{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 30.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
wa qālatil-yahụdu ‘uzairunibnullāhi wa qālatin-naṣāral-masīḥubnullāh, żālika qauluhum bi`afwāhihim, yuḍāhi`ụna qaulallażīna kafarụ ming qabl, qātalahumullāh, annā yu`fakụn
QS. At-Taubah [9] : 30
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?
Orang Yahudi telah menyekutukan Allah dengan menyangka bahwa Uzair putra Allah, dan begitu pula orang Nasrani dengan menyatakan bahwa Al Masih adalah putra Allah. Ini adalah pernyataan yang dibuat-buat oleh mereka sendiri, mereka malah meniru perkataan orang-orang musyrik terdahulu. Allah akan memerangi seluruh orang yang menyekutukan-Nya dan melaknat mereka. Bagaimana bisa mereka berpaling dari yang hak kepada yang batil?
Allah menganjurkan kepada kaum mukmin untuk memerangi orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab —yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani— karena mereka telah mengucapkan perkataan yang sangat keji itu dan membuat kedustaan terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa sesungguhnya Uzair itu adalah putra Allah. Mahatinggi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
As-Saddi dan lain-lainnya menuturkan bahwa kekeliruan yang terjadi di kalangan mereka dalam hal tersebut bermula di saat kaum Amaliqah mengalahkan kaum Bani Israil, lalu kaum Amaliqah membunuh ulama mereka dan menahan para pemimpin mereka. Uzair selamat dan ia menangisi nasib kaum Bani Israil dan lenyapnya ilmu dari mereka, sehingga bulu matanya rontok.
Pada suatu hari ia melewati sebuah padang sahara, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sebuah kuburan seraya berkata, “Aduhai pemberi makan, aduhai pemberi pakaian.” Maka Uzair berkata kepada wanita itu, “Celakalah kamu, siapakah yang memberimu makan sebelum orang yang telah mati ini?” Wanita menjawab, “Allah” Uzair berkata, “Sesungguhnya Allah Mahahidup. Tidak akan mati
Wanita itu balik bertanya, “Hai Uzair, siapakah yang mengajar ulama sebelum Bani Israil?” Uzair menjawab.”Allah.” Wanita itu balik bertanya, “Maka mengapa engkau tangisi kepergian mereka?”
Uzair sadar bahwa hal ini merupakan nasihat bagi dirinya. Kemudian dikatakan kepada Uzair, “Pergilah kamu ke sungai anu. lalu mandilah padanya serta salatlah dua rakaat. Maka sesungguhnya kamu akan bersua dengan seseorang yang sudah tua di sana, dan makanan apa saja yang diberikannya kepadamu, makanlah makanan itu.”
Uzair berangkat dan melakukan semua yang diperintahkan kepadanya. Tiba-tiba ia bersua dengan seseorang yang sudah tua, lalu orang tua itu berkata kepadanya, “Bukalah mulutmu!”‘ Maka Uzair membuka mulutnya, dan orang tua itu memasukkan sesuatu yang bentuknya seperti bara api yang besar sebanyak tiga kali ke dalam mulut Uzair. Sesudah itu Uzair kembali dalam keadaan sebagai orang yang paling alim mengenai isi kitab Taurat.
Uzair berkata (kepada kaumnya), “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.” Mereka menjawab,’ “Hai Uzair, engkau bukanlah seorang pendusta.” Lalu Uzair mengambil sebuah pena dan mengikatkannya ke salah satu jari tangannya, kemudian mulai menulis seluruh isi kitab Taurat dengan pena itu. Setelah orang-orang Bani Israil pulang dari peperangan melawan musuhnya, para ulama mereka ikut pulang pula, lalu mereka diberi tahu perihal Uzair. Maka mereka mengeluarkan salinan kitab Taurat yang mereka simpan di bukit, lalu menyamakannya dengan hasil tulisan Uzair. Ternyata mereka menjumpai apa yang ditulis oleh Uzair benar, sama dengan salinan Taurat yang ada pada mereka. Maka sebagian orang-orang yang bodoh dari kalangan Bani Israil mengatakan, “Sesungguhnya dia mampu berbuat demikian tiada lain karena dia putra Allah.”
Adapun mengenai kesesatan orang-orang Nasrani mengenai Al-Masih sudah jelas. Karena itulah maka Allah membantah kedustaan kedua golongan itu melalui firman-Nya:
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka.
Artinya tidak ada sandarannya bagi mereka dalam apa yang mereka dakwakan itu kecuali hanya semata-mata buat-buatan dan kebohongan mereka sendiri.
…mereka meniru-niru.
Yakni menjiplak.
…perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Yaitu umat-umat sebelum mereka yang sesat. Akhirnya mereka sesat seperti umat-umat terdahulu yang sesat.
Dilaknati Allah-lah mereka.
Menurut Ibnu Abbas, makna ayat ini ialah ‘semoga Allah melaknati mereka’.
…bagaimana mereka sampai berpaling?
Maksudnya, bagaimana mereka sampai sesat dari jalan yang benar, padahal jalan yang hak sudah jelas, dan mengapa mereka bisa cenderung kepada yang batil?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam.
Imam Ahmad, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Addi ibnu Hatim r.a. yang menceritakan:
bahwa ketika sampai kepadanya dakwah dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ia lari ke negeri Syam. Sejak zaman Jahiliah ia telah masuk agama Nasrani, kemudian saudara perempuannya ditahan bersama sejumlah orang dari kaumnya. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menganugerahkan kebebasan kepada saudara perempuan Addi ibnu Hatim dan memberinya hadiah. Saudara perempuan Addi ibnu Hatim kembali kepada saudara lelakinya dan menganjurkannya untuk masuk Islam dan menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Akhirnya Addi datang ke Madinah. Dia adalah pemimpin kaumnya, yaitu kabilah Tayyi’, dan ayahnya (yaitu Hatim At-Tai’) terkenal dengan kedermawanannya. Maka orang-orang Madinah ramai membicarakan kedatangan Addi ibnu Hatim. Addi masuk menemui Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sedangkan pada leher Addi tergantung salib yang terbuat dari perak. Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang membacakan firman-Nya:
Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.
Addi melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawab, “Sesungguhnya mereka tidak menyembahnya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tidak, sesungguhnya mereka mengharamkan hal yang halal bagi para pengikutnya dan menghalalkan hal yang haram bagi mereka, lalu mereka mengikutinya, yang demikian itulah ibadah mereka kepada orang-orang alim dan rahib-rahib mereka. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hai Addi, bagaimanakah pendapatmu. Apakah membahayakan bila dikatakan Allah Mahabesar? Apakah kamu mengetahui sesuatu yang lebih besar daripada Allah bila Allah menimpakan bahaya kepadamu? Apakah membahayakanmu bila dikatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah? Apakah kamu mengetahui ada Tuhan selain Allah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengajaknya masuk Islam. Akhirnya Addi masuk Islam dan mengucapkan syahadat yang benar. Addi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ia melihat wajah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersinar ceria, lalu bersabda: Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu dimurkai dan orang-orang Nasrani itu orang-orang yang sesat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Huzaifah ibnul Yaman, Abdullah ibnu Abbas, dan lain-lainnya sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.
Bahwa sesungguhnya mereka mengikuti ulama dan rahibnya dalam semua yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh mereka.
As-Saddi mengatakan, “Mereka meminta saran dari orang-orang alim mereka, sedangkan Kitabullah mereka lemparkan di belakang punggungnya.”
Manakala Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan memerangi Ahli Kitab, Dia menyebutkan dari ucapan mereka yang buruk, yang dapat mendorong orang-orang Mukmin yang mempunyai kecem-buruan membela Rabb dan agamaNya, untuk memerangi mereka dengan sungguh-sungguh dan mengeluarkan segala daya untuk itu, Dia berfirman, وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ “Orang-orang Yahudi ber-kata, ‘Uzair itu putra Allah’.” Meskipun ini bukanlah pendapat ma-yoritas mereka, akan tetapi ia diucapkan sekelompok dari mereka. Ini menunjukkan bahwa pada diri orang-orang Yahudi terdapat ke-jahatan dan kebusukan yang membuat mereka mengatakan ucapan yang merupakan kelancangan terhadap Allah dan pelecehan ter-hadap keagungan dan kebesaranNya. Dikatakan bahwa penyebab klaim mereka bahwa Uzair adalah putra Allah adalah manakala para raja menguasai Bani Israil dan mencerai beraikan mereka de-ngan buruk dan membunuh para pembawa Taurat, mereka men-dapati Uzair menghafal Taurat atau menghafal mayoritas darinya, maka Uzair mendiktekan Taurat kepada mereka dari hafalannya dan mereka menulisnya, lalu mereka menganggapnya dengan anggapan yang buruk tersebut. Dan orang-orang Nasrani berkata Isa, ابْنُ اللَّهِ “Putra Allah.” Allah berfirman, ذَلِكَ “Demikian itulah”, ucapan yang mereka ucapkan بِأَفْوَاهِهِمْ “dengan mulut mereka”, tanpa berpijak kepada bukti dan dalil, dan barangsiapa tidak peduli dengan apa yang diucapkan, maka tidak heran kalau dia mengucapkan apa pun, karena tidak ada akal dan agama yang mengerem ucapannya. Oleh karena itu Dia berfirman, يُضَاهِئُونَ “Mereka meniru”, yakni menye-rupai dengan ucapan mereka itu قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ “perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” Yakni ucapan orang-orang musyrik bahwa malaikat adalah anak wanita Allah, hati mereka serupa maka ucapan mereka pun sama-sama batilnya. قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ “Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” Ba-gaimana mereka berpaling dari kebenaran murni dan sangat jelas kepada ucapan yang telah nyata kebatilannya.
Ayat ini menerangkan sesatnya akidah ahli kitab. Dan orangorang yahudi berkata, uzair putra Allah, dan orang-orang nasrani berkata, al-masih putra Allah. Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka tanpa didasarkan pada dalil yang benar. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu, seperti perkataan musyrik mekkah bahwa malaikat adalah anak perempuan tuhan. Akibat ucapan dan keyakinan mereka yang sesat itulah Allah melaknat mereka. Memang, sungguh mengherankan bagaimana mung-kin mereka sampai berpaling dari agama yang benar, yaitu agama tau-hid, padahal para rasul telah datang kepada mereka silih berganti un-tuk menjelaskan tentang hal itu, juga dikuatkan dengan bukti-bukti rasional tentang keesaan Allah tersebut’ tidak saja sesat akidah, mereka juga menjadikan orang-orang alim yahudi, dan rahib-rahibnya nasrani sebagai tuhan selain Allah, yaitu dengan mematuhi ajaran orang-orang alim dan para rahib itu dengan membabi buta, sekalipun mereka menyuruh berbuat maksiat, mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram, dan kaum nasrani juga menjadikan al-masih putra maryam sebagai tuhan; padahal mereka hanya disuruh menyembah tuhan yang maha esa; tidak ada tuhan selain dia. Mahasuci dia dari apa yang mereka persekutukan, baik menyangkut penyembahan, penciptaan, dan sifat-sifat-Nya.
At-Taubah Ayat 30 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 30, Makna At-Taubah Ayat 30, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 30, At-Taubah Ayat 30 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 30
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)