{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 22.
۞ إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ ﴿٢٢﴾
inna syarrad-dawābbi ‘indallāhiṣ-ṣummul-bukmullażīna lā ya’qilụn
QS. Al-Anfal [8] : 22
Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti.
Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk di muka bumi di sisi Allah adalah orang yang tuli yang tertutup telinganya dari mendengarkan kebenaran, dan orang bisu yang tidak pernah berbicara kebenaran. Mereka itulah orang-orang yang tidak pernah mencerna perintah maupun larangan Allah.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan bahwa manusia jenis ini merupakan makhluk yang paling buruk, dan kedudukannya sama dengan binatang. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang tuli.
Yakni tidak mau mendengarkan perkara yang hak.
…dan bisu.
yaitu tidak mau memahaminya (diam seribu bahasa). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
…yang tidak mengerti apa pun.
Mereka adalah seburuk-buruk makhluk, karena sesungguhnya semua makhluk selain mereka taat kepada Allah menuruti apa yang mereka diciptakan untuknya. Sedangkan mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, tetapi mereka ingkar kepada-Nya. Karena itulah mereka diserupakan dengan binatang, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. (Al Baqarah:171), hingga akhir ayat.
Dalam ayat lainnya lagi disebutkan:
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al A’raf:179)
Menurut pendapat lainnya lagi, yang dimaksud dengan mereka yang disebutkan dalam ayat ini ialah segolongan orang dari kalangan Bani Abdud Dar, suatu puak dari kabilah Quraisy. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang munafik.
Menurut kami, dalam hal ini tidak ada bedanya antara kaum musyrik dan orang-orang kafir serta orang-orang munafik, karena masing-masing dari mereka tidak mempunyai pemahaman yang benar dan tidak mempunyai tujuan beramal saleh.
(22) Allah berfirman, اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ “Sesungguhnya bina-tang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah.” Yakni orang-orang yang peringatan dan ayat-ayat Allah tidak berguna bagi me-reka, dan mereka الصُّمُّ “ialah orang-orang yang tuli”, dari mendengar kebenaran, الْبُكْمُ “dan bisu”, dari menyuarakan kebenaran, الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ “yang tidak mengerti apa-apa,” yang bermanfaat bagi mereka dan terpengaruh oleh apa yang merugikan mereka. Mereka itu lebih buruk di sisi Allah daripada binatang yang buruk, karena Allah telah memberi mereka pendengaran, penglihatan, dan hati agar digunakan dalam ketaatan kepadaNya, tetapi mereka meng-gunakannya untuk bermaksiat kepadaNya. Dengan itu mereka kehilangan banyak kebaikan. Mereka berada di ujung jalan yang membawa mereka untuk menjadi makhluk mulia, tetapi mereka menolak jalan itu dan mereka malah memilih menjadi manusia yang buruk. Pendengaran yang dinafikan oleh Allah dari mereka adalah pendengaran yang berpengaruh kepada hati. Adapun pendengaran yang merupakan hujjah, maka ia telah tegak atas mereka dengan ayat-ayatNya yang mereka dengar.
Ayat ini secara tidak langsung menyindir orang-orang yang mendengar tuntunan agama tetapi enggan mengamalkannya, yaitu dengan mengingatkan bahwa sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk, termasuk manusia, dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli, sehingga tidak dapat mendengar tuntunan dan memahami kebenaran, dan bisu sehingga tidak dapat berbicara, yaitu orang-orang yang tidak mengerti. Mereka memang tidak mau mendengar, mengatakan, dan memikirkan yang benar. Masih berkaitan dengan mereka yang tidak mendengar dan tidak menggunakan akalnya, ayat ini menegaskan sekiranya Allah berkehendak mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali, bahwa ada keinginan untuk menerima dan mengamalkan kebaikan pada mereka, tentu dia jadikan mereka dapat mendengar sehingga memperoleh hidayah. Pengandaian dalam ayat ini bukan berarti Allah tidak tahu, tetapi Allah mahatahu bahwa pada mereka tidak ada kebaikan. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan memahamai kebenaran, niscaya mereka akan tetap meninggalkan juga apa yang mereka dengar itu, dan mereka dalam keadaan memalingkan diri dari kebenaran, sebab mereka telah dikuasai hawa nafsu.
Al-Anfal Ayat 22 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 22, Makna Al-Anfal Ayat 22, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 22, Al-Anfal Ayat 22 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 22
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)