{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 26.
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٢٦﴾
ważkurū iż antum qalīlum mustaḍ’afụna fil-arḍi takhāfụna ay yatakhaṭṭafakumun-nāsu fa āwākum wa ayyadakum binaṣrihī wa razaqakum minaṭ-ṭayyibāti la’allakum tasykurụn
QS. Al-Anfal [8] : 26
Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.
Dan ingatlah (wahai orang-orang yang beriman) akan nikmat Allah ketika kalian di Mekkah, saat itu jumlah kalian masih sedikit dan tertindas, kalian takut orang-orang kafir itu menyiksa kalian dengan cepat. Maka Allah menjadikan tempat berlindung bagi kalian, yaitu kota Madinah, Dia menguatkan kalian dengan pertolongan-Nya pada Perang Badar dan memberi makan kalian dari hal-hal yang baik (di antaranya adalah harta rampasan) yang halal agar kalian bersyukur kepada-Nya atas rizki dan nikmat itu.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin terhadap nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dan kebajikan-Nya kepada mereka. Pada awalnya mereka berjumlah minoritas, kemudian Allah menjadikan mereka sebagai golongan mayoritas, dan pada mulanya mereka lemah lagi dalam keadaan dicekam rasa takut, kemudian Allah menguatkan mereka dan menolong mereka. Mereka pun pada mulanya miskin lagi papa, kemudian Allah memberi mereka rezeki dari barang-barang yang baik (halal). Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk bersyukur kepada-Nya, menaati-Nya, dan mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya kepada mereka.
Demikianlah keadaan dan kondisi orang-orang mukmin dalam periode Mekah. Mereka minoritas, dicekam oleh rasa takut, tertindas, dan selalu dibayangi oleh rasa takut diculik oleh orang-orang musyrik dari berbagai kawasan, baik mereka orang musyrik ataupun orang Majusi atau orang Romawi, karena semuanya adalah musuh-musuh mereka. Demikian itu karena jumlah kaum muslim sedikit dan tidak mempunyai kekuatan. Demikianlah keadaan mereka selama itu, hingga Allah mengizinkan mereka untuk hijrah ke Madinah, lalu Allah memberikan tempat tinggal kepada mereka di Madinah, dan menjadikan penduduknya senang kepada mereka, memberikan tempat, dan menolong mereka dalam Perang Badar dan peperangan lainnya. Bahkan penduduk Madinah berbagi harta dengan mereka serta rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Qatadah ibnu Di’amah As-Sudusi rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah). (Al Anfaal:26) Kabilah Arab ini pada mulanya adalah manusia yang paling rendah, kehidupannya melarat, perutnya lapar, dan miskin pakaian serta paling jelas kesesatannya. Orang yang hidup di antara mereka kehidupannya celaka dan melarat, dan orang yang mati dari mereka dijerumuskan ke dalam neraka, mereka dimakan dan tidak mendapat makan. Demi Allah, kami belum pernah mendengar bahwa di masa itu ada penduduk bumi yang lebih buruk kedudukannya daripada mereka. Kemudian hal itu berakhir setelah Allah menurunkan agama Islam kepada mereka. Maka berkat agama Islam itulah Allah menguatkan mereka hingga dipengaruhi di seluruh negeri, dan melalui Islamlah Allah meluaskan rezeki mereka serta menjadikan mereka raja-raja di atas semua manusia. Berkat Islam pula Allah memberikan banyak hal kepada mereka, seperti yang kalian lihat sendiri. Karena itu, bersyukurlah kalian kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya karena sesungguhnya Tuhan kalian Yang memberikan nikmat suka kepada perbuatan bersyukur, dan orang-orang yang bersyukur selalu beroleh tambahan nikmat dari Allah.
(26) Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman menjelaskan nikmatNya kepada hamba-hambaNya dalam bentuk pertolonganNya kepada mereka setelah sebelumnya terhina, memperbanyak mereka setelah sebe-lumnya sedikit, dan mencukupi mereka setelah sebelumnya keku-rangan, وَاذْكُرُوْٓا اِذْ اَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِى الْاَرْضِ “dan ingatlah (hai para mu-hajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Makkah).” Yakni tertindas di bawah hukum orang lain. تَخَافُوْنَ اَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ “Kamu takut orang-orang (Makkah) akan menculik kamu.” Yakni mengambilmu. فَاٰوٰىكُمْ وَاَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ “Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikanNya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberiNya kamu rizki dari yang baik-baik.” Allah menyediakan kota tempat tinggal untukmu, mengalahkan musuh-musuhmu dengan tanganmu, dan kamu dapat merampas harta perang dari mereka yang dengannya kamu berkecukupan. لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ “Agar kamu bersyukur”, kepada Allah atas nikmatNya yang besar dan kebaikanNya yang sempurna, dengan menyembah-Nya tanpa menyekutukanNya dengan sesuatu pun.
Salah satu bentuk bencana yang menimpa semua pihak’yang terlibat langsung dalam dosa atau tidak’adalah kekacauan dalam masyarakat, kegelisahan dan hilangnya rasa aman, serta penindasan. Ketika hukum itu diabaikan, semua orang merasa cemas sebagaimana pernah dialami masyarakat di mekah. Oleh karenanya, mereka diingatkan kembali tentang itu agar dapat mensyukuri nikmat Allah. Dan ingatlah wahai kaum muslim’meski saat ini kamu telah menjadi bangsa yang kuat’ masa-masa ketika kamu para muhajirin masih berjumlah sedikit, lagi tertindas karena satu dan lain sebab di bumi mekah, atau di mana saja di persada bumi ini. Dan kamu dicekam rasa takut orang-orang mekah atau di mana saja yang merupakan musuh-Musuhmu akan menculik kamu satu per satu. Kemudian kamu berhijrah atas perintah Allah ke kota yasrib (madinah) atau ke mana saja yang ditetapkan Allah, maka dia memberi kamu tempat menetap di madinah atau lainnya dan menjadikan kamu kuat dengan pertolongan-Nya, terutama saat terjadi perang badar, dan menganugerahkan kepada kamu rezeki berupa harta rampasan perang dan lainnya yang baik-baik agar kamu bersyukur atas pemberian itu dan terus berjuang demi menjunjung tinggi kalimat yang benar. Bersyukur adalah sebuah keharusan, sebab aneka nikmat tersebut bersumber dari Allah. Tidak bersyukur berarti mengkhianati nikmat tersebut dari pemberinya, karena itu Allah menyatakan, wahai orangorang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati, yakni mengurangi sedikit pun hak Allah sehingga mengkufurinya atau tidak mensyukurinya, dan juga jangan mengkhianati rasul, yakni nabi Muhammad, tetapi penuhilah seruannya, dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu oleh siapa pun, baik amanat itu ada-lah amanat orang lain maupun keluarga; seperti istri dan anak, muslim atau non-Muslim, sedang kamu mengetahui bahwa itu adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara. Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah yang harus dijaga dan dipelihara.
Al-Anfal Ayat 26 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 26, Makna Al-Anfal Ayat 26, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 26, Al-Anfal Ayat 26 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 26
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)