apakah iman itu?’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan salat, engkau tunaikan zakat, engkau puasa dalam bulan Ramadan, dan engkau berhaji ke Baitullah. Lelaki itu menjawab, ‘Aku berikrar (untuk mengamalkannya).’ Kemudian unta kendaraan lelaki itu terperosok ke dalam liang tikus padang pasir, maka untanya terjatuh, dan ia pun terjatuh pula dengan posisi kepala di bawah, hingga mengakibatkan ia mati. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Kemarikanlah lelaki itu!’ Maka Ammar ibnu Yasir dan Huzaifah ibnul Yaman melompat ke arahnya memberikan pertolongan, lalu mendudukkannya. Keduanya berkata, ‘Wahai Rasulullah, lelaki ini telah meninggal dunia.’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berpaling dari keduanya, lalu bersabda: Tidakkah kalian berdua melihat mengapa aku berpaling dari lelaki ini? Sesungguhnya aku melihat dua malaikat sedang menyuapkan buah surga ke dalam mulutnya, maka aku mengetahui bahwa lelaki ini meninggal dunia karena kelaparan. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda pula, Lelaki ini termasuk orang-orang yang perihalnya disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya, ‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).’ (Al An’am:82) Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Urusilah jenazah saudara kalian ini!’ Lalu kami membawanya ke tempat air dan memandikannya, memberinya wewangian, mengafaninya, dan kami usung ke kuburnya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang, lalu duduk di pinggir kuburnya dan bersabda: Buatlah liang lahad, dan janganlah kalian membelahnya, karena sesungguhnya liang lahad adalah bagi kita, sedangkan belahan hanya bagi selain kita.
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Aswad ibnu Amir, dari Abdul Humaid ibnu Ja’far Al-Farra, dari Sabit, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah, kemudian disebutkan hal yang semisal. Sehubungan dengan hadis ini Imam Ahmad pun memberikan komentarnya, “Orang ini termasuk di antara orang-orang yang sedikit beramal, tetapi berpahala banyak.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Mahran ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa kami bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam suatu perjalanan, tiba-tiba di tengah jalan ada seorang lelaki Badui yang menghalang-halanginya, lalu lelaki Badui itu berkata, “Wahai Rasulullah, demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan benar, sesungguhnya aku tinggalkan tempat kelahiranku dan semua harta bendaku dengan tujuan mengikuti petunjukmu dan mengambil ucapanmu. Dan tidak sekali-kali aku dapat sampai kepadamu melainkan setelah semua perbekalanku habis dan makananku hanyalah dedaunan, maka aku mohon sudilah engkau menerimaku.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menuju ke arahnya dan menerimanya. Kami (para sahabat) berdesak-desakan di sekitar lelaki Badui itu, dan ternyata kaki depan unta kendaraannya terperosok ke dalam liang tikus padang pasir, sehingga lelaki itu terjatuh dan lehernya patah (meninggal dunia). Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, dia benar berangkat (meninggalkan) negeri kelahirannya dan semua harta bendanya untuk mengikuti petunjukku dan mengambil dari ucapanku, serta tidak sekali-kali dia sampai kepadaku melainkan setelah makanan perbekalannya habis, kecuali hanya makan dari dedaunan pepohonan. Tidakkah kalian dengar perihal orang yang sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak? Dia termasuk salah seorang dari mereka. Tidakkah kalian dengar perihal orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka’ dengan kezaliman? Mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya orang ini termasuk salah seorang dari mereka. Menurut lafaz lain disebutkan: Orang ini sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui hadis Muhammad ibnu Ya’la Al-Kufi yang bertempat tinggal di Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Khaisamah, dari Abu Daud, dari Abdullah ibnu Sakhbarah yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang diberi, lalu bersyukur, dan (barang siapa yang) dicegah (tidak diberi), lalu bersabar, dan (barang siapa yang) berbuat aniaya, lalu meminta ampun, dan (barang siapa yang) dianiaya, lalu memaafkan…. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam sejenak. Maka mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa dia (bagaimana kelanjutannya)?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya:
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(82) Allah berfirman untuk memberi keputusan kepada ke-dua kelompok, اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keaman-an, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Aman dari ketakutan, azab, dan kesengsaraan serta mendapatkan hidayah kepada jalan yang lurus. Jika mereka tidak mencampur iman dengan kezhaliman secara mutlak, baik itu syirik dan kemaksiatan, maka mereka mendapatkan rasa aman dan hidayah yang sempurna.
Jika mereka tidak mencampurnya dengan kesyirikan saja, na-mun mereka masih melakukan keburukan-keburukan, maka mereka mendapatkan pokok hidayah dan pokok rasa aman walaupun ke-sempurnaannya tidak tercapai. Pengertian dari ayat yang mulia ini adalah bahwa orang-orang yang tidak mencapai dua perkara itu, maka mereka juga tidak mendapatkan hidayah dan rasa aman. Akan tetapi bagian yang mereka dapatkan adalah kesesatan dan kesengsaraan.
Karena sama sekali tidak ada jawaban dari kaum nabi ibrahim yang durhaka tersebut, akhirnya nabi ibrahim sendiri menegaskan sebuah prinsip penting bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah yang maha esa dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, yakni syirik (lihat: surah luqma’n/31: 13), mereka itulah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang mendapat rasa aman dari Allah yang mereka sembah, dan mereka mendapat petunjuk secara sempurna. Atas semua argumen yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya, Allah pun menegaskan sebagai berikut. Dan itulah keterangan kami yang kami berikan dan ajarkan melalui malaikat dan atau kami ilhamkan kepada ibrahim untuk menghadapi kaumnya agar dia dapat mengatasi dan mengalahkan mereka. Kami tinggikan derajat siapa yang kami kehendaki dari hamba-hamba kami yang taat, sebagaimana nabi ibrahim yang telah kami tinggikan derajatnya agar menjadi teladan bagi manusia. Sesungguhnya tuhanmu mahabijaksana, maha mengetahui atas segala sesuatu.
Al-An’am Ayat 82 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 82, Makna Al-An’am Ayat 82, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 82, Al-An’am Ayat 82 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 82
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)