{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 24.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ﴿٢٤﴾
yā ayyuhallażīna āmanustajībụ lillāhi wa lir-rasụli iżā da’ākum limā yuḥyīkum, wa’lamū annallāha yaḥụlu bainal-mar`i wa qalbihī wa annahū ilaihi tuḥsyarụn
QS. Al-Anfal [8] : 24
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sallallahu alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul-Nya, sambutlah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila menyeru kalian kepada kebenaran yang memberi kehidupan kepada kalian; karena dengan menyambut seruan itu akan membuat perbaikan bagi kehidupan kalian di dunia dan akhirat. Dan ketahuilah (wahai orang-orang yang beriman) bahwa Allah-lah yang mengatur segala sesuatu dan Mahakuasa untuk membatasi antara manusia dan keinginan hatinya. Dia berhak disambut seruan-Nya apabila menyeru kalian, karena segala sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya. Ketahuilah bahwa kalian akan dikumpulkan pada hari Kiamat dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan amalnya masing-masing.
Imam Bukhari mengatakan bahwa makna istajibu ialah penuhilah, dan limayuhyikum artinya sesuatu yang memperbaiki keadaan kalian.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ishaq, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari khubaib ibnu Abdur Rahman yang mengatakan, “Saya pernah mendengar Hafs ibnu Asim menceritakan hadis berikut dari Abu Sa’d ibnu Al-Ma’la r.a. yang menceritakan bahwa ketika ia sedang salat, tiba-tiba Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lewat dan memanggilnya, tetapi ia tidak memenuhi panggilannya hingga ia menyelesaikan salatnya. Setelah itu barulah datang kepada beliau. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya,’ Apakah gerangan yang menghalang-halangi dirimu untuk datang kepadaku? Bukankah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan’Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (Al Anfaal:24) Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu surat yang paling besar dari Al-Qur’an sebelum aku keluar dari Masjid ini.’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bangkit untuk keluar dari masjid, lalu saya mengingatkan janji beliau itu.” Mu’az mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Khubaib ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah mendengar Hafs ibnu Asim menceritakan hal berikut dari Abu Sa’id, bahwa ada seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan surat yang dimaksud di atas, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Fatihah: 2) hingga akhir surat. Itulah yang dimaksud dengan sab’ul masani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dalam salat).
Demikianlah menurut lafaz yang diketengahkannya berikut huruf-hurufnya tanpa ada yang dikurangi. Pembahasan mengenai hadis ini telah disebutkan dalam tafsir surat Al-Fatihah berikut semua jalur periwayatannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (Al Anfaal:24) Yakni kepada perkara yang hak.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (Al Anfaal:24) Maksudnya kepada Al-Qur’an ini, di dalamnya terkandung keselamatan, kelestarian, dan kehidupan.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (Al Anfaal:24) Di dalam agama Islam terkandung kehidupan bagi mereka yang pada sebelumnya mereka mati karena kekafiran.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ja’far ibnuz Zubair, dari Urwah ibnuz Zubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (Al Anfaal:24) Yakni kepada peperangan yang menyebabkan Allah memenangkan kalian dengan melaluinya, sebelum itu kalian dalam keadaan terhina (kalah). Allah menjadikan kalian kuat karenanya, sebelum itu kalian dalam keadaan lemah. Dan Dia mencegah musuh kalian untuk dapat menyerang kalian, sebelum itu kalian kalah oleh mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah menghalang-halangi orang mukmin dan kekafiran, serta orang kafir dan keimanan. Demikianlah menurut riwayat Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya secara mauquf (hanya sampai pada Ibnu Abbas). Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya. Imam Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan sanad yang marfu’ (sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), tetapi predikatnya tidak sahih, mengingat sanadnya lemah, justru yang berpredikat mauquf-lah yang sahih sanadnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa’id Ikrimah, Ad-Dahhak, Abu Saleh, Atiyyah, Muqatil bin Hayyan, dan As-Saddi.
Menurut riwayat lain, dari Mujahid, sehubungan dengan makna firman-Nya:
…mendinding antara manusia dan hatinya
Maksudnya yaitu hingga Allah meninggalkan (membiarkan)nya sampai dia tidak menyadarinya.
Menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah Allah menghalang-halangi antara seseorang dan hatinya, sehingga ia tidak dapat beriman —tidak pula kafir— kecuali hanya dengan seizin Allah.
Qatadah mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf:16)
Banyak hadis dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menerangkan hal yang selaras dengan pengertian ayat ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ acapkali mengucapkan doa berikut: Wahai (Tuhan) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Anas ibnu Malik melanjutkan kisahnya, “Lalu kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau sampaikan, maka apakah engkau merasa khawatir terhadap iman kami?’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: ‘Ya, sesungguhnya hati manusia itu berada di antara dua jari kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dia membolak-balikkannya’.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam pembahasan mengenai takdir, bagian dari kitab Jami-nya, dari Hannad ibnus Sirri, dari Abu Mu’awiyah Muhammad ibnu Hazim Ad-Darir (tuna netra), dari Al-A’masy yang namanya ialah Sulaiman ibnu Mahran, dari Abu Sufyan yang namanya Talhah ibnu Nafi’, dari Anas, kemudian Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis ini hasan. Telah diriwayatkan pula melalui berbagai perawi yang tidak hanya seorang, semuanya bersumber dari Al-A’masy. Dan sebagian dari mereka telah meriwayatkannya dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Tetapi hadis Abu Sufyan dari Anas lebih sahih sanadnya.
Hadis lain diriwayatkan oleh Abdu ibnu Humaid di dalam kitab Musnad-nya. Dia mengatakan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abu Laila, dari Bilal r.a., bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah berdoa dengan doa berikut: Wahai (Tuhan) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu
Hadis ini jayyid sanadnya, hanya padanya terdapat inqita’. Tetapi sekalipun demikian predikat hadis ini sesuai syarat ahlus sunan, hanya mereka tidak mengetengahkannya.
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Jabir mengatakan, telah menceritakan kepadanya Bisyr ibnu Ubaidillah Al-Hadrami, ia mendengar dari Abu Idris Al-Khaulani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar An-Nuwwas ibnu Sam’an Al-Kilabi r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tidak ada suatu hati pun melainkan berada di antara kedua jari kekuasaan Tuhan Yang Maha Pemurah, Tuhan semesta alam. Jika Dia menghendaki kelurusannya, maka Dia akan meluruskannya, dan jika Dia menghendaki kesesatannya, maka Dia akan menyesatkannya Dan tersebutlah bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ acapkali mengucapkan doa berikut: Wahai (Tuhan) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda pula: Neraca itu berada di tangan kekuasaan Tuhan Yang Maha Pemurah, Dialah Yang merendahkan dan yang mengangkatnya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, lalu disebutkan hal yang semisal.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Ahmad mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Al-Ma’la ibnu Ziyad, dari Al-Hasan, bahwa Siti Aisyah pernah mengatakan bahwa di antara doa-doa yang sering diucapkan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ialah: Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati. tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sering sekali mengucapkan doa ini.” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sesungguhnya kalbu anak Adam itu berada di antara dua jari kekuasaan Allah jika Dia menghendaki kesesatannya (niscaya Dia membuatnya sesat), dan jika Dia menghendaki kelurusannya (niscaya Dia membuatnya lurus)
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepadanya Syahr, ia telah mendengar Ummu Salamah menceritakan bahwa-di antara doa yang sering diucapkan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ialah: Ya Allah Wahai Tuhan Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hati itu dapat dibolak-balikkan?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Ya, tidak sekali-kali Allah menciptakan manusia dari Bani Adam melainkan kalbunya berada di antara dua jari kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Jika Dia menghendaki kelurusannya (tentu Dia meluruskannya), dan jika Dia menghendaki kesesatannya (tentu Dia menyesatkannya). Maka kami memohon kepada Allah Tuhan kami. semoga Dia tidak menyesatkan hati kami sesudah Dia menunjuki kami. DanJkami memohon kepada-Nya semoga Dia menganugerahkan kepada kami dari sisi-Nya rahmat yang luas. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi karunia. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, “Wahai Rasulullah, sudikah kiranya engkau mengajarkan kepadaku suatu doa yang akan kubacakan untuk diriku sendiri?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tentu saja. Ucapkanlah, “Ya Allah, Tuhan Nabi Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, lenyapkanlah kedengkian hatiku, dan lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan selama Engkau membiarkan aku hidup.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepadanya Abu Hani, ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Habli mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya hati Bani Adam itu berada di antara dua jari kekuasaan Tuhan Yang Maha Pemurah seperti halnya satu hati, Dia mengaturnya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa: Ya Allah, Tuhan Yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada Engkau.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara munfarid dari Imam Bukhari. Dan ia meriwayatkannya bersama Imam Nasai melalui hadis Haiwah ibnu Syuraih Al-Misri.
(24) Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan hamba-hambaNya yang ber-iman dengan apa yang menjadi konsekuensi keimanan mereka, yaitu memenuhi seruan Allah dan RasulNya, yakni tunduk kepada perintah keduanya, bersegera melakukannya, dan berdakwah (me-nyeru manusia) kepadaNya, menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulullah, menahan diri dan mencegah darinya. Firman-Nya, اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ “Apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”, adalah suatu sifat yang pasti ada pada semua perkara yang diserukan oleh Allah dan RasulNya sekaligus penjelasan tentang faidah dan hikmahNya, karena kehi-dupan hati dan rohani adalah dengan beribadah kepada Allah, senantiasa menaatiNya dan menaati RasulNya.
Kemudian Allah memperingatkan hamba-hambaNya dari sikap tidak menjawab seruan Allah dan RasulNya. Dia berfirman, وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” Maka janganlah kamu menentang perintah Allah saat pertama kali ia datang kepadamu, karena akibatnya adalah kamu dihalangi darinya jika kamu meng-inginkannya setelah itu, selanjutnya hatimu pun berselisih, karena Allah membatasi antara manusia dengan hatinya. Allah membolak-balik hati sesukaNya, dan memalingkannya kemana yang Dia ingin-kan, maka hendaknya seorang hamba memperbanyak doa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبَ ِثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ، يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبَ صَرَّفْ قَلْبِيْ إِلَى طَاعَتِكَ.
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu. Wahai Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepadaMu.” (Sebagaimana di al-Musnad , 3/112; at-Tirmidzi, no. 2140; Ibnu Majah, no. 3834. Dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Sunnah; karya Ibnu Abi Ashim, no. 225. Dan lafazh,اَللّٰهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Ya Allah, Dzat yang memaling-kan hati, palingkanlah hati kami di atas ketaatan kepadaMu,” dalam riwayat Muslim, no. 2654 dengan sedikit perbedaan)
وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ “Dan sesungguhnya kepadaNya-lah kamu akan dikumpulkan.” Yakni kamu dikumpulkan untuk suatu hari yang tiada keraguan padanya, lalu orang yang baik akan dibalas dengan kebaikannya dan orang jahat akan dibalas dengan kejahatannya.
Pada ayat ke-20 Allah menuntut orang-orang beriman untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya, dan selanjutnya mengecam mereka yang enggan mendengar dan menggunakan akalnya, maka sebagai kesimpulannya Allah meminta orang beriman untuk memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya. Wahai orang-orang yang beriman! penuhilah sebagai bukti keimananmu seruan Allah dan rasul nabi Muhammad, dengan sepenuh hati apabila dia, yakni rasul menyerumu kepada sesuatu ajakan apa pun, karena seruan itu merupakan sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dengan mengerjakan perintah dan menegakkan hukum Allah yang menjamin kehidupan jiwa, raga, pikiran, dan kalbu kalian. Memenuhi seruan itu akan mendatangkan kebaikan dalam hidup di dunia dan akhirat. Dan ketahuilah, dengan penuh keyakinan, bahwa sesungguhnya Allah akan membuat dinding pemisah yang akan membatasi antara manusia dan keinginan hatinya jika mendapat bisikan hawa nafsu, karena dialah yang menguasai seluruh jiwa dan raga manusia. Dan ketahuilah sesungguhnya kepada-Nyalah, tidak kepada lainnya, kamu akan dikumpulkan untuk diminta pertanggungjawaban dan masing-masing akan mendapat balasan yang setimpadan di samping kamu berkewajiban memenuhi panggilan Allah dan rasul-Nya, peliharalah dirimu dari siksaan yang ketika datang sekalikali tidak hanya menimpa secara khusus orang-orang yang zalim saja, yakni yang melanggar dan enggan memperkenankan seruan rasul, di antara kamu, tetapi juga kepada mereka yang membiarkan kemungkaran merajalela. Lindungilah diri kalian dari dosa-dosa besar yang merusak tatanan masyarakat. Jauhilah sikap enggan berjihad di jalan Allah, perpecahan dan rasa malas melaksanakan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Karena, akibat buruk dosa itu akan menimpa semua orang, tidak khusus hanya orang yang berbuat kejahatan saja. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.
Al-Anfal Ayat 24 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 24, Makna Al-Anfal Ayat 24, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 24, Al-Anfal Ayat 24 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 24
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)