{6} Al-An’am / الأنعام | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنفال / Al-Anfal {8} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf الأعراف (Tempat Yang Tertinggi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 7 Tafsir ayat Ke 12.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ ﴿١٢﴾
qāla mā mana’aka allā tasjuda iż amartuk, qāla ana khairum min-h, khalaqtanī min nāriw wa khalaqtahụ min ṭīn
QS. Al-A’raf [7] : 12
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman kepada Iblis mengingkari sikapnya yang tidak mau bersujud kepada Adam: “Mengapa kamu tidak sujud, padahal Aku telah memerintahkan kepadamu?” Iblis menjawab: “Aku adalah ciptaan-Mu yang lebih mulia dari padanya, karena aku diciptakan dari api, sedangkan dia (Adam) diciptakan dari tanah. Dia (Iblis) berpendapat bahwa api lebih mulia daripada tanah.”
Ulama ahli nahwu dalam menganalisis firman-Nya:
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?
Huruf la dalam ayat ini adalah zaidah (tambahan). Sedangkan menurut sebagian dari mereka, huruf la ini ditambahkan untuk mengukuhkan keingkaran. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:
Sesungguhnya aku tidak pernah melihat dan tidak pernah pula mendengar semisalnya.
Maka huruf in dimasukkan sebelum ma nafiyah untuk mengukuhkan makna nafinya. Mereka mengatakan bahwa demikian pula pengertiannya dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud
Padahal sebelumnya telah disebutkan melalui firman-Nya:
Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
yang mengandung pengertian ketiadaan bersujud.
Kedua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan keduanya disanggahnya. Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna mana’aka’ mengandung pengertian kata kerja lain yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut, “Apakah yang mencegahmu, menindasmu, dan memaksamu untuk tidak bersujud di saat Aku perintahkan kamu untuk melakukannya,” atau pengertian yang semisal. Pendapat ini cukup baik dan kuat.
Ucapan iblis yang mengatakan:
Saya lebih baik daripadanya (Adam).
Alasan iblis merupakan sesuatu hal yang lebih besar daripada dosanya, seakan-akan iblis membangkang —tidak mau taat— karena tidak ada perintah yang menganjurkan seseorang yang memiliki keutamaan bersujud kepada orang yang lebih rendah keutamaannya daripada yang diperintah. Seakan-akan iblis la’natullah mengatakan, “Saya lebih baik daripadanya, maka mengapa Engkau perintahkan saya untuk bersujud kepadanya?”
Kemudian iblis mengatakan, dikatakan dirinya lebih baik karena ia diciptakan dari api, sedangkan api itu lebih baik daripada apa yang diciptakan-Nya dari tanah liat. Iblis yang laknat dalam alasannya mengacu kepada asal unsur kejadian, tidak mengacu kepada kemuliaan yang besar yang ada pada diri Adam. Yaitu Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya.
Iblis melakukan analogi yang tidak benar, berlawanan dengan nas firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud. (Al Hijr:29, Shad: 72)
Iblis memisahkan diri di antara malaikat karena tidak mau bersujud. Karena itulah maka dia terusir dari rahmat dan putus asa dari rahmat. Iblis la’natultah keliru dalam analogi dan pengakuannya yang mengatakan bahwa api lebih mulia daripada tanah.
Padahal sesungguhnya tabiat tanah liat itu ialah kuat, sabar, tenang, dan kokoh. Tanah merupakan tempat bagi tetumbuhan, pengembangan, penambahan, dan perbaikan, sedangkan api mempunyai watak membakar, liar, dan cepat. Karena itulah iblis berkhianat terhadap unsur kejadian dirinya, sedangkan Adam mendapat manfaat dari unsur kejadiannya, yaitu selalu ingat kepada Allah, kembali kepada-Nya, tenang, taat dan berserah diri kepada perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, mengakui dosa dan memohon tobat serta ampunan.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Siti Aisyah r.a. bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), dan iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah digambarkan kepada kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Mas’ud, telah menceritakan kepada kami Na’im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Allah menciptakan malaikat dari nur Arasy, dan menciptakan jin dari nyala api, serta menciptakan Adam dari apa yang digambarkan kepada kalian. Saya (perawi) bertanya kepada Na’im ibnu Hammad, “Di manakah engkau mendengar hadis ini dari Abdur Razzaq?” Na’im menjawab, “Di Yaman.”
Menurut lafaz lain dari hadis ini yang tidak sahih disebutkan seperti berikut:
Dan Aku menciptakan bidadari yang bermata jeli dari za’faran.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, dari Ibnu Syauzab, dari Matar Al-Waraq, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah.
Bahwa iblis melakukan analogi, dialah yang mula-mula melakukan analogi (kias). Sanad asar berpredikat sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Malik, telah menceritakan kepadanya Yahya ibnu Salim At-Taifi, dari Hisyam ibnu Sirin yang telah mengatakan bahwa iblislah yang mula-mula melakukan kias (analogi), dan tidak sekali-kali matahari dan rembulan disembah melainkan karena adanya kias tersebut. Sanad asar ini berpredikat sahih pula.
Maka Allah mencelanya karena itu, Dia berfirman, Mengapa kamu menolak bersujud kepada dia yang telah Aku ciptakan dengan kedua TanganKu. Yakni Aku memuliakannya dan memberinya keutamaan dengan keutamaan yang tidak diberikan kepada selainnya. Kamu mendurhakai perintahKu dan meremehkanKu. قَالَ “Dia berkata”, iblis menentang Tuhannya, أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ “Saya lebih baik daripadanya.” Kemudian dia berdalil atas klaim yang batil ini dengan ucapannya. خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ “Engkau menciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Konsekuensinya adalah bahwa apa yang diciptakan dari api adalah lebih baik dari apa yang diciptakan dari tanah, karena api di atas tanah.
Ini adalah kias paling rusak. Ia batil dari berbagai segi:
Di antaranya bahwa ia merupakan bentuk penentangan terhadap perintah sujud dari Allah, dan suatu kias yang bertentangan dengan dalil adalah kias batil, karena maksud dari kias adalah menjadikan hukum yang tidak ada dalil padanya mendekati perkara yang ada dalil padanya dan mengikutinya. Adapun kias yang bertabrakan dengannya yang jika ia diambil maka ia berkonsekuensi dibuangnya dalil, maka ini merupakan kias paling buruk.
Di antaranya juga, bahwa ucapannya, أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ “Saya lebih baik daripadanya.” Sudah cukup dengan sendirinya menunjukkan kekurangan iblis yang busuk, karena dia telah membuktikan kekurangannya dengan ujub dan takaburnya. Berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. Adakah kekurangan yang lebih besar dari ini?
Di antaranya juga, bahwa dia telah berdusta dalam mengunggulkan api di atas tanah, karena tanah mengandung ketenangan, ketenteraman, dan keseimbangan. Darinya muncul keberkahan bumi dari pohon-pohonan dan berbagai macam tanaman dengan berbagai jenis dan macamnya. Lain halnya dengan api, ia membakar, mudah terombang-ambing dan ceroboh.
Allah mempertanyakan alasan penolakan iblis untuk sujud kepada adam. Dia berfirman, apakah yang menghalangimu untuk menghormati adam sehingga kamu tidak bersujud kepadanya ketika aku menyuruhmu’ dengan penuh angkuh dan sombong, iblis menjawab, aku tidak pantas bersujud kepadanya karena aku lebih baik daripada dia sehingga aku tidak wajar bersujud kepadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah, dan api lebih baik daripada tanah. Ucapan iblis ini merupakan cerminan keangkuhan dan kesombongannya. Menanggapi kedurhakaan dan sikap iblis, Allah langsung menyuruhnya keluar dari surga. Allah berfirman, maka karena kesombongan dan pembangkanganmu, turunlah kamu darinya, yakni dari dalam surga, karena apa pun alasanmu kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah kamu dari surga ini, karena sesung-guhnya kamu termasuk makhluk yang hina.
Al-A’raf Ayat 12 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-A’raf Ayat 12, Makna Al-A’raf Ayat 12, Terjemahan Tafsir Al-A’raf Ayat 12, Al-A’raf Ayat 12 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-A’raf Ayat 12
Tafsir Surat Al-A’raf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)