{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 49.
إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَـٰؤُلَاءِ دِينُهُمْ ۗ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٤٩﴾
iż yaqụlul-munāfiqụna wallażīna fī qulụbihim maraḍun garra hā`ulā`i dīnuhum, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa innallāha ‘azīzun ḥakīm
QS. Al-Anfal [8] : 49
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang mukmin) ditipu agamanya.” (Allah berfirman), “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Dan ingatlah, tatkala orang-orang yang penuh keraguan, orang munafik, dan orang yang hatinya diliputi penyakit berkata ketika melihat sedikitnya jumlah pasukan muslimin dan banyaknya jumlah pasukan kafir, “Orang-orang mukmin itu telah ditipu agama mereka. Sehingga mereka mendatangi tempat kematian ini.” Mereka (orang-orang munafik) tidak mengetahui bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan orang yang bertawakkal kepada-Nya dan percaya terhadap janji-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, juga Mahabijaksana dalam penciptaan-Nya dan mengurus ciptaan-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata.”Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ketika kedua belah pihak telah berdekatan satu sama lainnya, maka Allah menjadikan bilangan pasukan kaum muslim berjumlah sedikit menurut pandangan mata pasukan kaum musyrik, dan jumlah pasukan kaum musyrik kelihatan sedikit di mata pasukan muslim. Maka pasukan kaum musyrik mengatakan, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.” Sesungguhnya pasukan kaum musyrik mengatakan demikian tiada lain karena mereka melihat jumlah pasukan kaum muslim yang sedikit, sehingga mereka menduga bahwa dirinya pasti dapat mengalahkan pasukan kaum muslim, tanpa diragukan lagi. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Barang siapa yang tawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Qatadah mengatakan bahwa pasukan kaum musyrik melihat segolongan dari pasukan kaum muslim memaksakan dirinya menjalankan perintah Allah. Dan diceritakan kepada kami bahwa Abu Jahal —musuh Allah— tatkala berhadapan dengan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan para sahabatnya berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan disembah lagi sesudah hari ini.” Ungkapan ini dikatakannya dengan kekerasan hati dan kecongkakannya.
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata.
Mereka adalah dari kalangan orang-orang munafik di Mekah, mereka mengucapkan kata-kata tersebut dalam Perang Badar.
Amir Asy-Sya’bi mengatakan bahwa segolongan orang dari kalangan penduduk Mekah yang mengakui dirinya Islam, tetapi saat Perang Badar tiba mereka memihak kepada pasukan kaum musyrik dan bergabung dengan mereka. Ketika mereka melihat jumlah pasukan kaum muslim sedikit, maka mereka mengatakan, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”
Segolongan orang dari kalangan pasukan kaum musyrik antara lain adalah Qais ibnul Walid ibnul Mugirah, Abu Qais ibnul Fakih ibnul Mugirah, Al-Haris ibnu Zam’ah ibnul Aswad ibnul Muttalib, Ali ibnu Umayyah ibnu Khalaf dan Al-As ibnu Munabbih ibnul Hajjaj, semuanya dari kalangan Quraisy. Mereka keluar dari Mekah bersama pasukan kaum musyrik, sedangkan hati mereka dalam keadaan ragu-ragu, akhirnya keragu-raguan itu menahan diri mereka. Ketika mereka melihat jumlah sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sedikit, maka mereka berkata, “Mereka itu ditipu oleh agamanya, hingga dengan kekuatan yang sedikit itu mereka nekat juga datang ke medan perang, padahal jumlah musuh mereka banyak.” Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnul Ishaq ibnu Yasar.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Ma’mar dari Al Hasan sehubungan dengan ayat ini, bahwa mereka yang mengatakan demikian adalah suatu kaum yang tidak ikut dalam Perang Badar. Maka mereka dinamakan sebagai orang-orang munafik.
Ma’mar mengatakan bahwa sebagian di antara mereka terdapat suatu kaum yang mengakui Islam ketika mereka berada di Mekah, lalu mereka bergabung dengan pasukan kaum musyrik dalam Perang Badar. Ketika mereka melihat jumlah pasukan kaum muslim yang sedikit, mereka berkata, “Mereka itu ditipu oleh agamanya.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Barang siapa yang tawakal kepada Allah.
Yakni berserah diri kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam usahanya.
…maka sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Artinya, tidak akan terlantar orang yang berlindung dan berserah diri kepada-Nya, karena sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahateguh, Mahabesar kekuasaan-Nya, lagi Allah Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya, tidak sekali-kali Dia meletakkan sesuatu kecuali pada tempatnya. Karena itu, Dia akan menolong orang-orang yang berhak mendapat kemenangan dan akan menghinakan orang-orang yang berhak untuk mendapat kekalahan.
“(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya ber-kata,” yakni keraguan dan syubhat dari orang-orang yang lemah iman terhadap orang-orang yang beriman ketika mereka pergi berperang dengan jumlah minim melawan orang-orang musyrik dengan jum-lah yang besar, غَرَّ هَؤُلَاءِ دِينُهُمْ “Mereka itu (orang-orang Mukmin) ditipu oleh agamanya.” Yakni agama yang mereka anut menggiring mereka ke medan perang ini yang mana mereka tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memenangkannya. Orang-orang munafik itu mengatakannya untuk melecehkan orang-orang Mukmin dan meng-hina akal mereka padahal justru orang-orang munafik itulah –demi Allah– orang-orang yang bodoh akal dan pikirannya. Karena ke-imanan akan mewajibkan pemiliknya maju menghadapi perkara-perkara besar yang tidak dihadapi oleh pasukan-pasukan besar karena seorang Mukmin yang bertawakal kepada Allah yang me-ngetahui bahwa tidak ada daya, kekuatan, dan kemampuan bagi siapa pun kecuali dengan pertolongan Allah, dan seandainya selu-ruh makhluk bersepakat untuk memberi manfaat sedikit saja kepada seseorang, niscaya mereka tidak mampu melakukannya, begitu pula jika mereka bersepakat untuk memudaratkannya niscaya mereka tidak mampu memudaratkannya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tulis atasnya, dan dia mengetahui bahwa dia di atas kebena-ran, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla Mahabijaksana lagi Maha Penyayang dalam semua takdir dan keputusanNya, maka dia tidak akan peduli de-ngan kekuatan dan jumlah yang dia hadapi, dia percaya diri kepada Rabbnya, tenang tanpa rasa takut dan cemas. Oleh karena itu Allah berfirman, فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ “Barangsiapa yang tawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Mahabijaksa-na.” Tak ada kekuatan yang dapat mengalahkannya, حكيم “lagi Mahabijaksana”, dalam keputusanNya.
Kaum munafik senantiasa menghina kaum mukmin yang tetap berangkat perang meski jumlah lawan jauh lebih banyak. Ingatlah, ketika orang-orang munafik di madinah dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, yakni orang-orang islam yang belum mantap keimanannya sehingga tidak ikut hijrah ke madinah, berkata, ketika menyaksikan jumlah pasukan mukmin sangat sedikit dibanding jumlah pasukan ka-um musyrik, mereka itu, orang-orang mukmin, ditipu oleh agamanya dengan tetap berperang. Mereka mengira hanya dengan bekal iman dan takwa akan memperoleh kemenangan. Katakanlah, wahai rasul, barang siapa bertawakal kepada Allah dengan disertai usaha yang sung-guh-sungguh, maka ketahuilah bahwa Allah akan membela bahkan mem-berinya kemenangan, sebab Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana. Ayat sebelumnya menjelaskan sikap angkuh kaum musyrik dalam perang badar, pada satu sisi, dan sikap orang-orang munafik yang berusaha melemahkan mental kaum mukmin sebelum berperang, pada sisi yang lain. Ayat ini menginformasikan kondisi mereka pada saat menghadapi maut. Sekiranya kamu melihat kaum musyrik dan munafik pada perang badar pasti akan memunculkan kengerian, yaitu ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka, yakni mereka dibantai oleh kaum mukmin di medan perang; dan dikatakan kepada mereka, rasakanlah oleh kalian siksa neraka yang membakar di akhirat kelak.
Al-Anfal Ayat 49 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 49, Makna Al-Anfal Ayat 49, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 49, Al-Anfal Ayat 49 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 49
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)