{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 108.
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٠٨﴾
wa lā tasubbullażīna yad’ụna min dụnillāhi fa yasubbullāha ‘adwam bigairi ‘ilm, każālika zayyannā likulli ummatin ‘amalahum ṡumma ilā rabbihim marji’uhum fa yunabbi`uhum bimā kānụ ya’malụn
QS. Al-An’am [6] : 108
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
Jangan mencela wahai kaum muslimin berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrikin (demi menutup sarana kepada yang lebih buruk) sehingga hal itu tidak menjadi sebab bagi mereka untuk mencela Allah dengan kebodohan dan pelanggaran tanpa ilmu. Sebagaimana Kami menjadikan amal buruk mereka terlihat baik sebagai hukuman atas mereka karena buruknya pemilihan merrka. Kami juga membuat amal-amal setiap umat terlihat baik, kemudian mereka semuanya akan kembali kepada Rabb mereka, lalu Dia akan mengabarkan tentang amal-amal perbuatan yang dulu mereka lakukan di dunia, dan membalas sesuai dengannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, melarang Rasul-Nya dan orang-orang mukmin memaki sembahan-sembahan orang-orang musyrik, sekalipun dalam makian itu terkandung maslahat, hanya saja akan mengakibatkan mafsadat (kerusakan) yang lebih besar daripada itu. Kerusakan yang dimaksud ialah balasan makian yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap Tuhan kaum mukmin, yaitu: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Al Baqarah:255)
Seperti yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan asbabun nuzul ayat ini. Disebutkan bahwa orang-orang musyrik berkata, “Hai Muhammad, berhentilah kamu dari mencaci tuhan-tuhan kami, atau kalau tidak berhenti, kami akan balas mencaci maki Tuhanmu.” Maka Allah melarang kaum mukmin mencaci berhala-berhala sembahan kaum musyrik.
…karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah, bahwa dahulu orang-orang muslim sering mencaci maki berhala-berhala orang-orang kafir, maka orang-orang kafir balas mencaci maki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Oleh sebab itu, turunlah ayat ini.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari As-Saddi yang telah mengatakan sehubungan dengan tafsir (asbabun nuzul) ayat ini,
bahwa ketika Abu Talib di ambang kematiannya, orang-orang Quraisy berkata, “Mari kita berangkat ke rumah orang ini, lalu kita perintahkan dia agar mencegah keponakannya dari kita, karena sesungguhnya kita benar-benar merasa malu bila membunuhnya sesudah dia meninggal dunia. Lalu orang-orang Arab akan memberikan komentarnya, bahwa dahulu Abu Talib melindunginya, tetapi setelah Abu Talib meninggal dunia mereka baru berani membunuhnya. Maka berangkatlah Abu Sufyan, Abu Jahal, Nadr ibnul Haris, Umayyah serta Ubay (keduanya anak Khalaf), Uqbah ibnu Abu Mu’it, Amr ibnul As, dan Al-Aswad ibnul Bukhturi. Mereka terlebih dahulu mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib. Mereka berpesan kepadanya, “Mintakanlah izin bagi kami kepada Abu Talib (agar kami diizinkan masuk menjenguknya).” Lalu utusan itu datang menemui Abu Talib dan berkata kepadanya, “Mereka adalah para tetua kaummu, mereka ingin masuk menjengukmu” Abu Talib mengizinkan mereka menjenguk dirinya, lalu mereka masuk menemuinya dan berkata, “Hai Abu Talib engkau adalah pembesar dan pemimpin kami. Sesungguhnya Muhammad telah menyakiti kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami menginginkan agar sudilah engkau memanggilnya, lalu cegahlah dia, jangan mengata-ngatai sembahan-sembahan kami lagi, maka kami pun akan membiarkannya bersama Tuhannya.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dipanggil, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang, dan Abu Talib berkata kepadanya, “Mereka adalah kaummu, juga anak-anak pamanmu.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apa yang kalian kehendaki?” Mereka menjawab, “Kami menginginkan agar engkau membiarkan kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami pun akan membiarkan engkau dan Tuhanmu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkata, “Bagaimana pendapat kalian jika aku menyetujui hal itu? Apakah kalian mau memberiku suatu kalimat yang jika kalian ucapkan kalimat ini niscaya kalian akan merajai semua orang Arab dengannya dan tunduklah kepada kalian semua orang Ajam (selain Arab), serta akan membayar upeti kepada kalian?” Abu Jahal bertanya, “Demi ayahmu, kami benar-benar akan memberimu sepuluh kali lipat dari apa yang engkau minta, tetapi apakah yang engkau maksudkan dengan kalimat itu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ucapkanlah, “Tidak ada Tuhan selain Allah” Tetapi mereka menolak dan merasa enggan untuk mengucapkannya. Abu Talib berkata, “Hai anak saudaraku, katakanlah yang lainnya, karena sesungguhnya kaummu merasa kaget dengan ucapan itu.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkata: Wahai paman, aku sekali-kali tidak akan mengatakan yang lainnya hingga mereka mendatangkan matahari, lalu mereka letakkan di tanganku, dan seandainya mereka dapat mendatangkan matahari, lalu meletakkannya di tanganku ini, aku tetap tidak akan mengatakan yang lainnya.
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan demikian dengan maksud memutuskan harapan mereka untuk dapat membujuk dirinya. Maka mereka marah dan mengatakan, “Kamu benar-benar menghentikan cacianmu terhadap sembahan kami, atau kami akan balas mencacimu dan Tuhan yang memerintahmu?” Yang demikian itu adalah yang dimaksudkan di dalam firman-Nya:
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa meninggalkan suatu maslahat demi mencegah terjadinya mafsadat (kerusakan) yang jauh lebih parah daripada maslahat adalah hal yang diperintahkan.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Terlaknatlah seseorang yang memaki kedua orang tuanya. Mereka (para sahabat) bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah seseorang dapat mencaci kedua orang tuanya sendiri?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Dia mencaci bapak seseorang, lalu orang yang dicacinya itu balas mencaci bapaknya. Dan dia mencaci ibu seseorang, lalu orang yang dicacinya itu balas mencaci ibunya.
Firman Allah :
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Yakni sebagaimana Kami hiaskan kepada mereka cinta kepada berhala-berhalanya, membelanya, dan menolongnya, maka Kami hiaskan pula kepada setiap umat dari kalangan umat terdahulu yang sesat menyukai amal perbuatan mereka. Hanya milik Allah-lah hujah yang kuat dan hikmah yang sempurna dalam menentukan apa yang dikehendaki dan apa yang dipilih-Nya.
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka.
Maksudnya, kepulangan dan pengembalian mereka.
…lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.
Yakni Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik, dan jika amal perbuatan mereka buruk, maka balasannya buruk pula.
(108) Allah melarang orang-orang Mukmin dari satu per-kara yang pada dasarnya dibolehkan bahkan dianjurkan, yaitu mencela tuhan-tuhan milik orang-orang musyrik yang disembah dan dipertuhankan bersama Allah, di mana menghinanya dan men-celanya mendekatkan kepada Allah. Akan tetapi karena celaan terhadap tuhan mereka merupakan jalan bagi mereka untuk men-cela Allah, Rabbul alamin, yang mana Dia harus disucikan dari se-gala aib, cacat, celaan, dan hinaan, maka Allah melarang mencela tuhan-tuhan kaum musyrikin, karena mereka membela dan fanatik kepada agamanya. Karena Allah menghiasi amal setiap umat, maka mereka memandangnya baik, membelanya, dan memperjuangkan-nya dengan berbagai cara bahkan mereka mencela Allah, -Rabbul alamin di mana keagunganNya telah terpatri di hati orang-orang baik dan durhaka- apabila kaum Muslimin mencelanya. Akan te-tapi tempat kembali semua manusia pada Hari Kiamat adalah kepada Allah. Mereka akan menghadap kepadaNya, amal-amal mereka akan disodorkan lalu Dia akan menjelaskan kepada mereka kebaikan dan keburukan apa yang mereka lakukan.
Ayat yang mulia ini adalah dalil bagi kaidah syar’i yaitu bahwa sarana ditimbang dengan tujuannya, sarana kepada yang haram -walaupun pada dasarnya dibolehkan- adalah haram jika ia menye-ret kepada keburukan.
Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kaum muslim tentang bagaimana seharusnya bersikap menghadapi sesembahan kaum musyrik. Dan janganlah kamu, wahai kaum muslim, memaki sesembahan seperti berhala-berhala dan lainnya yang mereka sembah selain Allah, karena jika kamu memakinya, maka akibatnya mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas atau tanpa berpikir dan tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, sudah menjadi sebuah ketentuan yang berlaku sepanjang masa bahwa kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Kemudian pada saat yang telah ditentukan, kepada tuhan tempat kembali mereka, lalu dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan untuk mendapatkan balasan yang setimpal. Belum jera juga kaum musyrik untuk menampilkan argumen penolakan, bahkan mereka mengukuhkan penolakan dengan sumpah. Dan mereka, yakni kaum musyrik, bersumpah mengukuhkan ucapan mereka dengan menggunakan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa demi Allah, sungguh jika datang suatu mukjizat, yakni mukjizat apa saja yang mereka usulkan selama ini, kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah kepada mereka, wahai nabi Muhammad, sungguh mukjizat-Mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah atau berdasar kuasa-Nya. Jika dia berkehendak, dia akan menurunkannya kepada kalian, dan jika dia tidak berkehendak, maka mukjizat itu tidak akan turun. Dan tahukah kamu, yakni siapa yang memberitahukan kepada kalian, wahai kaum mukmin, bahwa apabila mukjizat datang mereka akan beriman’ kenyataannya mereka tidak juga akan beriman.
Al-An’am Ayat 108 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 108, Makna Al-An’am Ayat 108, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 108, Al-An’am Ayat 108 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 108
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)