{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 97.
الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٩٧﴾
al-a’rābu asyaddu kufraw wa nifāqaw wa ajdaru allā ya’lamụ ḥudụda mā anzalallāhu ‘alā rasụlih, wallāhu ‘alīmun ḥakīm
QS. At-Taubah [9] : 97
Orang-orang Arab Badui itu lebih kuat kekafiran dan kemunafikannya, dan sangat wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Bangsa Arab Badui yang tinggal di pedalaman lebih besar kekafiran dan kemunafikannya dari pada mereka yang tinggal di perkotaan, karena sikap kasar dan kerasnya hati mereka. Serta mereka jauh dari pengetahuan dan orang-orang yang berilmu, juga dari majelis-majelis tausiyah dan zikir. Sehingga wajar jika mereka tidak mengetahui batas-batas agama, hukum-hukum dan syariat yang telah Allah turunkan. Allah Maha Mengetahui keadaan seluruh makhluk-Nya dan Maha Bijaksana dalam mengatur urusan mereka.
Allah memberitahukan bahwa di antara orang-orang Arab Badui itu terdapat orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan orang-orang yang beriman. Tetapi kekufuran dan kemunafikan yang ada pada mereka jauh lebih banyak daripada yang lainnya serta lebih dominan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sudah sepantasnya mereka tidak mengetahui hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.
Sebagaimana halnya Al-A’masy telah meriwayatkan dari Ibrahim bahwa seorang Arab Badui ikut duduk dalam majelis Zaid ibnu Sauhan yang saat itu Zaid sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya. Tangan Zaid telah terpotong dalam Perang Nahawun. Maka orang Arab Badui itu berkata, “Demi Allah, sesungguhnya pembicaraanmu benar-benar memikat hatiku, tetapi tanganmu itu benar-benar mencurigakanku.” Zaid bertanya, “Apakah yang mencurigakanmu tentang tanganku ini, sesungguhnya ini adalah tangan kiri?” Orang Arab Badui itu berkata, “Demi Allah, saya tidak mengetahui, apakah mereka memotong yang kanan ataukah yang kiri” (maksudnya Zaid terpotong tangannya karena mencuri). Maka Zaid ibnu Sauhan berkata bahwa Maha Benar Allah Yang telah berfirman:
…Orang-orang Arab Badui itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Musa, dari Wahb ibnu Munabbih, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Barang siapa yang tinggal di daerah pedalaman, maka akan menjadi kasar, dan barang siapa yang mengejar binatang buruan, maka akan menjadi lalai, dan barang siapa yang suka mendatangi sultan (penguasa), maka akan terfitnah.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan atau garib. kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis As-Sauri.
Mengingat sifat keras dan kasar kebanyakan terjadi di kalangan Penduduk pedalaman, maka Allah tidak pernah mengutus seorang rasul pun dari kalangan mereka, dan sesungguhnya kerasulan itu hanya terjadi di kalangan penduduk kota, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk kota. (Yusuf:109)
Dan ketika ada seorang Arab Badui memberikan suatu hadiah kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membalas hadiahnya itu dengan balasan yang berlipat ganda untuk membuatnya puas. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya aku berniat untuk tidak menerima suatu hadiah pun kecuali dari orang Quraisy, atau orang Saqafi atau orang Ansar atau orang Dausi.
Dikatakan demikian karena mereka tinggal di kota-kota, yaitu Mekah, Taif, Madinah, dan Yaman. Mereka pun mempunyai akhlak yang jauh lebih lembut ketimbang orang-orang pedalaman, karena orang-orang pedalaman terkenal dengan kekasarannya.
Terdapat sebuah hadis tentang orang Arab Badui sehubungan dengan mencium anak.
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib. Keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dan Ibnu Numair, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa segolongan orang Arab Badui tiba dan menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu mereka bertanya, “Apakah kalian biasa mencium anak-anak kalian?” Orang-orang Ansar (para sahabat) menjawab, “Ya.” Orang-orang Badui itu berkata, “Tetapi kami, demi Allah, tidak pernah mencium anak-anak.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Saya tidak dapat berbuat apa pun jika Allah mencabut kasih sayang dari kalian.”
Menurut hadis yang ada pada Imam Bukhari disebutkan, “Apakah yang dapat saya lakukan kepadamu jika Allah mencabut rahmat dari hatimu?”
Menurut Ibnu Numair disebutkan min qalbikar rahmah (kasih sayang dari hatimu).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Allah Maha Mengetahui terhadap orang yang berhak untuk Dia ajarkan iman dan ilmu kepadanya, lagi Mahabijaksana dalam pembagian ilmu, kebodohan, iman, kekufuran, dan kemunafikan di antara hamba-hamba-Nya, tidak ada yang bertanya kepada-Nya tentang apa yang dilakukanNya berkat ilmu dan kebijaksanaan-Nya.
Tafsir Ayat:
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, الأعْرَابُ “Orang-orang Arab Badui itu”, yaitu mereka yang tinggal di pelosok dan pedalaman أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا “lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya”, daripada orang-orang kota meskipun mereka juga ada yang kafir dan munafik, hal itu karena beberapa sebab, di antaranya adalah jauhnya mereka dari pengetahuan tentang syariat-syariat agama, amal perbuatan dan hukum-hukum, maka mereka lebih layak, وَأَجْدَرُ أَلا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ “dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya,” berupa dasar-dasar iman dan hukum-hukum perintah dan larangan. Lain halnya dengan orang-orang yang tinggal di kota, mereka lebih mungkin mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya. Dengan ilmu ini, muncul pada mereka gambaran-gambaran yang baik dan keinginan kepada kebaikan yang mereka ketahui hal mana itu tidak ada di pedalaman. Pada orang-orang kota juga terdapat tabiat yang lembut dan ketundukan kepada penyeru yang mana hal itu tidak terdapat pada orang-orang pedalaman. Orang-orang kota juga bergaul dengan ahli iman dan berinteraksi lebih banyak daripada orang yang tinggal di pedalaman. Oleh karenanya orang-orang kota lebih layak mengetahui kebaikan daripada orang-orang di pedalaman, meski di kota dan di desa tetap ada orang-orang munafik dan kafir, hanya saja yang di pedalaman lebih keras dan lebih sangat.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang kebohongan dan sumpah palsunya orang-orang munafik, lalu dijelaskan tentang orang arab badui dan keimanan mereka. Orang-orang arab badui itu hidup dalam suasana kekerasan alam, tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan, jauh dari nabi Muhammad sumber informasi ajaran agama dan, lebih kuat kekafiran dan kemunafikannya, dan sangat wajar tidak mengetahui hukumhukum yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya, karena kurangnya informasi ajaran-ajaran agama. Allah maha mengetahui keadaan mereka dan mahabijaksana dalam memberikan ketetapan hukum kepada mereka. Dan di antara orang-orang arab badui itu ada yang memandang apa yang diinfakkannya di jalan Allah sebagai suatu kerugian karena mereka tidak percaya adanya pahala atas amal saleh, sehingga mereka beranggapan bahwa harta yang diinfakkan akan lenyap begitu saja. Dia menantinanti marabahaya menimpamu, yakni nabi Muhammad dan umat islam, karena keengganan mereka membayar zakat dan karena kebencian mereka kepadamu. Padahal merekalah yang akan ditimpa marabahaya, dengan semakin tersebarnya ajaran agama islam dan mereka akan mendapat siksa di akhirat. Allah maha mendengar perkataan mereka, maha mengetahui perbuatan mereka.
At-Taubah Ayat 97 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 97, Makna At-Taubah Ayat 97, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 97, At-Taubah Ayat 97 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 97
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)