{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 84.
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَارُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿٨٤﴾
wa wahabnā lahū is-ḥāqa wa ya’qụb, kullan hadainā wa nụḥan hadainā ming qablu wa min żurriyyatihī dāwụda wa sulaimāna wa ayyụba wa yụsufa wa mụsā wa hārụn, wa każālika najzil-muḥsinīn
QS. Al-An’am [6] : 84
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,
Kami memberi nikmat kepada Ibrahim dengan memberinya Ishaq sebagai anak dan Ya’qub sebagai cucunya. Kami membimbing keduanya ke jalan yang lurus. Kami juga membimbing Nuh kepada kebenaran sebelum Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub. Kami juga membimbing anak-anak keturunan Nuh yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun kepada jalan kebenaran. Sebagaimana Kami membalas para nabi-nabi tersebut karena perbuatan baik mereka, maka Kami pun membalas setiap pelaku kebaikan demikian.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa Dia mengaruniakan seorang anak kepada Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ishaq, padahal usia Nabi Ibrahim sangat lanjut dan telah putus harapan untuk mendapatkan seorang anak, begitu pula istrinya, yaitu Sarah. Pada suatu hari datanglah sejumlah malaikat bertamu kepada Nabi Ibrahim dalam perjalanan mereka menuju tempat kaum Nabi Lut. Lalu mereka menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ishaq kepada keduanya. Maka istri Nabi Ibrahim merasa heran terhadap berita tersebut dan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
“Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata,”tApakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya. dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Huud:72-73)
Para malaikat itu menyampaikan berita gembira pula perihal kenabian yang akan diperoleh anaknya selagi ia masih hidup, dan bahwa kelak anaknya akan mempunyai keturunan pula, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash Shaaffat:112)
Hal ini lebih sempurna dan merupakan nikmat yang paling besar. Dalam ayat lainnya disebutkan melalui firman-Nya:
maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. (Huud:71)
Dengan kata lain, sesudah itu dilahirkan pula seorang anak dari anakmu selagi kamu berdua masih hidup, sehingga hatimu menjadi senang karenanya, sebagaimana hati anakmu pun senang pula mendapatkannya. Karena sesungguhnya kegembiraan mendapat seorang cucu sangat kuat, mengingat hal itu sebagai pertanda akan keberlangsungannya keturunan. Juga mengingat anak yang dilahirkan dari pasangan yang sudah lanjut usia diduga tidak akan dapat melahirkan keturuhan selanjutnya, sebab keadaannya sudah lemah. Lalu terjadilah suatu kegembiraan dengan lahirnya seorang cucu, maka cucu itu dinamakan Ya’qub yang berakar dari kata keturunan atau cucu.
Hal tersebut merupakan imbalan yang diberikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada Nabi Ibrahim a.s. berkat perjuangannya. Ia rela hijrah meninggalkan kaumnya dan negeri tempat tinggalnya, pergi mengembara ke tempat yang jauh untuk beribadah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maka Allah mengganti kaum dan handai taulannya dengan mengaruniakan anak-anak yang saleh kepadanya dari tulang sulbinya dan berpegang kepada agamanya, agar hati Nabi Ibrahim senang dengan keberadaan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Maka tatkala Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. (Maryam:49)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk
Mengenai firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan kepada Nuh. sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk.
Artinya, sebelum itu Kami telah memberikan petunjuk kepada Nuh, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk kepadanya (Ibrahim) dan Kami anugerahkan kepadanya keturunan yang baik (saleh). Masing-masing dari keduanya (Nuh dan Ibrahim) mempunyai keistimewaan tersendiri yang sangat besar. Adapun Nabi Nuh a.s., maka ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menenggelamkan semua penghuni bumi —kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh, yaitu mereka yang menemaninya dalam perahunya— maka Allah menjadikan keturunannya adalah orang-orang yang menjadi generasi penerus, umat manusia semuanya merupakan keturunan Nabi Nuh a.s. Sedangkan Nabi Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Maka tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi sesudahnya melainkan berasal dari keturunannya, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al ‘Ankabut:27), hingga akhir ayat.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab. (Al Hadiid:26)
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam:58)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berikut ini:
…dan dari keturunannya.
Artinya, dan Kami beri petunjuk kepada sebagian dari keturunannya.
yaitu Daud dan Sulaiman. (Al An’am:84), hingga akhir ayat.
Damir yang ada pada lafaz zurriyyatihi kembali kepada Nuh, karena lafaz Nuh merupakan lafaz yang paling dekat di antara lafaz yang ada, lagi pula cukup jelas, tidak ada kesulitan mencarinya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan bila dikembalikan kepada lafaz Ibrahim —mengingat dialah yang disebutkan dalam konteks ayat ini— memang dinilai baik, tetapi sulit untuk mengaitkannya dengan lafaz Lut, karena Nabi Lut bukan termasuk keturunan Nabi Ibrahim, melainkan anak saudaranya yang bernama Haran ibnu Azar. Kecuali jika ia dimasukkan ke dalam pengertian keturunan berdasarkan kriteria taglib (mayoritas), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Adakah kalian hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apakah yang kalian sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al Baqarah:133)
Nabi Ismail adalah pamannya, tetapi ia dimasukkan ke dalam pengertian ayah-ayahnya secara taglib. Sama pula dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lainnya, yaitu:
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. (Al Hijr:30-31)
Dalam ayat ini iblis dimasukkan ke dalam malaikat dalam hal mendapat perintah untuk bersujud, dan iblis dicela karena menentang perintah itu. Dia menyerupai mereka, karena itu dia diperlakukan sama dengan mereka (para malaikat) dan dikategorikan sebagai golongan para malaikat secara taglib, karena sesungguhnya pada kenyataannya iblis termasuk makhluk jin yang diciptakan dari api, sedangkan malaikat diciptakan dari nur.
Penyebutan Isa a.s. ke dalam keturunan Nabi Ibrahim atau Nabi Nuh, menurut pendapat lainnya hal ini menunjukkan dimasukkannya keturunan anak perempuan ke dalam golongan keturunan anak laki-laki, karena sesungguhnya nasab Isa a.s. berkaitan dengan Nabi Ibrahim a.s. hanyalah melalui ibunya, yaitu Maryam a.s sebab Isa a.s. tidak berayah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Yahya Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abis, dari Abdullah ibnu Ata Al-Makki, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad yang menceritakan bahwa Al-Hajjaj mengirimkan utusan kepada Yahya ibnu Ya’mur untuk menyampaikan pesan, “Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau menduga Al-Hasan dan Al-Husain termasuk keturunan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kamu jumpai dalilnya di dalam Kitabullah (Al-Qur’an). Padahal aku telah membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir, tetapi tidak menemukannya.” Yahya ibnu Ya’mur menjawab, “Tidak pernahkah engkau membaca suatu ayat di dalam surat Al-An’am yang mengatakan: dan dari keturunannya, yaitu Daud dan Sulaiman. (Al An’am:84) sampai kepada firman-Nya: Yahya dan Isa. (Al An’am:85).” Al-Hajjaj menjawab, “Ya.” Yahya ibnu Ya’mur berkata, “Bukankah Isa termasuk keturunan Nabi Ibrahim, padahal dia tidak berayah?” Al-Hajjaj menjawab, “Engkau benar.”
Karena itulah apabila seseorang berwasiat kepada keturunannya, atau mewakafkan kepada mereka, atau memberi mereka suatu hibah, maka keturunan dari anak-anak perempuan termasuk ke dalam golongan keturunannya.
Adapun jika seseorang memberi kepada anak laki-lakinya atau mewakafkan sesuatu kepada anak-anak lelakinya, maka hal tersebut hanya khusus bagi mereka dan bagi keturunannya dari anak laki-lakinya. Mereka yang berpendapat demikian berdalilkan kepada ucapan seorang penyair Arab yang mengatakan:
Anak-anak lelaki kami adalah keturunan kami, sedangkan anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan kami, mereka adalah para putra dari lelaki lain.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan termasuk pula ke dalam pengertian keturunan dari anak laki-laki, karena berdasarkan kepada sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepada Al-Hasan ibnu Ali:
Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyidf mudah-mudahan Allah mendamaikan dengan melaluinya dua golongan yang besar dari kalangan kaum muslim.
Dalam hadis ini Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyebutkan Al-Hasan sebagai anak lelakinya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Hasan (yang merupakan anak dari putrinya) dianggap sebagai anak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri.
Pendapat yang lainnya lagi membolehkannya (yakni boleh memasukkan keturunan dari anak perempuan ke dalam golongan keturunan dari anak laki-laki).
Ketika Allah menyebutkan hamba dan KhalilNya, Ibrahim dan menyebutkan nikmatNya kepadanya dalam bentuk ilmu, dakwah, dan kesabaran, maka Allah menyebutkan anugerahNya kepadanya berupa anak keturunan yang shalih dan baik, dan bah-wa Allah menjadikan makhluk tersuci dari keturunannya. Alangkah utama dan mulianya dia, yang tidak ada contoh semisal yang mem-bandinginya. Dia berfirman,
(84) وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ “Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya.” Ya’qub adalah Putra Ishaq. Ya’qub di-gelari Israil, bapak beberapa suku bangsa yang mana Allah meng-utamakannya di alam dunia. كُلّ كُلًّا هَدَيْنَا ًا هَدَيْنَا “Kepada keduanya masing-masing,” Kami telah memberinya petunjuk ke jalan yang lurus pada ilmu dan amalnya. وَنُوْحًا هَدَيْنَا “Dan kepada Nuh,” Kami juga memberi-nya petunjuk مِنْ قَبْلُ “sebelum itu (juga).” Dan hidayahnya terma-suk bentuk hidayah tertinggi yang bersifat khusus yang hanya di-dapatkan oleh beberapa orang di alam ini, dan mereka adalah ulul azmi yang berasal dari para Rasul yang mana salah satunya adalah dia. وَمِنْ ذُرِّيَّتِهٖ “Dan kepada sebagian dari keturunannya.” Ada ke-mungkinan kata gantinya adalah kembali kepada Nuh, karena dialah yang disebut paling dekat, karena Allah menyebutkan Luth bersama yang lain, dan ia termasuk keturunan Nuh, bukan Ibrahim, karena dia adalah keponakannya. Ada kemungkinan juga kata gan-tinya kembali kepada Ibrahim karena konteks ayat ini tentang pu-jian dan sanjungan kepadanya, dan Luth walaupun dia bukan termasuk keturunannya, tetapi dia termasuk yang beriman berkat dirinya, maka keutamaan dan keunggulan Ibrahim al-Khalil lebih tinggi daripada sekedar sebagai anaknya. دَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ “Yaitu Da-wud, Sulaiman” bin Dawud. وَاَيُّوْبَ وَيُوْسُفَ “Dan Ayyub dan Yusuf” bin Ya’qub. وَمُوْسٰى وَهٰرُوْنَ ۗ “Dan Musa dan Harun.” Keduanya adalah putra Imran. وَكَذٰلِكَ “Demikianlah,” sebagaimana Kami menjadi-kan anak keturunan Ibrahim sebagai orang-orang yang baik karena dia telah beribadah kepada Tuhannya dengan baik dan memberi manfaat kepada makhluk dengan baik. Begitu pula وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَۙ “Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,” dengan menjadikan nama yang baik dan keturunan yang shalih untuk me-reka sesuai dengan kebaikan mereka.
Di samping anugerah berupa hujah seperti dijelaskan kelompok ayat di atas, anugerah lain yang diberikan kepada nabi ibrahim adalah diberikannya putra dan keturunan yang menjadi utusan Allah. Dan kami telah menganugerahkan ishak putra ibrahim bersama sarah, dan yakub putra ishak kepadanya. Kepada masing-masing telah kami beri petunjuk, yakni tugas kerasulan untuk membimbing manusia ke jalan tauhid. Dan sebelum itu kami telah memberi petunjuk kepada nuh yang merupakan salah seorang leluhur nabi ibrahim, dan kepada sebagian dari keturunannya, yakni keturunan ibrahim, yaitu dawud dan sulaiman yang memegang kekuasaan pada masanya, ayyub yang tabah, yusuf yang menerima amanah kekuasaan serta menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan masyarakat, dan musa, dan harun yang berhasil mengalahkan penguasa yang zalim. Dan demikianlah kami memberi balasan yang sempurna kepada orang-orang yang berbuat baik dengan sungguh-sungguh. Dan juga zakaria, yahya, yang menjadi korban kekejaman penguasa yang zalim ketika berdakwah, demikian juga isa, dan ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh dan berusaha untuk mengajak kaumnya masing-masing untuk menjadi saleh. Dan demikian juga ismail putra ibrahim bersama hajar yang dikenal sangat tabah, juga alyasa’ yang sangat santun dalam membimbing kaumnya, yunus yang mendapat cobaan tinggal di perut ikan, dan lut yang merupakan anak saudara nabi ibrahim. Masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat lain pada masanya. Ayat ini menyebut 18 dari 25 nabi yang wajib diimani kenabian mereka. Tujuh sisanya disebut pada ayat lain, yaitu nabi adam, nabi idris, nabi hud, nabi syuaib, nabi saleh, nabi zulkifli, dan nabi Muhammad
Al-An’am Ayat 84 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 84, Makna Al-An’am Ayat 84, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 84, Al-An’am Ayat 84 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 84
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)