{5} Al-Maidah / المائدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأعراف / Al-A’raf {7} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-An’am الأنعام (Binatang Ternak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 6 Tafsir ayat Ke 124.
وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّىٰ نُؤْتَىٰ مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ ۘ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ ﴿١٢٤﴾
wa iżā jā`at-hum āyatung qālụ lan nu`mina ḥattā nu`tā miṡla mā ụtiya rusulullāh, allāhu a’lamu ḥaiṡu yaj’alu risālatah, sayuṣībullażīna ajramụ ṣagārun ‘indallāhi wa ‘ażābun syadīdum bimā kānụ yamkurụn
QS. Al-An’am [6] : 124
Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan.
Apabila datang keterangan yang jelas kepada orang-orang Musyrik (Makkah) tentang kebenaran kenabian Muhammad, sebagian dari pemimpin mereka berkata, “Kami tidak akan membenarkan kenabiannya sampai Allah memperlihatkan kepada kami tanda kenabian dan mukjizat seperti yang pernah Allah berikan kepada para rasul terdahulu.” Allah membalas perkataan mereka dengan firman-Nya: “Allah lebih mengetahui di mana akan menurunkan risalah-Nya.” Artinya, Dia lebih mengetahui kepada siapa Dia akan mempercayakan risalah-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Orang-orang sesat itu akan mendapatkan kehinaan dan bagi mereka siksa yang pedih di neraka Jahanam karena tipu daya mereka terhadap agama Islam dan para pemeluknya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.
Maksudnya, apabila datang kepada mereka suatu ayat, bukti, dan hujan yang pasti, maka mereka mengatakan:
Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.
Yaitu sehingga datang kepada kami para malaikat dari Allah membawa risalah, sebagaimana para malaikat itu datang kepada rasul-rasul. Makna ayat ini senada dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” (Al Furqaan:21)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan
Artinya, Dia lebih mengetahui peletakan risalah yang tepat dan orang yang layak mengembannya dari kalangan makhluk-Nya. Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
Dan mereka berkata.”Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri ini. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu. (Az Zukhruf:31-32), hingga akhir ayat.
Mereka bermaksud bahwa mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang lelaki pembesar, dihormati, dan berpengaruh di mata mereka. Yang dimaksud dengan istilah qaryataini atau dua negeri dalam ayat ini ialah Mekah dan Taif. Demikian itu karena mereka —semoga Allah melaknat mereka— menghina Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ akibat rasa dengki dan permusuhan mereka kepadanya serta keingkaran dan kesombongan mereka terhadapnya. Seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya yang ditujukan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu:
Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, niscaya mereka tidak lain hanyalah membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan), “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan kalian?” Padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah. (Al Anbiyaa:36)
Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?” (Al Furqaan:41)
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (Al An’am:10)
Sekalipun demikian, pada kenyataannya mereka mengakui keutamaan yang dimiliki oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, kedudukannya yang terhormat, dan nasabnya yang baik, juga kesucian ahli bait-nya. serta tempat beliau dididik dan dibesarkan. Semoga Allah melimpahkan salawat kepadanya, semoga pula para malaikat dan orang-orang yang mukmin membacakan salawat untuknya. Sehingga mereka menjulukinya di kalangan sesama mereka—sebelum beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menerima wahyu—dengan sebutan yang terhormat, yaitu Al-Amin.
Kenyataan ini diakui oleh pemimpin orang-orang kafir (yaitu Abu Sufyan) ketika ditanya oleh Kaisar Heraklius, Raja Romawi, “Bagaimanakah nasabnya di kalangan kalian?” Abu Sufyan menjawab, “Dia di kalangan kami adalah orang yang bernasab terhormat.” Heraklius bertanya, “Apakah kalian pernah menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya itu?” Abu Sufyan menjawab, ‘Tidak pernah.” Hadisnya cukup panjang, dan tersimpulkan darinya bahwa Kaisar Romawi berdasarkan berita tersebut mengakui kesucian sifat-sifat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menunjukkan kebenaran dari kenabiannya dan kebenaran dari apa yang disampaikannya.
Imam Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus’ab, telah menceritakan kepada kami Al-Auza’i, dari Syaddad Abu Ammar, dari Wasilah ibnul Asqa’ r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah memilih dari kalangan anak Ibrahim yaitu Nabi Ismail, dan Dia telah memilih dari keturunan Ismail Bani Kinanah, dan memilih dari Bani Kinanah Kabilah Quraisy, dan memilih dari Kabilah Quraisy Bani Hasyim, dan Dia memilihku dari kalangan Bani Hasyim.
Imam Muslim mengetengahkan secara munfarid melalui hadis Al-Auza’i, yaitu Abdur Rahman ibnu Amr (imam penduduk Syam) dengan lafaz yang semisal.
Di dalam Sahih Bukhari disebutkan melalui Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Aku dibangkitkan melalui generasi-generasi yang terbaik dari keturunan Bani Adam, satu generasi demi satu generasi, sehingga aku dibangkitkan melalui generasi yang aku berada di dalamnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, dari Sufyan, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari Al-Muttalib ibnu Abu Wada’ah yang mengatakan bahwa Al-Abbas telah menceritakan bahwa pernah sampai kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagian dari apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai dirinya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ naik ke atas mimbar dan bersabda (kepada mereka), “Siapakah aku ini?” Mereka menjawab, “Engkau adalah utusan Allah.” “Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Muttalib, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-(Nya) dan menjadikan diriku di dalam sebaik-baik makhluk-Nya. Dan Allah menjadikan mereka dua golongan, maka Dia menjadikan diriku di dalam golongan yang terbaik. Dia menciptakan kabilah-kabilah, maka Dia menjadikan diriku di dalam kabilah yang terbaik Dan Dia menjadikan mereka terbagi-bagi dalam banyak ahli bait, maka Dia menjadikan diriku di dalam sebaik-baik ahli bait mereka. Maka saya memiliki ahli bait dan diri yang paling baik di antara kalian.
Masih dalam seputar hadis ini, diriwayatkan dari Siti Aisyah r.a., ia telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Jibril pernah berkata kepadaku, “Saya pernah mengelilingi bumi ini arah timur dan arah baratnya, maka saya tidak menjumpai seorang lelaki pun yang lebih utama daripada Muhammad. Dan saya pernah mengelilingi bumi ini arah timur dan arah baratnya, maka saya tidak menjumpai suatu puakpun dari suatu kabilah yang lebih utama daripada Bani Hasyim.
Hadis riwayat Imam Hakim dan Imam Baihaqi.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Asim, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah pernah memandang kepada semua kalbu hamba-hamba-Nya. Dia menjumpai kalbu Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah sebaik-baik kalbu hamba-hamba-Nya. Karena itu, Dia memilihnya sebagai kekasih-Nya dan mengutusnya sebagai Rasul-Nya. Kemudian Allah memandang kepada semua kalbu hamba-hamba-Nya sesudah kalbu Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Dia menjumpai kalbu sahabat-sahabatnya adalah sebaik-baik kalbu hamba-hamba-Nya, lalu Dia menjadikan mereka sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya, mereka berperang membela agama-Nya. Karena itu, apa yang dipandang oleh orang-orang muslim baik, maka hal itu baik pula menurut Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang muslim, maka hal itu buruk pula menurut Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuja’ ibnul Walid, bahwa Qabus ibnu Abu Zabyan telah menceritakan dari ayahnya, dari Salman yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepadanya: “Hai Salman, janganlah engkau membenciku, karena akibatnya engkau akan meninggalkan agamamu.” Saya (Salman) bertanya, “Wahai Rasulullah, mana mungkin saya benci kepadamu, padahal dengan melaluimulah Allah memberi kami petunjuk?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Bila engkau membenci Arab, berarti engkau membenciku.”
Ibnu Abu Hatim menuturkan sehubungan dengan tafsir ayat ini suatu riwayat dari Muhammad ibnu Mansur Al-Jawaz, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Husain yang menceritakan bahwa seorang lelaki melihat Ibnu Abbas yang sedang masuk ke dalam masjid melalui pintu besarnya. Ketika Ibnu Abbas memandang kepada lelaki itu, maka lelaki itu takut kepadanya, dan bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka (yang hadir) menjawab, “Ibnu Abbas, anak paman Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Lalu lelaki itu membacakan firman-Nya: Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al An’am:124)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras. . hingga akhir ayat.
Makna ayat ini mengandung ancaman yang keras dari Allah dan peringatan yang kuat, ditujukan kepada orang-orang yang sombong, tidak mau mengikuti rasul-rasul-Nya dan tidak mau taat kepada para rasul dalam semua apa yang didatangkan oleh para rasul kepada mereka. Maka orang-orang tersebut kelak di hari kiamat pasti akan tertimpa kehinaan di hadapan Allah selama-lamanya, sebagai pembalasan terhadap perbuatan sombong mereka ketika di dunia. Perbuatan mereka yang demikian itu menjerumuskan diri mereka ke dalam kehinaan di hari kiamat kelak. Makna ayat ini senada dengan apa yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60)
dalam keadaan kecil, hina dina. dan terlecehkan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.
Mengingat tipu muslihat itu kebanyakan hanya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi (yakni dengan cara yang halus dalam melancarkan tipu daya dan tidak kelihatan), maka para pelakunya akan mendapat siksa yang keras dari Allah di hari kiamat kelak sebagai pembalasan yang setimpal:
Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al Kahfi:49)
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (At-Tariq: 9)
Yakni segala sesuatu yang rahasia, yang tersembunyi, dan yang ada di dalam hati ditampakkan. Di dalam kitab Sahihain disebutkan oleh sebuah hadis dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:
Ditegakkan bagi setiap perbuatan khianat sebuah panji di medan terbuka kelak di hari kiamat, lalu dikatakan bahwa panji ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan.
Hikmah yang terkandung di dalam hadis ini ialah bahwa mengingat perbuatan tipu muslihat (pengkhianatan) itu tersembunyi, tidak ada seorang manusia pun yang melihatnya, maka di hari kiamat kelak akan menjadi panji yang berkibar menandakan pelakunya.
Para penjahat besar itu kukuh di atas kebatilannya dan menolak kebenaran yang dibawa oleh para Rasul karena hasad dan dengki, mereka berkata, حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah,” berupa kenabian dan kerasulan. Ini mengandung penentangan mereka kepada Allah, bangga terhadap diri mereka, sombong terhadap kebenaran yang Dia turunkan melalui para rasul, dan penolakan terhadap keutamaan dan kebaikan Allah, maka Allah menjawab tantangan mereka yang rusak. Dia menyatakan bahwa mereka tidak layak mendapatkan kebaikan. Pada mereka tidak terdapat sesuatu yang bisa membuat mereka menjadi hamba-hamba Allah yang shalih. Apalagi menjadi nabi dan Rasul. Allah berfirman, اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” Barangsiapa yang Allah mengetahuinya layak mendapatkannya, mampu menunaikan tanggung jawabnya, mempunyai segala sifat yang baik, dan terbebas dari segala akhlak yang tercela, maka Allah memberinya apa yang menjadi tuntutan hikmahNya, baik secara independen maupun menginduk, dan barangsiapa yang tidak demikian, maka Dia tidak akan meletakkan pemberianNya yang paling utama pada orang yang tidak kapabel dan tidak suci di sisiNya.
Ayat ini mengandung dalil kesempurnaan hikmah Allah, karena walaupun Dia Maha Pengasih, Maha Pemurah, Mahaluas KaruniaNya, namun Dia adalah Mahabijaksana, tidak meletakkan karuniaNya kecuali pada orang yang layak. Kemudian Allah mengancam orang-orang yang berbuat kejahatan. Dia berfirman, سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ “Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah.” Yakni kehinaan dan kenistaan, Allah menghinakan mereka akibat kesombongan mereka terhadap kebenaran. وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ “Dan siksa yang keras itu disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.” Maksudnya, disebabkan makar mereka, bukan karena Allah menzhalimi mereka.
Kemudian Allah menjelaskan tentang salah satu bentuk tipuan pemuka quraisy agar penduduk mekah tidak mengikuti rasulullah. Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka yang menjelaskan tentang kebenaran nabi Muhammad, mereka berkata, kami tidak akan percaya, yakni beriman, sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah, yaitu wahyu yang dengan itu mereka menjadi nabi, sehingga menjadi orang yang diikuti, bukan yang mengikuti. Mereka dengki kepada kenabian nabi Muhammad. Allah lebih mengetahui di mana dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Penunjukan seseorang menjadi nabi adalah hak Allah semata sebagai anugerah dari-Nya terhadap orang tersebut, bukan sesuatu yang diminta, bukan karena keturunan, kecerdasan, dan banyaknya harta. Kemudian Allah menjelaskan tentang nasib mereka yang berdosa, seperti pemuka quraisy. Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. Mereka menghalangi masyarakat untuk beriman kepada nabi Muhammad. Tugas para nabi adalah menyampaikan pesan-pesan Allah kepada masyarakat. Di antara masyarakat itu ada yang mendapatkan hidayah dan ada pula yang memilih kekufuran. Hidayah dan kekufuran adalah hak Allah sebagaimana juga risalah. Bedanya kalau hidayah itu harus diminta, sementara risalah adalah anugerah dan pemberian Allah semata kepada seseorang yang dipilih-Nya. Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah atau petunjuk, dia akan membukakan dadanya untuk menerima islam, yaitu pintu hatinya terbuka untuk menerima islam atau cahaya yang datang dari Allah yang dengannya seseorang bisa melihat kebenaran, kemudian mengikuti kebenaran itu dengan memeluk islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, dengan kesadarannya sendiri dia memilih kekafiran dan meninggalkan kebenaran, maka dia jadikan dadanya sempit dan sesak sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk masuknya kebenaran di hatinya, seakan-akan dia sedang mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. Namun demikian, Allah tidak akan menyiksa satu kaum kecuali setelah diperlihatkan kepada mereka tandatanda kebenaran, tetapi mereka secara sadar enggan menerimanya.
Al-An’am Ayat 124 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-An’am Ayat 124, Makna Al-An’am Ayat 124, Terjemahan Tafsir Al-An’am Ayat 124, Al-An’am Ayat 124 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-An’am Ayat 124
Tafsir Surat Al-An’am Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)