{6} Al-An’am / الأنعام | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنفال / Al-Anfal {8} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf الأعراف (Tempat Yang Tertinggi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 7 Tafsir ayat Ke 148.
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَىٰ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ ۚ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا ۘ اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ ﴿١٤٨﴾
wattakhaża qaumu mụsā mim ba’dihī min ḥuliyyihim ‘ijlan jasadal lahụ khuwār, a lam yarau annahụ lā yukallimuhum wa lā yahdīhim sabīlā, ittakhażụhu wa kānụ ẓālimīn
QS. Al-A’raf [7] : 148
Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim.
Setelah Musa meninggalkan kaumnya untuk bermunajat kepada Rabb-nya, mereka justru membuat sesembahan patung anak lembu yang terbuat dari emas yang tidak bernyawa, tetapi memiliki suara. Apakah mereka tidak mengetahui kalau patung itu tidak dapat berbicara kepada mereka dan tidak dapat menunjukkan mereka kepada kebaikan? Begitulah, mereka melakukan perkara yang sangat buruk. Dan mereka adalah orang-orang yang zalim terhadap diri mereka sendiri yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan perihal kesesatan orang-orang yang sesat dari kalangan kaum Bani Israil karena mereka menyembah patung anak lembu yang dibuat oleh Samiri dari perhiasan bangsa Qibti. Perhiasan emas itu asal mulanya mereka pinjam dari orang-orang Qibti di negeri Mesir, kemudian Samiri meleburnya dan menjadikannya patung anak lembu.
Kemudian Samiri memasukkan debu dari bekas teracak kuda Malaikat Jibril a.s. ke dalam leburan emas itu sehingga jadilah sebuah patung yang berbentuk dan bersuara. Al-khuwar ialah suara lembu. Hal ini terjadi setelah kepergian Musa untuk memenuhi janji Tuhannya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan hal tersebut kepada Musa ketika Musa berada di Bukit Tur. Hal ini diungkapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, menceritakan perihal apa yang telah dilakukan oleh diri-Nya:
Allah berfirman, “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”(Thaahaa:85)
Para ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan anak lembu ini, apakah ia mempunyai darah dan daging serta dapat bersuara, ataukah ujudnya tetap seperti patung emas, hanya di dalam rongganya terdapat udara sehingga bersuara seperti suara sapi. Ada dua pendapat mengenainya, hanya Allah yang lebih mengetahui.
Menurut suatu pendapat, ketika anak lembu itu bersuara, maka mereka menari-nari di sekelilingnya dan teperdaya oleh buatan Samiri itu, lalu mereka mengatakan bahwa inilah tuhan kalian dan tuhan Musa, tetapi Musa melupakannya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan. (Thaahaa:89)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? (Al A’raf:148)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengingkari kesesatan mereka karena anak lembu itu dan kealpaan mereka kepada Pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan yang memilikinya, sebab mereka menyembah dan mempersekutukan-Nya dengan patung anak lembu yang bersuara itu, padahal anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka, tidak pula menunjukkan jalan kebaikan kepada mereka. Tetapi memang gelapnya kebodohan dan kesesatan telah menutupi pandangan hati mereka, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Imam Ahmad dan Imam Abu Daud, dari Abu Darda yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pemah bersabda:
Cintamu kepada sesuatu dapat membualmu buta dan pekak (tuli).
(148) وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوْسٰى مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh”, yang dibuat oleh Samiri dan dia masukkan bekas jejak Rasul ke dalamnya, maka ia لَّهٗ خُوَارٌۗ “bersuara.” Maka mereka pun menyembahnya dan menjadikannya sebagai tuhan. Samiri berkata “Ini adalah tuhanmu dan tuhan Musa. Musa lupa sehingga dia pergi untuk mencarinya.” Ini adalah ke-bodohan mereka dan minimnya ilmu mereka. Bagaimana mereka tidak bisa membedakan antara Tuhan langit dan bumi dengan anak sapi makhluk yang paling hina? Oleh karena itu Allah menjelaskan bahwa ia tidak memiliki sifat-sifat dzat dan perbuatan yang me-nunjukkan bahwa ia adalah tuhan. اَلَمْ يَرَوْا اَنَّهٗ لَا يُكَلِّمُهُمْ “Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka.” Bisu adalah kekurangan yang nyata. Mereka sendiri lebih baik keadaannya daripada hewan atau benda mati yang tidak ber-bicara, وَلَا يَهْدِيْهِمْ سَبِيْلًاۘ”dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka?” Yakni ia tidak dapat menunjukkan mereka jalan agama dan tidak dapat menghasilkan kebaikan dunia untuk mereka, kare-na sudah diketahui oleh akal bahwa menyembah tuhan yang tidak bisa bicara, tidak bisa memberi manfaat maupun mudarat termasuk kebatilan yang paling batil dan kedunguan yang paling dungu. اِتَّخَذُوْهُ وَكَانُوْا ظٰلِمِيْنَ “Mereka menjadikannya (sebagai sesembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zhalim.” Di mana mereka meletak-kan ibadah tidak pada tempatnya dan menyekutukan Allah tanpa bukti dalil dariNya. Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa siapa yang mengingkari Kalamullah berarti mengingkari kekhususan uluhiyah Allah جَلَّ جَلالُهُ , karena Allah menyebutkan bahwa ketidakmam-puan berbicara adalah dalil ketidaklayakannya untuk dijadikan sebagai tuhan.
Dan kaum nabi musa, setelah kepergian beliau ke gunung sinai untuk bermunajat kepada Allah, mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh atau bersuara dari perhiasan emas. Mereka membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah. Patung itu tetaplah patung tidak bernyawa. Suara yang seperti sapi itu hanyalah disebabkan oleh angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan teknik yang dikenal oleh samiri waktu itu. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa patung anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka sedikit pun, dengan pembicaraan apa pun, apalagi serupa dengan anugerah Allah kepada nabi musa, dan tidak dapat pula menunjukkan jalan apa pun kepada mereka, apalagi jalan keselamatan seperti dari gangguan dan siksaan fir’aun’ mereka menjadikannya sebagai sembahan. Mereka, sejak dahulu hingga kini, adalah orang-orang yang zalim, yang telah merasuk kezalimannya dalam diri mereka. Setelah nabi musa datang, marah, membakar patung itu, dan menunjukkan kesesatan mereka, mereka pun sadar dan menyesal. Dan setelah mereka menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sungguh telah tersesat dari jalan kebenaran, mereka pun memohon rahmat dan ampunan dengan berkata, sungguh, jika tuhan pemelihara kami tidak memberi rahmat kepada kami, tidak menerima tobat kami, dan tidak mengampuni dosa kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi.
Al-A’raf Ayat 148 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-A’raf Ayat 148, Makna Al-A’raf Ayat 148, Terjemahan Tafsir Al-A’raf Ayat 148, Al-A’raf Ayat 148 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-A’raf Ayat 148
Tafsir Surat Al-A’raf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)