{6} Al-An’am / الأنعام | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنفال / Al-Anfal {8} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf الأعراف (Tempat Yang Tertinggi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 7 Tafsir ayat Ke 205.
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ ﴿٢٠٥﴾
ważkur rabbaka fī nafsika taḍarru’aw wa khīfataw wa dụnal-jahri minal-qauli bil-guduwwi wal-āṣāli wa lā takum minal-gāfilīn
QS. Al-A’raf [7] : 205
Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.
Dan sebutlah nama Rabb-mu (wahai Rasul) di dalam dirimu dengan khusyuk dan merendahkan diri karena Allah. Serulah Dia dengan suara yang sedang, tidak keras dan tidak pula pelan sekali pada waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai dari zikir kepada Allah dalam setiap waktu.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memerintahkan hamba-hamba-Nya agar banyak melakukan zikir menyebut asma-Nya pada permulaan siang hari dan pada penghujungnya, sebagaimana Dia memerintahkan agar melakukan ibadah kepada-Nya pada kedua waktu tersebut. Hal ini Dia ungkapkan melalui firman-Nya:
dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). (Qaaf:39)
Hal ini terjadi sebelum salat lima waktu difardukan pada malam Isra, dan ayat ini termasuk ayat periode Mekah (Makkiyyah). Dalam ayat ini disebutkan al-guduwwu yang artinya permulaan siang hari. Al-asal adalah bentuk jamak dari lafaz asil se-wazan dengan lafaz aiman yang merupakan bentuk jamak dari lafaz yamin.
Adapun mengenai makna firman-Nya:
…dengan merendahkan diri dan rasa takut.
Artinya, sebutlah nama Tuhanmu dalam dirimu dengan penuh rasa harap dan takut, yakni dengan suara yang tidak terlalu keras. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
…dan dengan tidak mengeraskan suara.
Untuk itulah maka zikir disunatkan dilakukan bukan dengan ucapan yang keras sekali. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya, “Apakah Tuhan kami dekat, maka kami akan berbicara dengan suara perlahan? Ataukah jauh, maka kami akan berbicara dengannya dengan suara yang keras?” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. (Al Baqarah:186)
Di dalam kitab Sahihain dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a. disebutkan bahwa orang-orang mengeraskan suaranya dalam berdoa ketika mereka sedang melakukan suatu perjalanan. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka:
Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian bukan berdoa kepada Tuhan yang tuli, tidak pula yang gaib. Sesungguhnya Tuhan yang kalian sedang menyeru-Nya Maha Mendengar lagi Mahadekat, Dia lebih dekat kepada seseorang di antara kalian daripada pegangan pelana unta kendaraannya
Barangkali makna yang dimaksud oleh ayat ini seperti pengertian yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu, janganlah pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara keduanya itu.(Al Israa’:110) .
Karena sesungguhnya dahulu orang-orang musyrik apabila mendengar suara Al-Qur’an dibacakan, maka mereka mencacinya, mencaci Tuhan yang menurunkannya, juga mencaci nabi yang menyampaikannya. Maka Allah memerintahkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk tidak mengeraskan bacaan Al-Qur’an, agar orang-orang musyrik tidak mencacinya, jangan pula merendahkan bacaannya dari sahabat-sahabatnya karena mereka tidak dapat mendengarnya, tetapi hendaklah mengambil jalan tengah di antara bacaan keras dan bacaan rendah. Hal yang sama telah dikatakan pula olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya:
…dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
Ibnu Jarir menduga tetapi —sebelumnya telah menduga pula Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam— bahwa makna yang dimaksud oleh ayat ini ialah perintah ditujukan kepada orang yang mendengar bacaan Al-Qur’an agar melakukan zikir dengan sifat yang telah disebutkan dalam ayat. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran serta bertentangan dengan makna insat (mendengar dengan penuh perhatian dan tenang) yang diperintahkan. Kemudian makna yang dimaksud ialah dalam keadaan salat —seperti yang telah disebutkan di atas— atau dalam salat dan khotbah. Dan telah kita maklumi semua bahwa melakukan insat dalam saat seperti itu jauh lebih utama daripada melakukan zikir dengan lisan, baik zikir dengan suara perlahan ataupun suara keras. Pendapat yang dikemukakan oleh keduanya ini tidak layak untuk diikuti, bahkan makna yang dimaksud ayat ini ialah anjuran untuk melakukan banyak zikir bagi hamba-hamba Allah di waktu pagi dan petang hari agar mereka tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai. Karena itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuji para malaikat yang selalu bertasbih sepanjang malam dan siang hari tanpa hentinya. Hal ini diungkapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah. (Al , hingga akhir ayat.
(205) Dzikir kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ bisa dengan hati, bisa dengan lisan, bisa dengan keduanya, dan ia adalah bentuk dzikir yang paling sempurna. Allah memerintahkan hamba dan RasulNya Muhammad dan orang-orang yang mengikutinya agar mengingat Allah pada dirinya, yakni dengan ikhlas dan dalam keadaan sendiri, تَضَرُّعًا “dengan merendahkan hati”, dengan lisanmu, mengulang-ulang macam-macam dzikir, وَّخِيْفَةً “dan rasa takut”, di dalam hatimu, di mana kamu takut kepada Allah, hatimu khawatir dan cemas terha-dap amalmu yang mungkin tidak diterima. Bukti rasa takut terse-but adalah kesungguhan dan keseriusan dalam menyempurnakan, memperbaiki dan mengikhlaskan amal. وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ “Dan dengan tidak mengeraskan suara.” Yakni ambillah jalan tengah. Janganlah kamu mengeraskan doamu dan jangan pula menyamarkannya, dan carilah jalan tengah di antara itu. بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ “Di waktu pagi dan petang.” Dua waktu ini memiliki keistimewaan dan keutamaan untuk berdzikir kepada Allah. وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” Yaitu orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah menjadikan mereka melupakan diri mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang yang diharamkan untuk mendapat-kan kebaikan dunia dan akhirat. Mereka berpaling dari Dzat di mana kebahagiaan dan keberuntungan didapat dengan mengingatNya dan beribadah kepadaNya, dan justru menghadap kepada sesuatu di mana kerugian dan kesengsaraan adalah karena menyibukkan diri dengannya.
Ini termasuk adab yang semestinya dijaga oleh seorang hamba dengan sebaik-baiknya, yaitu memperbanyak dzikrullah di siang dan malam hari, khususnya di awal dan akhir siang, dengan ikhlas, khusyu’, merendahkan diri, menundukkan diri, tenang, hati dan lisannya saling mendukung dengan penuh adab, ketenangan, dan berkonsentrasi kepada doa dan dzikir, serta hati yang fokus kepa-danya, dan tidak lalai darinya, karena Allah tidak menerima doa dari hati yang kosong lagi lalai.
Dan ingatlah tuhanmu dengan sungguh-sungguh hingga keagungan dan kebesaran-Nya hadir dalam hatimu ketika membaca dan mendengar Al-Qur’an atau berzikir, dengan rendah hati dan rasa takut. Kamu akan merasakan kehadiran, kedekatan dan rasa takut pada-Nya. Lakukan itu dengan tidak mengeraskan suara. Tidak perlu kamu bersuara keras atau terlalu lemah. Lakukanlah zikir itu pada waktu pagi dan petang, agar kamu memulai dan mengakhiri harimu dengan mengingat Allah. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah, tidak mengingat Allah di setiap saat. Jangan enggan berzikir mengingat Allah dan jangan pula enggan membaca serta mempelajari petunjuk-petunjuk Al-Qur’an, karena sesungguhnya mereka yang ada di sisi tuhanmu, yakni para malaikat dan juga hamba-hamba Allah, tidak sesaat pun merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka terus-menerus bertasbih menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan hanya kepada-Nya semata mereka bersujud, maka tirulah mereka. Ayat ini adalah salah satu ayat sajdah yang disunahkan kita bersujud setelah membacanya atau mendengarnya baik di dalam salat maupun di luar salat. Sujud ini dinamakan sujud tilawah.
Al-A’raf Ayat 205 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-A’raf Ayat 205, Makna Al-A’raf Ayat 205, Terjemahan Tafsir Al-A’raf Ayat 205, Al-A’raf Ayat 205 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-A’raf Ayat 205
Tafsir Surat Al-A’raf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)