{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 35.
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً ۚ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿٣٥﴾
wa mā kāna ṣalātuhum ‘indal-baiti illā mukā`aw wa taṣdiyah, fa żụqul-‘ażāba bimā kuntum takfurụn
QS. Al-Anfal [8] : 35
Dan shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
Shalat mereka di Masjdil Haram hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab, yaitu terbunuh atau menjadi tawanan pada perang Badar. Itu disebabkan oleh kekufuran dan pengingkaran kalian, serta perbuatan-perbuatan kalian yang hanya berani dilakukan oleh orang-orang kafir yang ingkar atas keesaan Rabb mereka dan risalah nabi mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan perihal apa yang biasa mereka kerjakan di Masjidil Haram dan segala sesuatu yang mereka amalkan. Untuk itu, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan.
Abdullah ibnu Amr, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Abu Raja Al-Utaridi, Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, Hajar ibnu Abbas, Nabit ibnu Syarit, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, semuanya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ‘siulan’. Mujahid menambahkan bahwa mereka memasukkan jari telunjuknya ke mulut mereka.
As-Saddi mengatakan, al-muka artinya siulan, dikatakan demikian karena bunyinya sama dengan suara burung muka, sejenis burung yang berbulu putih dari tanah Hijaz.
Mengenai makna tasdiyah, Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Khallad Sulaiman ibnu KhalEad, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, telah menceritakan kepada kami Ya’qub (yakni Ibnu Abdullah A1-Asy’ari), telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnul Mugirah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan.
Dahulu orang-orang Quraisy melakukan tawafnya di sekitar Baitullah dalam keadaan telanjang bulat seraya bersiul dan bertepuk tangan. Al-muka artinya bersiul, sedangkan tasdiyah artinya bertepuk tangan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, telah diriwayatkan pula dari Ibnu Umar, Mujahid, Muhammad ibnu Ka’b, Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, Hajar ibnu Unais, dan Ibnu Abza.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Qurrah, dari Atiyyah, dari Ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan.
Al-muka artinya siulan, sedangkan tasdiyah artinya tepuk tangan. Qurrah mengatakan, Atiyyah memperagakan kepada kami sikap yang dilakukan oleh Ibnu Umar (ketika mengetengahkan hadis ini), Ibnu Umar bersiul dan memiringkan pipinya, lalu bertepuk tangan. Dari Ibnu Umar pula disebutkan bahwa mereka (orang-orang Jahiliyah) meletakkan pipi mereka ke tanah, lalu bertepuk tangan dan bersiul. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim di dalam tafsirnya berikut sanadnya dari Ibnu Umar.
Ikrimah mengatakan, “Dahulu mereka melakukan tawaf di Baitullah pada sisi kirinya.” Mujahid mengatakan bahwa sesungguhnya mereka sengaja melakukan demikian untuk mengganggu salat yang dilakukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Menurut Az-Zuhri, mereka melakukan demikian dengan maksud mengejek kaum mukmin.
Dari Sa’id ibnu Jubair dan Abdur Rahman ibnu Zaid disebutkan sehubungan dengan makna lafaz tasdiyah bahwa makna yang dimaksud ialah menghalang-halangi manusia dari jalan Allah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.
Ad-Dahhak, Ibnu Juraij, dan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa hal itu merupakan musibah yang menimpa mereka dalam Perang Badar, banyak dari kalangan mereka yang mati dan tertawan. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, tiada selainnya yang meriwayatkan hal ini.
Ibnu Abu Hattm mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Majih, dari Mujahid yang mengatakan bahwa azab yang menimpa orang-orang yang kafir adalah dengan pedang, sedangkan yang menimpa para pendusta ialah dengan pekikan dan gempa bumi.
(35) Yakni, bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ hanya menjadikan Baitul Haram agar agamaNya ditegakkan padanya dan diikhlaskan ibadah untuk-Nya di dalamnya. Orang-orang Mukminlah yang dapat menegakkan perkara ini. Adapun orang-orang musyrik yang menghalang-halangi manusia darinya, maka shalat mereka padanya –yang merupakan ibadah terbesar– اِلَّا مُكَاۤءً وَّتَصْدِيَةًۗ “tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan,” kelakuan orang-orang bodoh lagi dungu, orang-orang yang di dalam hati mereka tidak terdapat sedikit pun peng-agungan kepada Rabbnya tidak pula mengetahui hak-hakNya, tidak pula penghormatan terhadap belahan bumi paling mulia dan paling utama. Jika shalat mereka padanya adalah demikian, lalu bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain? Dengan alasan apa mereka merasa lebih berhak terhadap Baitullah daripada orang-orang Mukmin, yang shalat mereka padanya adalah shalat yang khusyu’, orang-orang yang berpaling dari perkara-perkara yang tidak berguna… dan sifat-sifat terpuji lainnya serta perbuatan-perbuatan baik yang dijelaskan oleh Allah, tidak aneh kalau Allah mewariskan Baitullah al-Haram kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai pengua-sanya. Setelah Allah menjadikan mereka sebagai penguasanya, Dia berfirman kepada orang-orang yang beriman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَا ۚ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah: 28).
Dan di sini Dia berfirman, فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ “Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”
Salah satu bukti ketidaklayakan mereka mengelola masjidilharam adalah seperti diuraikan pada ayat ini. Dan apa yang mereka anggap sebagai salat mereka yang seharusnya dilakukan dengan dengan penuh khusyuk, ketulusan, dan penghormatan kepada Allah, apalagi itu dilakukan di sekitar baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka kelak ketika azab telah jatuh, dikatakan kepada mereka, rasakanlah azab disebabkan sejak dahulu hingga kini kamu terus-menerus melakukan kekufuran. Terimalah kematian kamu di medan perang, agar kesyirikan itu menjauh dari masjidilharam, dan kematian itu tidak lain akibat kekufuran kamu. Demikianlah, perbuatan buruk mereka akan sia-sia dan berbuah azab. Demikian pula harta mereka akan sia-sia seperti dijelaskan pada ayat ini. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, yang mengingkari ayatayat dan menyekutukan Allah, bertekad untuk terus-menerus menginfakkan harta mereka dengan tujuan untuk menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkan harta itu, kemudian setelah beberapa lama apa yang mereka lakukan itu menjadi sebab penyesalan bagi mereka, penyesalan yang sangat besar karena mereka hilang dan tujuan mereka tidak tercapai, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Harta itu akan musnah dan sia-sia, sebab mereka tidak akan mampu menghalangi orang dari jalan Allah, dan semua itu hanya akan melahirkan penyesalan dan rasa sakit. Mereka akan dikalahkan dalam perang dan kelak ke dalam neraka jahanamlah orang-orang kafir itu, yang tetap atau bertambah kekufurannya, akan dikumpulkan, selama mereka masih mempertahankan kekufuran.
Al-Anfal Ayat 35 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 35, Makna Al-Anfal Ayat 35, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 35, Al-Anfal Ayat 35 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 35
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)