{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 25.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ ﴿٢٥﴾
laqad naṣarakumullāhu fī mawāṭina kaṡīratiw wa yauma ḥunainin iż a’jabatkum kaṡratukum fa lam tugni ‘angkum syai`aw wa ḍāqat ‘alaikumul-arḍu bimā raḥubat ṡumma wallaitum mudbirīn
QS. At-Taubah [9] : 25
Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.
Sesungguhnya Allah telah menurunkan pertolongan kepada kalian pada banyak peperangan, yaitu ketika kalian melakukan usaha dan bertawakal kepada Allah. Dan pada hari perang Hunain, kalian berkata, “Kami tidak akan kalah pada peperangan ini karena jumlah mereka hanya sedikit.” Akan tetapi, banyaknya jumlah kalian tidak bermanfaat dan kalian tertipu dengan itu. Terlihat musuh itu oleh kalian dan kalian tidak menemukan tempat berlindung di bumi yang luas ini, kemudian kalian pun akhirnya melarikan diri dengan tercerai-berai.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat ini merupakan ayat pertama dari surat Bara’ah yang diturunkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Di dalamnya disebutkan kemurahan dan kebajikan Allah yang dilimpahkan kepada kaum mukmin, Dia telah menolong mereka di berbagai medan pertempuran mereka bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Pertolongan itu datangnya dari sisi Allah dan merupakan bantuan dari-Nya yang sudah ditakdirkan oleh-Nya. Dan kemenangan itu bukanlah karena banyaknya bilangan mereka, bukan pula karena perlengkapan senjata mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengingatkan bahwa kemenangan itu datang dari sisiNya, tanpa memandang apakah jumlah pasukan itu banyak atau sedikit. Di saat Perang Hunain, kaum muslim merasa kagum dengan jumlah mereka yang banyak. Tetapi sekalipun demikian, jumlah yang banyak itu tidak memberikan manfaat apa pun bagi mereka, karena pada akhirnya mereka lari mundur, kecuali sebagian kecil dari mereka yang tetap bertahan dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kemudian Allah menurunkan pertolongan dan bantuan-Nya kepada Rasul-Nya dan kaum mukmin yang bersamanya, kisahnya akan kami jelaskan kemudian. Hal tersebut merupakan pemberitahuan dari Allah kepada mereka, bahwa kemenangan itu hanyalah dari sisi-Nya semata dan berkat pertolongan dan bantuan-Nya, sekalipun jumlah pasukan sedikit, karena sesungguhnya berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan seizin Allah, dan Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar Yunus bercerita, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Sebaik-baik sahabat ada empat orang, sebaik-baik sariyyah (pasukan khusus) ada empat ratus, sebaik-baik bala tentara adalah berjumlah empat ribu orang, dan empat ribu tidak akan dapat mengalahkan dua belas ribu karena jumlahnya yang sedikit.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib jiddan, tidak ada seorang pun yang meng-isnad-kannya selain Jarir ibnu Hazim. Sesungguhnya dia meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hanyalah secara mursal. Ibnu Majah dan Imam Baihaqi serta lain-lainnya telah meriwayatkan pula hal yang semisal dari Aksarh ibnul Jun, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Perang Hunain terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah ,yaitu pada bulan Syawwal tahun delapan Hijriah. Setelah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selesai dari membuka kota Mekah dan membenahi urusannya serta mayoritas penduduknya telah masuk Islam, lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membebaskan mereka. Maka setelah itu sampailah berita kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bahwa orang-orang Hawazin telah mempersiapkan bala tentara untuk memeranginya di bawah pimpinan amir mereka (yaitu Malik ibnu Auf An-Nadri) dengan dibantu oleh semua orang Saqif. Bani Jusym. Bani Sa’d ibnu Bakr, dan beberapa puak dari Bani Hilal yang jumlahnya tidak banyak, serta sejumlah orang dari kalangan Bani Amr ibnu Amri dan Aun Ibnu Amir.
Mereka datang membawa kaum wanita, anak-anaknya, dan semua ternak kambing serta ternak lainnya milik mereka, mereka datang dengan segala sesuatunya tanpa ada yang ketinggalan.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat untuk menghadapi mereka dengan pasukannya yang terdiri atas orang-orang yang ikut bersamanya dalam membuka kota Mekah. Jumlah mereka terdiri atas sepuluh ribu orang personel dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Ansar serta kabilah-kabilah Arab lainnya. Dan ikut bergabung dengan pasukan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ orang-orang yang telah masuk Islam dari kalangan penduduk Mekah yang disebut sebagai kaum Tulaqa (orang-orang yang dibebaskan), mereka berjumlah dua ribu orang.
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membawa mereka menuju daerah musuh. Akhirnya mereka bersua di Lembah Hunain, yaitu sebuah lembah yang terletak di antara Mekah dan Taif. Pertempuran terjadi di lembah itu pada pagi-pagi benar, yaitu di saat pagi buta (hitam).
Mereka menuruni lembah itu. sedangkan orang-orang Hawazin telah memasang perangkap buat pasukan kaum muslim. Ketika kedua pasukan saling berhadapan, maka pasukan kaum muslim merasa terkejut karena mereka dibokong secara mendadak. Musuh melempari mereka dengan anak-anak panahnya, dan mereka menghunus pedangnya masing-masing, lalu secara beramai-ramai menyerang pasukan kaum muslim, sesuai dengan perintah raja mereka.
Menghadapi serangan dari dua arah itu pasukan kaum muslim terpukul mundur, lalu mereka lari, seperti yang disebutkan oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tadi. Sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri tetap bertahan seraya mengendarai hewan bagalnya yang berwarna merah, dan beliau maju terus menuju jantung pertahanan musuh. Paman Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (yaitu Al-Abbas) memegang kendalinya di sebelah kanan, sedangkan yang memegang kendali di sebelah kirinya adalah Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul Muttalib. Keduanya sedikit mengekang tali begal Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ agar jalannya tidak terlalu cepat. Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyebutkan namanya sendiri seraya menyerukan kepada pasukan kaum muslim untuk kembali ke medan perang. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Hai hamba-hamba Allah, kemarilah kepadaku. Hai hamba-hamba Allah, kembalilah kepadaku. Aku adalah utusan Allah.
Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda pula:
Aku adalah seorang nabi yang tidak pernah dusta, aku adalah anak Abdul Muttalib (yakni seorang pemberani).
Ikut bertahan bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sejumlah orang dari kalangan sahabat-sahabatnya yang jumlahnya kurang lebih seratus orang, tetapi ada yang mengatakan delapan puluh orang. Di antaranya ialah Abu Bakar, Umar, Al-Abbas, Ali, Al-Fadl ibnu Abbas, Abu Sufyan ibnul Haris, Aiman ibnu Ummu Aiman, Usamah ibnu Zaid, dan sahabat-sahabat lainnya, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan pamannya (yaitu Al-Abbas) yang terkenal mempunyai suara yang keras untuk menyerukan kata-kata. ‘Hai orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon.” dengan sekeras suaranya. Pohon tersebut adalah pohon tempat Baiat Ridwan dilaksanakan. Kaum muslim dari kalangan Muhajirin dan Ansar berbaiat kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di tempat itu, bahwa mereka tidak akan lari meninggalkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam keadaan apa pun.
Maka Al-Abbas menyeru mereka dengan kata-kata, “Hai As-habus Samrah” Adakalanya pula ia menyerukan, “Hai orang-orang yang memiliki surat Al-Baqarah!” Maka kaum muslim menjawabnya dengan ucapan, “Labbaika, ya labbaika.”
Pasukan kaum muslim berbalik dan bergabung dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehingga seorang lelaki yang untanya menolak berbalik turun dari untanya dan memakai baju besinya, lalu melepaskan untanya dan bergabung dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Setelah sejumlah pasukan dari kalangan kaum muslim bergabung dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau memerintahkan untuk mulai membalas serangan dengan sungguh-sungguh. Lalu beliau mengambil segenggam pasir setelah berdoa kepada Tuhannya dan meminta pertolongan kepada-Nya, lalu beliau bersabda,
Ya Allah, tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku.
Kemudian beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melempar pasukan kaum musyrik dengan pasir itu. Maka tidak ada seorang pun dari pasukan musuh melainkan kedua mata dan mulutnya terkena pasir itu yang membuatnya sibuk dengan keadaan dirinya sehingga lupa kepada peperangan yang dihadapinya. Akhirnya mereka terpukul mundur, dan kaum muslim mengejar mereka dari belakang seraya membunuh dan menawan mereka. Sehingga ketika seluruh pasukan kaum muslim telah bergabung, mereka melihat para tawanan telah digelarkan di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan. telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ya” la ibnu Ata, dari Ubaidillah ibnu Yasar, dari Abu Hammam, dari Abu Abdur Rahman Al-Fihri yang namanya adalah Yazid ibnu Usaid, menurut pendapat lain namanya adalah Yazid ibnu Unais. sedangkan menurut pendapat lainnya lagi adalah Kurz. Dia mengatakan.”Ketika aku bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam Perang Hunain, pasukan kaum muslim berangkat di hari yang sangat terik dan panas. Lalu kami (pasukan kaum muslim) turun istirahat di bawah naungan pepohonan. Setelah matahari bergeser dari pertengahan langit, aku memakai baju besi dan menaiki kuda kendaraanku. Maka aku berangkat menuju kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu berada di dalam kemah kecilnya, lalu aku berucap, ‘Assalamu ‘a’laika wahai Rasulullah, warahmatullahi wabarakatuh, telah tiba masa keberangkatan.’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, ‘Benar.’ Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Hai Bilal.’ Maka bangkitlah Bilal dengan cepat dari bawah sebuah pohon samurah yang naungannya seakan-akan seperti sarang burung. Bilal berkata, ‘Labbaika wasa daika, diriku menjadi tebusanmu.’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda.”Pelanailah kudaku!’ Maka Bilal mengeluarkan sebuah pelana yang terbuat dari anyaman serat yang tampak sederhana, tidak mewah Setelah pelana dipasang. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Menaiki kudanya kamipun menaiki kendaraan kami. Kami berhadapan dengan musuh pada petang hari dan malam harinya. Pasukan berkuda masing-masing pasukan berhadapan dan bertempur. Ternyata pasukan kaum muslim terpukul mundur, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya: kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. (At Taubah:25) Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berseru: Hai hamba-hamba Allah, aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya! Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berseru pula: Hai golongan orang-orang Muhajirin, aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ turun dari kudanya dan mengambil segenggam pasir. Telah menceritakan kepadaku (perawi) orang yang berada lebih dekat kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ daripada aku, bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melempar wajah mereka (musuh) dengan pasir itu seraya bersabda: Semoga wajah-wajah itu kemasukan pasir. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengalahkan mereka.”
Ya’la ibnu Ata mengatakan, telah menceritakan kepadaku anak-anak orang-orang Hawazin dari bapak-bapak mereka, bahwa mereka mengatakan, “Tidak ada seorang pun dari kami melainkan kedua mata dan mulutnya dipenuhi pasir, dan kami mendengar suara gemerencing bel antara langit dan bumi seperti suara besi yang dipukulkan kepada lonceng besi.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Al-Baihaqi di dalam kitab Daldilun Nubuwwah melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Abdur Rahman ibnu Jabir, dari ayahnya (yaitu Jabir ibnu Abdullah) yang mengatakan bahwa Malik ibnu Auf keluar bersama para pengikutnya menuju Lembah Hunain, hingga ia mendahului kedatangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di tempat itu. Kemudian mereka mempersiapkan diri dan berjaga-jaga di semua jalan yang sempit dan seluruh kawasan lembah itu. Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan pasukannya tiba, mereka datang menyerang bagaikan air bah dari atas lembah di suasana pagi hari yang masih gelap. Manakala pasukan musuh datang menyerang, kuda-kuda yang dinaiki oleh pasukan kaum muslim mogok, sehingga menghambat mereka (yang berjalan kaki). Maka pasukan kaum muslim terpukul, mundur, tidak ada seorang pun yang berhadapan dengan musuhnya. Sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tersisihkan ke sebelah kanan seraya bersabda: Hai manusia, kemarilah kalian kepadaku, aku adalah utusan Allah, aku adalah utusan Allah, aku adalah Muhammad ibnu Abdullah. Tetapi suaranya tenggelam ke dalam suara hiruk pikuk, dan keadaan unta-unta kendaraan saat itu sangat kacau. Ketika melihat situasi yang dialami oleh pasukannya itu, maka beliau bersabda: Hai Abbas, serukanlah, “Hai golongan Ansar, hai orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon samurah!” Setelah kalimat itu diserukan, maka mereka menjawab, “Labbaika, labbaika.” Maka salah seorang dari mereka membelokkan (membalik kan) unta kendaraannya, tetapi ia tidak mampu melakukannya. Lalu ia memakai baju besinya, mengambil pedang serta busur panahnya (dan turun dari untanya), lalu berjalan menuju arah suara seruan itu, akhirnya bergabung dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebanyak seratus orang dari kalangan pasukan kaum muslim, dan mereka maju menghadang musuh. Maka terjadilah pertempuran yang seru. Seruan itu pada mulanya ditujukan kepada semua orang Ansar. kemudian secara khusus ditujukan kepada orang-orang Khazraj, karena mereka dikenal sebagai orang-orang yang teguh dan sabar dalam peperangan. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang dengan mengendarai hewan kendaraannya seraya memandang kepada medan pertempuran, lalu beliau bersabda: Sekarang pertempuran berlangsung sangat sengit.
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa tidaklah semua pasukan kaum muslim bergabung dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melainkan para tawanan telah dihadapkan di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Allah membunuh sebagian dari pasukan musuh yang telah ditakdirkan-Nya harus terbunuh, sedangkan yang lainnya lari meninggalkan medan perang. Dan Allah memberikan harta rampasan dari harta benda dan anak-anak mereka kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Di dalam kitab Sahihain melalui hadis Syu’bah, dari Abu Ishaq. dari Al-Barra ibnu Azib r.a. disebutkan bahwa seorang lelaki bertanya kepadanya, “Wahai Abu Imarah, apakah engkau lari meninggalkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam Perang Hunain?” Al-Barra ibnu Azib menjawab, “Tetapi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak lari.”
Al-Barra melanjutkan kisahnya, “Sesungguhnya orang-orang Hawazin itu (musuh) adalah suatu kaum yang dikenal ahli dalam memanah. Ketika kami berhadapan dengan mereka dan menyerang mereka, maka mereka terpukul mundur. Maka pasukan kaum muslim menjarah harta rampasan, tetapi pasukan musuh menghadang kami dengan panah-panah mereka: akhirnya pasukan kaum muslim terpukul mundur. Dan sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW bersama Abu Sufyan Ibnul Haris yang memegang tali kendali begal yang dikendarainya, sedangkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengucapkan: ‘Aku adalah nabi. tidak pernah dusta, aku adalah anak Abdul Muttalib’.”
Menurut kami, dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan keberanian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang terperikan. Dalam situasi seperti itu —di mana pertempuran sedang sengitnya— pasukan beliau telah mundur dan lari meninggalkan dirinya. Tetapi beliau tetap berada di atas begal kendaraannya, padahal kendaraan begal tidak cepat larinya dan tidak layak untuk lari atau untuk menyerang, tidak layak pula untuk melarikan diri. Sekalipun demikian, beliau memacunya menuju arah jantung musuh seraya mengisyaratkan nama dirinya, agar orang yang tidak mengenalnya menjadi kenal kepadanya, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya sampai hari pembalasan. Sikap seperti itu tiada lain hanyalah karena percaya kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya, bahwa Allah pasti akan menolongnya dan akan menyempurnakan risalah yang diembannya, serta pasti meninggikan agama-Nya di atas semua agama lain. Karena itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla memberi nikmat kepada hamba-hambaNya yang beriman dengan memberikan kemenangan di banyak peperangan, hingga pada perang Hunain di mana kaum Muslimin menghadapi tekanan kuat sehingga mereka berlari dan mundur yang membuat bumi yang luas itu seolah-olah menjadi sempit, hal itu ketika Nabi a menaklukkan Makkah, Nabi mendengar bahwa Hawazin ber-sekutu untuk memerangi beliau, maka Nabi mendatangi mereka dengan sahabat-sahabat yang ikut berpartisipasi pada Fathu Makkah ditambah orang-orang Makkah yang dimaafkan oleh beliau dan masuk Islam, mereka semua berjumlah dua belas ribu orang, se-dangkan orang-orang musyrik hanyalah empat ribu orang, sehingga sebagian kaum Muslimin terperdaya oleh jumlah mereka yang be-sar, sebagian dari mereka berkata, “Hari ini kita tidak akan mungkin dikalahkan oleh yang sedikit.” Manakala mereka bertemu dengan pasukan Hawazin, me-reka menyerang kaum Muslimin secara serempak, sehingga kaum Muslimin terpukul mundur tanpa mempedulikan yang lain, yang tersisa bersama Rasulullah hanyalah sekitar seratus orang yang teguh bersamanya. Mereka ini berperang melawan orang-orang musyrik, Nabi sendiri memacu untanya ke barisan musuh sambil berkata,
أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِب، أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِب.
“Akulah Nabi tiada dusta, akulah Ibnu Abdil Muththalib.”
Manakala Nabi melihat kondisi kaum Muslimin, beliau me-minta Abbas bin Abdul Muththalib untuk menyeru orang-orang Anshar dan kaum Muslimin yang lain, “Wahai Ashhabus Samurah, wahai ahli surat al-Baqarah.” Manakala kaum Muslimin mendengar suaranya, mereka kembali dengan serempak dan berperang me-lawan kaum musyrikin, maka Allah mengalahkan kaum musyrikin dengan kekalahan yang sangat telak dan kaum Muslimin pun me-nguasai negeri, wanita-wanita dan harta mereka. Yaitu Firman Allah ‘Azza wa Jalla, لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang Mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain.” Ia adalah nama tempat yang terletak di antara Makkah dan Thaif, yang terjadi padanya perang tersebut. إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا “Yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun.” Yakni jumlahmu yang banyak maupun sedikit, sama sekali tidak bisa membantumu. وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ “Dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu”, karena kesedihan dan duka yang di-sebabkan oleh kekalahan kalian itu, padahal الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ “bumi yang luas”, maksudnya, padahal tanah (tempat kalian berpijak) begitu lapang dan luas. ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ “Kemudian kamu lari ke belakang de-ngan bercerai berai”, maksudnya, lari terdesak kalah.
Ayat yang lalu menegaskan tentang larangan menjadikan orangorang kafir sebagai waliy yang biasanya disebabkan oleh kecintaan berlebihan kepada hal-hal duniawi sehingga iman menjadi tidak kukuh, maka ayat ini menunjukkan bukti nyata betapa kekuatan duniawi tidak lantas menjadikan umat mukmin memperoleh kemenangan. Sungguh, Allah telah menolong kamu, wahai kaum mukminin, di banyak medan perang ketika kamu lemah dan musuhmu kuat, dan ingatlah perang hunain, ketika itu jumlahmu yang besar telah membanggakan kamu, sebab kamu merasa tidak akan bisa dikalahan, sehingga kamu terlena, namun ternyata jumlah yang banyak itu sama sekali tidak berguna bagimu, sebab kenyataannya kamu dapat dikalahkan; dan akibat serangan musuh yang mendadak dan bertubi-tubi itu menjadikan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian serangan itu juga menjadikan kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang meninggalkan rasulullah dan sahabat-sahabat yang masih setia mendampingi beliau. Pada perang hunain, mulanya kaum muslim mengalami kekalahan, namun kemudian atas rahmat Allah, dia menurunkan ketenangan berupa keimanan yang tulus dan kukuh, kepada rasul-Nya dan kepada orangorang yang beriman, sehingga mereka mampu mengatasi masalah yang sangat berat saat itu, dan dia menguatkan pasukan kaum mukmin yang tersisa itu dengan menurunkan bala tentara dari para malaikat yang tidak terlihat olehmu; dan sebagai hukuman, dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir melalui penawanan, pembunuhan, perampasan perang, dan lain-lain. Itulah balasan bagi orang-orang kafir yang menutupnutupi kebenaran ilahi dan bahkan menentangnya.
At-Taubah Ayat 25 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 25, Makna At-Taubah Ayat 25, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 25, At-Taubah Ayat 25 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 25
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)