{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 79.
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٧٩﴾
allażīna yalmizụnal-muṭṭawwi’īna minal-mu`minīna fiṣ-ṣadaqāti wallażīna lā yajidụna illā juhdahum fa yaskharụna min-hum, sakhirallāhu min-hum wa lahum ‘ażābun alīm
QS. At-Taubah [9] : 79
(Orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih.
Orang-orang munafik itu selain kikir, mereka juga selalu berusaha menyakiti orang-orang yang hendak bersedekah. Apabila orang kaya bersedekah dengan harta yang banyak, mereka mencelanya dan menganggap mereka riya. Dan apabila orang fakir yang bersedekah menurut kemampuannya, mereka mengejeknya sambil berkata: Apa yang bisa diharapkan dari sedekahmu itu? Sesungguhnya Allah akan membalas penghinaan orang-orang munafik itu, dan untuk mereka siksa yang sangat pedih dan hina.
Apa yang disebutkan oleh ayat ini pun merupakan sebagian dari sifat orang-orang munafik. Tidak ada seorang pun yang luput dari celaan dan cemoohan mereka dalam semua keadaan, hingga orang-orang yang taat bersedakah pun tidak luput dari cercaan mereka. Jika ada seseorang dari mereka yang taat datang dengan membawa zakat yang banyak, maka orang-orang munafik mengatakan, “Ini pamer.” Jika seseorang datang dengan membawa zakat yang sedikit jumlahnya, maka mereka berkata, “Sesungguhnya Allah Mahakaya dari sedekah orang ini.”
Imam Bukhari telah meriwayatkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abun Nu’man Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sulaiman, dari Abu Wail, dari Abu Mas’ud r.a. yang mengatakan, “Ketika ayat mengenai zakat diturunkan, kami sedang mencari nafkah sebagai pengangkut barang (tukang pikul) pada punggung kami. Lalu datanglah seorang lelaki menyerahkan sedekahnya dalam jumlah yang banyak, maka mereka (orang-orang munafik) berkata, ‘Orang ini pamer.’ Kemudian datang pula lelaki lain menyedekahkan satu sa’ makanan (yakni jumlah sedikit), maka mereka berkata, ‘Sesungguhnya Allah Mahakaya dari sedekah orang ini.’ Lalu turunlah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela para pemberi zakat yang sukarela., hingga akhir ayat’.”
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula di dalam kitab Sahih-nya melalui hadis Syu’bah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid Al- Jariri, dari Abus Salili yang mengatakan, “Ada seorang lelaki berdiri di tengah majelis kami di Baqi’, lalu ia berkata bahwa telah menceritakan kepadanya ayahnya atau pamannya, bahwa ia telah melihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Baqi’ ini mengucapkan sabdanya: ‘Barang siapa yang mengeluarkan suatu sedekah, maka aku akan membelanya karena sedekahnya itu kelak di hari kiamat’.” Perawi melanjutkan kisahnya, “Lalu aku melepaskan sebagian dari kain serbanku sekali atau dua kali lipatan dengan maksud akan menyedekahkannya. Tiba-tiba aku mengalami sesuatu yang biasa dialami oleh orang lain (pusing kepaia). maka aku mengikatkan kembali kain serbanku. Lalu aku melihat seorang lelaki yang belum pernah aku melihat seseorang di Baqi’ ini yang lebih hitam kulitnya, lebih kecil tubuhnya, dan lebih jelek tampangnya daripada lelaki itu. Ia datang dengan membawa seekor unta yang digiringnya, aku belum pernah melihat seekor unta di Baqi’ ini yang lebih bagus daripada untanya. Lalu lelaki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah zakat?’ Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, ‘Ya.’ Lelaki itu berkata.”Silakan ambil unta ini’.” Perawi melanjutkan kisahnya, “Lalu ada seorang lelaki (munafik) berkata, ‘Orang ini menyedekahkan unta itu. Demi Allah, unta itu lebih baik daripadanya.’ Perkataannya itu terdengar oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau menjawab. Kamu dusta, bahkan orang ini jauh lebih baik daripada kamu dan unta itu sendiri.’ sebanyak tiga kali. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda lagi, ‘Celakalah bagi orang-orang yang mempunyai dua ratus ekor unta,” sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya, ‘Kecuali siapa, wahai Rasulullah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, ‘Kecuali orang yang menyedekahkan hartanya seperti ini dan ini,” seraya menghimpunkan kedua telapak tangannya ke arah kanan dan ke arah kirinya. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Beruntunglah orang yang berzuhud dan bersusah payah yakni berzuhud dalam kehidupannya dan bersusah payah dalam ibadahnya.'”
Sehubungan dengan ayat ini Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abdur Rahman ibnu Auf datang dengan membawa empat puluh auqiyah emas kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu datang pula seorang lelaki dari kalangan Ansar dengan membawa satu sa’ makanan. Maka sebagian orang munafik berkata, “Demi Allah, tidaklah Abdur Rahman datang dengan membawa apa yang dibawanya itu melainkan hanya pamer semata-mata.” Mereka mengatakan pula, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya benar-benar tidak memerlukan satu sa’ itu.”
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya di suatu hari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar menjumpai orang-orang, lalu beliau menyerukan agar mereka mengumpulkan sedekah mereka. Maka orang-orang mengumpulkan zakatnya. Kemudian di penghujung mereka datanglah seorang lelaki dengan membawa satu sa’ buah kurma, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini satu sa’ buah kurma. Semalaman saya bekerja menimba air hingga saya memperoleh dua sa’ buah kurma. Lalu satu sa’ saya ambil, sedangkan satu sa’-nya lagi adalah yang sekarang ini yang saya datangkan kepadamu.” Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan agar buah kurma itu dikumpulkan bersama zakat lainnya.
Melihat hal itu sejumlah lelaki dari kalangan orang-orang munafik mengejeknya, lalu berkata, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya benar-benar tidak memerlukan satu sa’ kurma, lalu apakah yang dapat diperbuat dengan satu sa’ buah kurmamu itu?”
Lalu Abdur Rahman ibnu Auf berkata kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Apakah masih ada orang yang wajib sedekah?” Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Tiada seorang pun yang tertinggal kecuali hanya engkau sendiri.” Lalu Abdur Rahman ibnu Auf berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai seratus auqiyah emas untuk sedekah.”
Umar ibnu Khattab r.a. (yang ada di tempat) berkata, “Apakah engkau gila (menyedekahkan sebanyak itu)?”Abdur Rahman menjawab, “Saya tidak gila.” Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Apakah engkau rela memberikannya?” Abdurrahman Ibnu Auf menjawab “Ya Semua hartaku berjumlah delapan ribu. Yang empat ribu telah saya pinjamkan kepada Tuhan saya, sedangkan yang empat ribu lainnya saya pegang untuk saya sendiri.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Semoga Allah memberkati apa yang engkau pegang (simpan) dan apa yang engkau berikan (sedekahkan).
Tetapi orang-orang munafik mencelanya dan mengatakan, “Demi Allah, tidak sekali-kali Abdur Rahman memberikan pemberiannya itu melainkan pamer,” padahal mereka dusta dalam tuduhannya itu. Sesungguhnya yang dilakukan oleh Abdur Rahman itu semata-mata hanyalah secara sukarela. Maka Allah menurunkan ayat yang membela dia dan temannya yang miskin tadi yang datang dengan membawa sedekah satu sa’ buah kurma. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman di dalam Kitab-Nya:
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela., hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan pula dari Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa di antara orang-orang mukmin yang mengeluarkan sedekahnya secara sukarela ialah Abdur Rahman ibnu Auf—ia menyedekahkan empat ribu dirham— dan Asim ibnu Addi, saudara lelaki Banil Ajlan.
Kisahnya bermula ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menganjurkan untuk bersedekah dan memerintahkannya. Maka Abdur Rahman ibnu Auf berdiri, lalu menyedekahkan empat ribu dirham. Lalu bangkit pula Asim ibnu Addi, kemudian menyedekahkan seratus wasaq buah kurma. Tetapi orang-orang munafik mencela keduanya, mereka mengatakan, “Ini tiada lain hanyalah pamer.”
Di antara mereka yang menyedekahkah hasil jerih payahnya ialah Abu Uqail. saudara lelaki Bani Anif Al-Arasyi teman sepakta Bani Amr ibnu Auf. Ia datang dengan membawa satu sa’ buah kurma, lalu menuangkannya ke dalam kumpulan zakat. Maka orang-orang munafik menertawakannya, mereka berkata, “Sesungguhnya Allah benar-benar tidak memerlukan satu sa’ si Abu Uqail ini.”
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Talut ibnu Abbad, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah, dari Amr ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya aku hendak mengirimkan suatu pasukan. Maka datanglah Abdur Rahman ibnu Auf, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai empat ribu dirham, dua ribu dirham di antaranya aku pinjamkan kepada Tuhanku, sedangkan yang dua ribu lainnya aku simpan buat anak-anakku.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Semoga Allah memberkatimu dalam apa yang engkau berikan, dan semoga Dia memberkahi apa yang engkau pegang. Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan Ansar kerja semalaman, lalu ia memperoleh dua sa’ tamar dari upah kerjanya. Maka ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh dua sa’ kurma. Satu sa’-nya saya pinjamkan kepada Tuhan saya, sedangkan satu sa’ lainnya untuk anak-anak saya.” Maka orang-orang munafik mencelanya, dan mereka mengatakan, “Tidak sekali-kali Abdur Rahman memberikan apa yang telah diberikannya, kecuali hanya pamer.” Lalu mereka mengatakan pula, “Bukankah Allah dan Rasul-Nya tidak memerlukan kedua sa’ orang ini?” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka., hingga akhir ayat.
Kemudian ia (Abu Bakar Al-Bazzar) meriwayatkannya pula melalui Abu Kamil, dari Abu Awanah, dari Amr ibnu Abu Salamah, dari ayahnya secara mursal. Lalu ia berkata bahwa tidak ada seorang pun yang meng-isnad-kannya selain Talut.
Imam Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, dari Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Khalis ibnu Yasar, dari Ibnu Abu Aqil, dari ayahnya yang mengatakan bahwa semalaman ia bekerja menimba air dan dipanggul di atas punggungnya dengan imbalan dua sa’ kurma. Lalu ia memberikan satu sa’ darinya kepada keluarganya buat makan mereka, sedangkan satu sa’ lainnya ia datangkan ke hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai amal taqarrub. Ketika ia datang kepada Rasulullah dan menceritakan perihalnya, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Kumpulkanlah bersama harta zakat lainnya.” Maka kaum munafik mengejeknya dan mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak memerlukan sedekah orang miskin ini.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela para pemberi sedekah dengan sukarela., hingga akhir ayat berikutnya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Tabrani melalui hadis Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama. Imam Tabrani mengatakan bahwa nama asli Abu Aqil adalah Hubab. Sedangkan menurut pendapat yang lain, Abdur Rahman tersebut adalah Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Sa’labah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu.
Hal ini merupakan pembalasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan mereka yang jahat itu dan penghinaan mereka terhadap kaum mukmin, karena sesungguhnya pembalasan itu disesuaikan dengan jenis amal perbuatannya. Maka Allah memberlakukan terhadap mereka hukuman orang yang menghina mereka dengan melalui kemenangan yang diraih oleh kaum mukmin di dunia, dan Allah telah menyediakan bagi orang-orang munafik kelak di hari kemudian azab yang pedih, sesuai dengan , amal perbuatan mereka itu.
Ini juga termasuk keburukan orang-orang munafik, me-reka –semoga Allah menimpakan keburukan kepada mereka– tidak membiarkan perkara apa pun dalam Islam dan kaum Muslimin yang mungkin mereka bicarakan, kecuali mereka membicarakan-nya dan mencelanya dengan landasan kezhaliman dan kedengkian. Ketika Allah dan RasulNya mengajak bersedekah, kaum Muslimin bersegera melakukannya. Mereka memberikan hartanya masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Ada yang memberi banyak, ada pula yang sedikit. Maka orang-orang munafik itu mencela orang Mukmin yang bersedekah banyak dengan mengatakan bahwa mak-sudnya adalah riya dan sum’ah. Sementara kepada yang bersede-kah sedikit mereka mengatakan bahwa Allah tidak memerlukan sedekah ini, maka Allah menurunkan FirmanNya, الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ “(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela.” Orang-orang munafik berkata, mereka adalah orang-orang yang pamer, maksud mereka bersedekah adalah riya dan kesom-bongan. (وَ) “Dan” mencela, وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya”, sehingga mereka bersedekah dengan apa yang mampu mereka berikan, maka orang-orang munafik itu berkata, “Allah tidak mem-butuhkan sedekahnya.” فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ “Maka orang-orang munafik itu menghina mereka.” Maka Allah membalas mereka dengan hal yang sama, yaitu dengan menghina mereka. وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “Dan untuk me-reka azab yang pedih.” Karena sesungguhnya mereka mengumpulkan dalam ucapan mereka banyak larangan: Di antaranya adalah, memata-matai kehidupan kaum Mus-limin untuk memperoleh peluang memperolok-olok mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih.” (An-Nur: 19).
Di antaranya, celaan mereka terhadap orang-orang yang ber-iman hanya karena mereka beriman, hal itu dilandasi oleh keku-furan kepada Allah dan kebencian kepada Islam. Di antaranya, bahwa mencela adalah haram, bahkan dalam perkara dunia ia termasuk dosa besar, adapun dalam perkara ke-taatan, maka ia lebih buruk lagi.Di antaranya, bahwa barangsiapa yang menaati Allah dan melakukan salah satu kebaikan dengan sukarela, semestinya dia dibantu dan disemangati, sementara orang-orang munafik itu ber-maksud menggembosi mereka dengan celaan tersebut. Di antaranya juga, bahwa pernyataan mereka bahwa orang yang berinfak banyak adalah orang-orang yang riya adalah kesa-lahan fatal, vonis yang berdasar kepada ketidaktahuan dan hanya dugaan semata. Adakah keburukan yang lebih besar dari ini? Di antaranya juga, ucapan mereka kepada orang yang bersede-kah sedikit, bahwa Allah tidak memerlukan sedekah ini. Ini adalah ucapan yang tujuannya adalah kebatilan, karena pada hakikatnya Allah memang tidak memerlukan sedekah seseorang, yang sedikit maupun yang banyak, bahkan Dia tidak memerlukan penduduk langit dan bumi, akan tetapi Allah c memerintahkan hamba-ham-baNya kepada apa yang mereka sendiri butuhkan, meskipun Allah tidak memerlukan, akan tetapi merekalah yang memerlukan, فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, nis-caya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az-Zalzalah: 7).
Ucapan ini jelas sekali mengandung penggembosan dari ber-buat baik. Oleh karena itu balasan mereka adalah Allah menghina-kan mereka dan لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “untuk mereka azab yang pedih.”
Ayat sebelumnya menjelaskan sifat-sifat buruk orang-orang munafik, antara lain kikir, bersumpah palsu, dan tidak bersyukur. Bukan saja itu, di antara mereka bahkan ada yang secara terus-menerus mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dengan menyebutnya pamrih jika yang disedekahkan besar; dan juga mencela orang-orang yang tidak mendapatkan harta untuk disedekahkan kecuali sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka, orang-orang mukmin. Akibat perbuatannya itulah Allah akan membalas penghinaan mereka di dunia dengan tersingkapnya kebusukan hatinya, dan mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak. Kemudian ditegaskan bahwa orang-orang munafik itu hukumnya sama dengan orang-orang kafir, yakni tidak berhak memperoleh ampunan. Karena itu, diingatkan kepada beliau bahwa engkau, wahai nabi Muhammad, memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka adalah sama saja. Ketetapan Allah telah terjadi bagi mereka, walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, bahkan tak terhitung jumlahnya, Allah tetap tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar, kafir, kepada Allah dan rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk dan bimbingan kepada orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah.
At-Taubah Ayat 79 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 79, Makna At-Taubah Ayat 79, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 79, At-Taubah Ayat 79 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 79
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)