{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 31.
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَـٰذَا ۙ إِنْ هَـٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ ﴿٣١﴾
wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā qālụ qad sami’nā lau nasyā`u laqulnā miṡla hāżā in hāżā illā asāṭīrul-awwalīn
QS. Al-Anfal [8] : 31
Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat seperti ini), jika kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini. (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.”
Dan apabila ayat-ayat Al Qur’an yang mulia itu dibacakan kepada orang-orang kafir, mereka berkata karena kebodohan dan pengingkaran mereka terhadap kebenaran, “Sesungguhnya kami pernah mendengar ayat-ayat seperti ini, kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat mengarang hal yang sama dengan Al Qur’an ini. Al Qur’an yang kamu bacakan kepada kami ini (wahai Rasul) hanyalah kebohongan-kebohongan orang-orang yang telah lalu.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan perihal kekufuran orang-orang Quraisy, kesombongan mereka, pembangkangan mereka, keingkaran mereka, dan seruan mereka kepada kebatilan di saat mendengar ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, sehingga disebutkan di dalam firman-Nya bahwa mereka mengatakan:
Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini.
Demikianlah perkataan mereka yang hanya sekadar perkataan tanpa kenyataan. Karena kalau tidak demikian pengertiannya, niscayalah mereka menantangnya bukan hanya sekali untuk mendatangkan hal yang semisal dengan Al-Qur’an, tetapi mereka tidak menemukan jalan untuk melakukan hal itu. Sesungguhnya ucapan mereka ini hanyalah merupakan pembesar hati mereka sendiri dan untuk memberikan semangat kepada para pengikutnya dalam kebatilan mereka.
Menurut suatu pendapat, orang yang mengatakan demikian adalah An-Nadr ibnul Haris. seperti apa yang telah di-nas-kan oleh riwayat Sa’id ibnu Jubair, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya. Karena sesungguhnya dia telah mengadakan perjalanan menuju negeri Persia. Lalu dia mempelajari kisah raja-raja mereka dari Rustum dan Isfindiyar. Ketika ia kembali, ia menjumpai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah diangkat menjadi rasul oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, sedang membacakan Al-Qur’an kepada semua orang.
Dan tersebutlah bahwa apabila Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meninggalkan suatu majelis, maka An-Nadr ibnul Haris duduk di majelis itu, kemudian ia menceritakan kepada mereka berita tentang raja-raja Persia. Seusai itu ia berkata, “Siapakah yang lebih baik kisahnya, aku ataukah Muhammad?”
Karena itulah ketika Allah menguasakan dirinya ke tangan pasukan kaum muslim dalam perang Badar dan ia menjadi tawanan perang, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar kepalanya dipenggal di hadapan beliau dalam keadaan hidup-hidup, lalu mereka melaksanakan perintah ini.
Orang yang menangkapnya adalah Al-Miqdad ibnul Aswad r.a., seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah. dari Abu Bisyr. dari Sa’id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam Perang Badar telah membunuh Uqbah ibnu Abu Mu’it, Tu’aimah ibnu Addi, dan An-Nadr ibnul Haris dalam keadaan tak berdaya. Tersebutlah bahwa Al-Miqdad adalah orang yang menangkap An-Nadr. Ketika ia diperintahkan untuk membunuhnya, Al-Miqdad berkata, “Wahai Rasulullah, dia adalah tawananku.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya dia telah berani berbuat kurang ajar terhadap Kitabullah.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar An-Nadr dihukum mati. Al-Miqdad kembali berkata, “Wahai Rasulullah, dia adalah tawananku.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa: Ya Allah, berilah kecukupan kepada Al-Miqdad dari karunia-Mu. Maka Al-Miqdad berkata, “Itulah yang saya kehendaki.” Perawi mengatakan, sehubungan dengan peristiwa ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat seperti ini), kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang serupa ini. (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala.” (Al Anfaal:31)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Hasyim dari Abu Bisyr Ja’far ibnu Abu Dahiyyah, dari Sa’id ibnu Jubair, hanya Hasyim menyebutkan Al-Mut’im ibnu Addi sebagai pengganti dari Tu’aimah. Tetapi hal ini keliru, mengingat Al-Mut’im ibnu Addi sudah mati sebelum Perang Badar. Karena itu, seusai Perang Badar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Seandainya Al-Mut’im ibnu Addi masih hidup, lalu ia meminta kepadaku untuk membebaskan tawanan-tawanan itu, niscaya aku akan menyerahkan mereka kepadanya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan demikian karena Al-Mut’im ibnu Addi pernah menjamin keselamatan diri Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pada hari beliau kembali dari Taif.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dongengan-dongengan orang-orang purbakala.
Asatir adalah bentuk jamak dari usturah, yakni diambil dari kitab-kitab orang-orang terdahulu, lalu ia kutip. Dia mempelajarinya, lalu menceritakannya kepada orang-orang. Tuduhan seperti ini adalah dusta yang murni. Tuduhan tersebut diungkapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain yang menceritakan perihal mereka, yaitu melalui firman-Nya:
Dan mereka berkata, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Katakanlah, “Al-Qur’an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Al Furqaan:5-6)
Artinya, kepada orang yang bertobat kepada-Nya dan kembali taat kepada-Nya, maka sesungguhnya Dia menerima tobatnya dan memaafkannya.
(31) Allah berfirman menjelaskan kebengalan orang-orang yang mendustakan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , ﮋ وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami”, yang menunjukkan kebe-naran apa yang dibawa oleh Rasulullah, قَالُوْا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاۤءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هٰذَآ ۙاِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ “mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah men-dengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (al-Qur`an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala’.” Ini termasuk penging-karan dan kezhaliman mereka, padahal sebenarnya Allah telah menantang mereka untuk menghadirkan satu surat yang seperti-nya dan memanggil siapa pun yang mampu selain Allah, namun mereka tidak mampu untuk itu, dan ketidakmampuan mereka ter-bukti. Ucapan yang diucapkan oleh orang ini hanyalah klaim kosong yang didustakan oleh realita. Telah diketahui bahwa Nabi a adalah Ummi, tidak membaca, tidak menulis, tidak pula bepergian untuk mempelajari berita-berita orang-orang terdahulu, lalu beliau hadir dengan Kitab yang mulia ini yang tidak ada kebatilan yang datang di depannya dan tidak pula dari belakangnya, yang turun dari Yang Mahabijak lagi Maha Terpuji.
Begitulah rencana makar mereka terhadap rasulullah, dan masih ada lagi sikap buruk mereka terhadap apa yang diturunkan kepada beliau. Dan perhatikanlah sikap permusuhan yang diperlihatkan oleh orang-orang kafir apabila ayat-ayat kami, yakni ayat-ayat Al-Qur’an, dibacakan atau disampaikan oleh siapa pun kepada mereka. Kebodohan dan keangkuhan mereka yang sangat, mendorong mereka untuk berkata, sesungguhnya kami telah mendengar ayat-ayat seperti ini. Ia biasa biasa saja, tidak memiliki keistimewaan, jika kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan atau membuat yang seperti ini. Yang dibacakan dari ayat-ayat al-qur`an ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu. Mereka bukan hanya melecehkan rasulullah dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, tetapi juga menantang Allah. Dan ingatlah wahai nabi Muhammad, ketika mereka, yakni orang-orang musyrik berkata guna mengelabui orang lain seakan-akan apa yang mereka ucapkan tentang Al-Qur’an memang benar dan sesuai keyakinan mereka, ya Allah, jika Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad ini benar wahyu dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu-batu yang benar-benar turun, atau batu-batu sebanyak hujan dari langit, atau kalau siksa itu bukan berupa batu, maka datangkanlah kepada kami azab yang pedih.
Al-Anfal Ayat 31 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 31, Makna Al-Anfal Ayat 31, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 31, Al-Anfal Ayat 31 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 31
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)