{6} Al-An’am / الأنعام | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنفال / Al-Anfal {8} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf الأعراف (Tempat Yang Tertinggi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 7 Tafsir ayat Ke 150.
وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَىٰ إِلَىٰ قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي ۖ أَعَجِلْتُمْ أَمْرَ رَبِّكُمْ ۖ وَأَلْقَى الْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ إِلَيْهِ ۚ قَالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا يَقْتُلُونَنِي فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ وَلَا تَجْعَلْنِي مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿١٥٠﴾
wa lammā raja’a mụsā ilā qaumihī gaḍbāna asifang qāla bi`samā khalaftumụnī mim ba’dī, a ‘ajiltum amra rabbikum, wa alqal-alwāḥa wa akhaża bira`si akhīhi yajurruhū ilaīh, qālabna umma innal-qaumastaḍ’afụnī wa kādụ yaqtulụnanī fa lā tusymit biyal-a’dā`a wa lā taj’alnī ma’al qaumiẓ-ẓālimīn
QS. Al-A’raf [7] : 150
Dan ketika Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati dia berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. (Harun) berkata, “Wahai anak ibuku! Kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zalim.”
Dan ketika Musa kembali kepada kaumnya dari Bani Israil dalam keadaan murka dan bersedih, karena Allah telah mengabarkan kepadanya bahwa Dia telah menguji kaumnya dan Samiri telah menyesatkan mereka. Musa berkata, “Betapa buruknya perbuatan yang kalian kerjakan setelah kepergianku, apakah kalian hendak mendahului janji Rabb kalian?” Maksudnya, mengapa kalian tidak sabar menunggu kedatanganku yang sudah ditentukan oleh Allah? Lalu Musa melemparkan lauh-lauh (lembaran-lembaran) Taurat dengan murka kepada kaumnya yang menyembah patung anak lembu dan murka juga kepada saudaranya, Harun. Lalu memegang kepalanya dan menariknya. Kemudian Harun berkata dengan penuh harap simpati, “Wahai anak ibuku, sesungguhnya kaum itu menghinakanku dan menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku, maka janganlah kamu membuat musuh-musuh itu bergembira dengan perlakuanmu itu kepadaku. Janganlah kamu memurkaiku bersama orang-orang yang menentang perintahmu dan menyembah patung anak lembu.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan bahwa ketika Musa a.s. kembali kepada kaumnya setelah bermunajat kepada Tuhannya, ia kembali dalam keadaan marah dan bersedih hati. Abu Darda mengatakan, al-asaf artinya sangat marah.
Musa berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kalian kerjakan sesudah kepergianku.”
Musa mengatakan, “Seburuk-buruk perbuatan adalah apa yang telah kalian lakukan, yaitu karena kalian menyembah patung anak lembu setelah aku pergi meninggalkan kalian.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Apakah kalian hendak mendahului janji Tuhan kalian?
Musa mengatakan, “Kalian membuatku tergesa-gesa kembali kepada kalian lebih cepat daripada waktu yang sebenarnya yang telah ditetapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Musa pun melemparkan lempengan-lempengan (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya.
Menurut suatu pendapat, lempengan-lempengan tersebut dari batu Jamrud, sedangkan menurut pendapat yang lain dari batu yaqut. Ada yang mengatakan dari es, ada pula yang mengatakan dari daun sidr. Sehubungan dengan kisah pelemparan luh-luh ini, ada sebuah hadis yang mengatakan bahwasanya berita itu tidaklah seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Kemudian menurut makna lahiriahnya dapat dikatakan bahwa konteks kalimat menunjukkan, ‘adakalanya Musa melemparkan luh-luh karena marah kepada kaumnya’, seperti apa yang dikatakan oleh jumhur ulama Salaf dan Khalaf.
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan suatu pendapat dari Qatadah yang isinya garib, bila dinilai tidak sah penyandarannya kepada hakayat (periwayatan) Qatadah.
Ibnu Atiyyah dan ulama lainnva yang bukan hanya seorang telah membantah pendapat ini, dan memang pendapat ini layak dibantah. Di dalamnya terkandung pengertian seakan-akan Qatadah menerimanya dari sebagian ahli kitab, padahal dikalangan ahli kitab banyak terdapat pendusta, pembuat kisah palsu, pembohong, suka membuat-buat, dan zindiq.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya.
Musa a.s. bersikap demikian karena merasa khawatir bila saudaranya itu berbuat kelalaian dalam melarang mereka, seperti yang diungkapkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Berkata Musa, “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab, “Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pulai) kepalaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), ‘Kamu telah memecah belah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku’.” (Thaahaa:92-94)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim.
Maksudnya, janganlah engkau masukkan aku ke dalam golongan mereka, jangan pula engkau anggap aku salah seorang dari mereka.
Dan sesungguhnya Harun menyebutnya dengan panggilan ‘anak ibuku’ dengan maksud agar lebih menyentuh hati Musa, karena sesungguhnya Musa adalah saudara sekandung Harun.
(150) وَلَمَّا رَجَعَ مُوْسٰٓى اِلٰى قَوْمِهٖ غَضْبَانَ اَسِفًاۙ “Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati.” Yakni Musa dipenuhi oleh amarah dan emosi kepada mereka karena kecemburuannya yang besar terhadap Allah جَلَّ جَلالُهُ dan kasih sayang serta ketulusan-nya yang sempurna. قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُوْنِيْ مِنْۢ بَعْدِيْۚ “Berkatalah dia, ‘Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku’.” Yakni alangkah buruknya keadaan kalian setelah kepergianku dari kalian, sesungguhnya ia adalah keadaan yang menyeret kepada kebinasaan dan kesengsaraan untuk selama-lamanya. اَعَجِلْتُمْ اَمْرَ رَبِّكُمْۚ “Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu?” Di mana Dia telah menjan-jikan kepadamu untuk menurunkan kitab tetapi kamu tergesa-gesa dengan akalmu yang rusak sehingga melakukan perbuatan buruk ini. وَاَلْقَى الْاَلْوَاحَ “Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu.” Yakni dia melemparnya karena marah. وَاَخَذَ بِرَأْسِ اَخِيْهِ”Dan memegang (rambut) kepala saudaranya”, Harun dan juga jenggotnya, يَجُرُّهٗٓ اِلَيْهِ”sambil menariknya ke arahnya.” Dan Musa berkata kepadanya,
قَالَ يٰهٰرُوْنُ مَا مَنَعَكَ اِذْ رَاَيْتَهُمْ ضَلُّوْٓا*اَلَّا تَتَّبِعَنِۗ اَفَعَصَيْتَ اَمْرِيْ
“Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (se-ngaja) mendurhakai perintahku?” (Thaha: 92-93), kepadamu dengan ucapanku,
اخْلُفْنِيْ فِيْ قَوْمِيْ وَاَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيْلَ الْمُفْسِدِيْنَ
“Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (Al-A’raf: 142).
Harun menjawab,
قَالَ يَبْنَؤُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِيْ وَلَا بِرَأْسِيْۚ اِنِّيْ خَشِيْتُ اَنْ تَقُوْلَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِيْ
“Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), ‘Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak me-melihara amanatku’.” (Thaha: 94).
Dan di sini Harun menjawab, ابْنَ اُمَّ “Hai anak ibuku”, ucapan ini untuk melunakkan Musa dengan hanya menyinggung ibu saja. Namun demikian, sebenarnya dia adalah saudara kandung-nya. اِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُوْنِيْ “Sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah.” Yakni mereka meremehkanku ketika aku berkata kepada mereka, “Wahai kaum, kalian hanya difitnah dengannya dan bahwa Rabbmu adalah Allah Yang Maha Rahman, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku. وَكَادُوْا يَقْتُلُوْنَنِيْۖ “Dan hampir-hampir mereka membu-nuhku.” Yakni janganlah kamu mendugaku lalai. فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْاَعْدَاۤءَ “Sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku”, dengan hardikanmu kepadaku dan perlakuan burukmu kepadaku, karena musuh-musuh selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam memunculkan kesalahan dan menemukan kekeliruan pada-ku, وَلَا تَجْعَلْنِيْ مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ “dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zhalim.” Lalu kamu memperlakukanku seperti mereka.
Ayat yang lalu menjelaskan penyesalan mereka, sedang ayat ini menjelaskan keadaan nabi musa ketika menemukan kaumnya menyembah anak sapi. Dan ketika nabi musa telah kembali kepada kaumnya, setelah bermunajat kepada Allah, dalam keadaan marah dan sedih hati karena mengetahui kaumnya menyembah patung anak sapi, dia berkata, khususnya kepada nabi harun dan para pemuka kaumnya, alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan dalam melaksanakan tugas sebagai pengganti selama kepergianku! kalian lebih mementingkan menyembah patung anak lembu ketimbang mematuhi perintah tuhan untuk menunggu kedatanganku dan menepati janjiku untuk membawa taurat kepada kalian! apakah kamu hendak mendahului janji tuhanmu untuk mempercepat jatuhnya siksa’ apakah kamu tidak sabar menanti kedatanganku kembali setelah munajat kepada tuhan, sehingga kamu membuat patung anak sapi untuk disembah sebagaimana menyembah Allah’ nabi musa pun melemparkan lauh-lauh taurat yang diterima dari Allah melalui malaikat ketika bermunajat itu dan memegang rambut kepala saudaranya nabi harun sambil menarik ke arahnya. Nabi harun berkata, wahai anak ibuku! kaum yang menyembah sapi ini telah menganggapku lemah serta mengancamku dan hampir saja mereka membunuhku karena aku telah berusaha keras untuk mencegah mereka, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-Musuh menyoraki melihat kemalanganku dengan kecamanmu yang keras ini, karena itu berarti engkau dan mereka sama mengecamku, dan janganlah engkau jadikan aku dengan kemarahanmu itu sebagai bersama orang-orang yang zalim yang melanggar perintahmu dan menyembah patung anak sapi. Setelah mengetahui alasan saudaranya, nabi harun, dan memahami bahwa dia tidak melalaikan tugasnya, dia, nabi musa berdoa, ya tuhanku, yang selalu memelihara, membimbing dan berbuat baik padaku, ampunilah aku atas kemarahanku ini yang membuatku bertindak tidak wajar, dan ampuni juga saudaraku atas apa yang terjadi antara dia dan kaumku, atau kelalaiannya’jika ada’dalam menjalankan tugas, dan masukkanlah kami berdua ke dalam rahmat engkau yang amat luas, dan engkau adalah maha penyayang dari semua penyayang. Engkau memberi tanpa batas, bahkan kepada mereka yang mendurhakai-Mu.
Al-A’raf Ayat 150 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-A’raf Ayat 150, Makna Al-A’raf Ayat 150, Terjemahan Tafsir Al-A’raf Ayat 150, Al-A’raf Ayat 150 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-A’raf Ayat 150
Tafsir Surat Al-A’raf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)