{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 9.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ ﴿٩﴾
iż tastagīṡụna rabbakum fastajāba lakum annī mumiddukum bi`alfim minal-malā`ikati murdifīn
QS. Al-Anfal [8] : 9
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
Ingatlah kalian akan karunia Allah saat Perang Badar, ketika kalian memohon pertolongan untuk mengalahkan musuh-musuh kalian, kemudian Allah mengabulkan permohonan kalian dan berfirman: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan untuk kalian berupa seribu malaikat dari langit yang datang berturut-turut.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Nuh Qirad, telah menceritakan kepada kami Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sammak Al-Hanafi Abu Zamit, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa ketika Perang Badar Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memandang kepada semua sahabatnya yang saat itu berjumlah tiga ratus orang lebih. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga memandang kepada pasukan kaum musyrik, ternyata jumlah mereka seribu orang lebih. Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghadapkan dirinya ke arah kiblat —saat itu beliau memakai kain selendang dan kain sarungnya— lalu berdoa: Ya Allah tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika golongan kaum muslim ini binasa, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selama-lamanya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terus-menerus memohon pertolongan kepada Tuhannya dan berdoa kepada-Nya sehingga kain selendangnya terlepas dari pundaknya. Lalu Abu Bakar datang menghampirinya dan memungut kain selendangnya, kemudian disandangkan di tempatnya, dan Abu Bakar tetap berdiri di belakangnya. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonanmu kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan menunaikan apa yang telah dijanjikanNya kepadamu.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
(Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian, “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
Maka setelah terjadi pertempuran di antara kedua pasukan, dan Allah mengalahkan pasukan kaum musyrik—sehingga tujuh puluh orang dari mereka gugur, sedangkan tujuh puluh orang lainnya tertawan— lalu Rasulullah bermusyawarah dengan Abu Bakar, Umar, dan Ali. Abu Bakar mengatakan, “Wahai Rasulullah, mereka adalah saudara-saudara sepupu, satu famili dan teman-teman. Sesungguhnya saya berpendapat sebaiknya engkau memungut tebusan dari mereka, sehingga hasilnya akan menjadi kekuatan bagi kita guna menghadapi orang-orang kafir. Dan mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada mereka, sehingga pada akhirnya mereka akan menjadi pendukung bagi perjuangan kita.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya.” Bagaimanakah menurut pendapatmu, hai Ibnu Khattab?” Umar menjawab, “Demi Allah, saya mempunyai pendapat yang berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Abu Bakar tadi. Saya berpendapat bahwa sebaiknya engkau memberikan izin kepadaku terhadap si Fulan (salah seorang kerabatnya yang tertawan), lalu saya akan memenggal lehernya. Engkau mengizinkan pula kepada Ali terhadap Uqail, lalu Ali memenggal lehernya. Dan engkau memberi izin pula kepada Hamzah terhadap si Fulan, saudaranya, lalu Hamzah memenggal lehernya. Sehingga Allah mengetahui dengan nyata bahwa hati kita tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang musyrik, mereka adalah para pendekar, pemimpin, dan panglimanya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lebih menyukai pendapat yang diutarakan oleh Abu Bakar dan tidak menyukai pendapat yang dikemukakan Umar. Karena itu, maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memungut tebusan dari mereka. Kemudian pada keesokan harinya Umar menghadap kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sedang ditemani Abu Bakar, saat itu keduanya sedang menangis. Lalu Umar bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau dan temanmu menangis? Jika saya dapat menangis, maka saya ikut menangis, dan jika saya tidak dapat menemukan penyebabnya, maka saya akan pura-pura menangis karena tangisan kamu berdua.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Saya menangis karena usulan yang telah diutarakan oleh temanmu yang menyarankan untuk menerima tebusan. Sesungguhnya telah ditampakkan kepadaku azab yang akan menimpa kalian dalam jarak yang lebih dekat daripada pohon ini,” seraya mengisyaratkan ke arah sebuah pohon yang dekat dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. (Al Anfaal:67) Sampai dengan firman-Nya: Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kalian ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik (Al Anfaal:69), Sejak saat itu dihalalkan bagi kaum muslim memakan ganimah (harta rampasan perang). Kemudian ketika terjadi Perang Uhud, yaitu pada tahun berikutnya, pasukan kaum muslim mendapat siksaan akibat dari apa yang telah mereka lakukan dalam Perang Badar, yaitu karena mereka menerima tebusan. Sehingga yang gugur dari kalangan kaum muslim dalam Perang Uhud adalah tujuh puluh orang. Sahabat-sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lari meninggalkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehingga gigi geraham beliau ada yang rontok, topi besi yang dikenakan di kepalanya pecah, dan darah mengalir dari wajahnya. Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan Badar) kalian berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah.”Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri.” Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (Ali-Imran: 165), Yakni sebagai akibat dari perbuatan kalian sendiri yang mau menerima tebusan tawanan perang.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Ikrimah ibnu Ammar Al-Yamani dengan lafaz yang sama. Ali Ibnul Madini dan Imam Turmuzi menilainya sahih. Keduanya mengatakan bahwa hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melalui hadis Ikrimah ibnu Ammar Al-Yamani.
Demikian pula menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah dan Al-AuFi, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat yang mulia ini, yaitu: (Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian (Al Anfaal:9) diturunkan berkenaan dengan doa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Hal yang sama telah dikatakan oleh Yazid ibnu Tabi’, As-Saddi, dan Ibnu Juraij.
Abu Bakar ibnu Ayyasy telah meriwayatkan dari Abu Husain, dari Abu Saleh yang mengatakan bahwa ketika Perang Badar. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa memohon kepada Tuhannya dengan doa yang sangat. Lalu Umar ibnul Khattab datang menghampirinya dan berkata, “Wahai Rasulullah, sebagian dari seruanmu itu, demi Allah, benar-benar akan membuat Allah menunaikan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu.”
Imam Bukhari mengatakan di dalam kitab Al-Magazi-nya, yaitu dalam bab firman-Nya: (Ingatlah), ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian. Sampai dengan firman-Nya: …maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.
Bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Mukhariq, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan, ia pernah mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ia telah menyaksikan suatu sikap dari Al-Miqdad ibnul Aswad, sehingga membuatnya lebih menyukai apa yang dilakukan oleh Miqdad daripada sikap yang dilakukannya. Yaitu pada suatu hari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang berdoa untuk kebinasaan orang-orang musyrik, lalu datanglah Al-Miqdad dan mengatakan, “Kami tidak akan mengatakan seperti apa yang pernah dikatakan oleh kaum Nabi Musa, yaitu: pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. (Al Maidah:24). Tetapi kami akan berperang di sebelah kanan dan di sebelah kiri serta di hadapan muka dan di belakangmu.” Dan ia melihat wajah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersinar karena gembira (mendengarnya).
Telah menceritakan pula kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Hausyab, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Khatid Al-Hazza, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang telah menceritakan bahwa ketika Perang Badar Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa: Ya Allah, saya memohon kepada Engkau ketetapan dan janji-Mu. Ya Allah jika Engkau menghendaki, niscaya Engkau tidak akan disembah. Lalu Abu Bakar memegang tangan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ seraya berkata, “Cukuplah.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar (dari kemah kecilnya) seraya membacakan firman-Nya: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al Qamar:45)
Imam Nasai meriwayatkannya dari Bandar, dari Abdul Wahhab, dari Abdul Majid As-Saqafi.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.
Artinya, sebagian dari mereka datang sesudah sebagian yang lainnya secara berturut-turut. Demikian pula menurut Harun ibnu Hubairah, dari Ibnu Abbas, bahwa murdifin artinya berturut-turut. Tetapi dapat pula ditakwilkan bahwa makna murdifin iatah sebagat pertolongan buat kalian. Seperti apa yang dikatakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa murdifin artinya bantuan taktis, sebagaimana engkau katakan kepada seseorang, ‘Tambahkanlah kepadanya bantuan sebanyak sekian dan sekian.”
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ibnu Kasir Al-Qari’, dan Ibnu Zaid, bahwa murdifin artinya bala bantuan.
Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. (Al Anfaal:9) Bahwa di belakang setiap malaikat ada malaikat lagi. Menurut riwayat lain masih dalam sanad ini juga, murdifin artinya sebagian dari mereka datang sesudah sebagian yang lainnya. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Zabyan, Ad-Dahhak, dan Qatadah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Muhammad Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Imran, dari. Ar-Rab’i, dari Abul Huwairis, dari Muhammad ibnu Jubair, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Jibril turun bersama seribu malaikat disebelah kanan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang padanya terdapat Abu Bakar, sedangkan Mikail turun bersama seribu malaikat lainnya di sebelah kiri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Saat itu aku (Ali) berada di sebelah kirinya. Riwayat ini jika sanadnya sahih membuktikan bahwa jumlah seribu malaikat diiringi dengan seribu malaikat lainnya. Karena itulah sebagian ulama ada yang membacanya murdafin, dengan huruf dal yang di-fathah-kan.
Pendapat yang terkenal ialah yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan sebagai berikut: Allah memberikan bantuan kepada Nabi-Nya dan kaum mukmin dengan seribu malaikat. Malaikat Jibril turun bersama lima ratus malaikat di sebelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, dan Malaikat Mikail turun bersama lima ratus malaikat lainnya di sebelah lain dari sisi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Imam Abu Ja’far ibnu Jarir dan Imam Muslim telah meriwayatkan melalui hadis Ikrimah ibnu Ammar, dari Abu Zamil Sammak ibnu Walid Al-Hanafi, dari Ibnu Abbas, dari Umar, hadis yang telah disebutkan di atas. Kemudian Abu Zamil mengatakan, Ibnu Abbas telah menceritakan kepadaku bahwa ketika seorang lelaki dari pasukan kaum muslim sedang bertempur sengit melawan salah seorang pasukan kaum musyrik yang ada di hadapannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan cambuk di atas kepalanya dan suara penunggang kuda seraya berkata, “Majulah, Haizum!” Tiba-tiba lelaki muslim itu melihat lelaki musyrik yang ada di hadapannya jatuh terjungkal dan mati dalam keadaan telentang. Kemudian lelaki muslim itu memandangnya, ternyata lelaki musyrik itu telah hangus, sedangkan wajahnya terbelah seperti bekas pukulan cambuk, maka hal tersebut membuat seluruh pasukan kaum muslim bersemangat. Seorang lelaki dari kalangan Ansar datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menceritakan peristiwa tersebut. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Engkau benar, itu adalah bantuan dari langit yang ketiga.” Pada hari itu telah terbunuh dari kalangan pasukan kaum musyrik sebanyak tujuh puluh orang, sedangkan tujuh puluh orang lainnya tertawan.
Imam Bukhari dalam Bab “Kesaksian para Malaikat dalam Perang Badar” mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Yahya ibnu Sa’id, dari Mu’az ibnu Rifa’ah ibnu Rafi* Az-Zuraqi Ar-Rizqi, dari ayahnya, sedangkan ayahnya adalah salah seorang yang ikut dalam Perang Badar. Ayahnya menceritakan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Apakah yang telah engkau persiapkan guna menghadapi Perang Badar?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Pasukan yang terdiri atas kaum muslim yang paling pilihan,” atau kalimat yang serupa. Jibril berkata, “Demikian pula malaikat yang ikut dalam Perang Badar.”
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari secara munfarid.
Imam Tabrani telah meriwayatkannya di dalam kitab Al-Mu’jamul Kabir melalui hadis Rafi’ ibnu Khadij, tetapi keliru, yang benar adalah riwayat Imam Bukhari.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Umar ketika Umar meminta pendapat darinya tentang niat Umar yang hendak membunuh Hatib ibnu Abu Balta’ah:
Sesungguhnya dia adalah orang yang telah ikut dalam Perang Badar, Tahukah kamu apakah yang bakal diperlihatkan oleh Allah untuk ahli Perang Badar? Allah berfirman, “Berbuatlah sesuka kalian, sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan bagi kalian.”
(9) Yakni ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu hampir bertemu dengan musuhmu, kamu memohon pertolongan dan kemenangan kepada Rabbmu, فَاسْتَجَابَ لَكُمْ “lalu diperkenankanNya bagimu.” Allah menolongmu dengan beberapa perkara, di antaranya adalah bahwa Allah menghadirkan bala bantuan kepa-damu, بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ “dengan seribu malaikat yang datang ber-turut-turut.” Yakni sebagian datang dengan disusul oleh yang lain.
Begitulah kemenangan diraih oleh umat islam berkat pertolongan Allah. Kemenangan dalam peperangan itu melibatkan para malaikat. Para sahabat yang terlibat dalam perang tersebut diperintah; ingatlah ketika kamu nabi Muhammad memohon pertolongan kepada tuhanmu dengan diamini pasukan kaum muslim, supaya menganugerahkan kemenangan dalam perang badar, lalu diperkenankan-Nya bagimu seraya menyampaikan kepada seluruh anggota pasukan kaum muslim melalui dirimu bahwa, sungguh, aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut untuk mendukung dan terlibat perang bersama kamu. Meski berita keterlibatan malaikat sangat menggembirakan, tetapi jangan menduga bantuan pasukan malaikat itu adalah sebab kemenangan. Dan tidaklah Allah menjadikannya, yakni pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira berupa kemenangan bagi kamu kaum muslim agar hatimu menjadi tenteram karenanya dan terus maju. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, bukan dari kekuatan pasukanmu dan atau bantuan malaikat. Kemenangan hanya diraih dengan restu dan kehendak Allah. Sungguh, Allah mahaperkasa, tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun, mahabijaksana, dalam menetapkan segala urusan sebagaimana mestinya sesuai dengan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu
Al-Anfal Ayat 9 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 9, Makna Al-Anfal Ayat 9, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 9, Al-Anfal Ayat 9 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 9
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)