{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 101.
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ ۖ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ ۚ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ ﴿١٠١﴾
wa mim man ḥaulakum minal-a’rābi munāfiqụn, wa min ahlil-madīnati maradụ ‘alan-nifāq, lā ta’lamuhum, naḥnu na’lamuhum, sanu’ażżibuhum marrataini ṡumma yuraddụna ilā ‘ażābin ‘aẓīm
QS. At-Taubah [9] : 101
Dan di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
Dan di antara kaum Badui yang tinggal di sekeliling Madinah, juga di antara orang Madinah itu ada orang munafik. Mereka tetap dan bahkan semakin bertambah dan keterlaluan dalam kemunafikannya. Mereka menyembunyikan kemunafikan itu dari kamu (wahai Rasul), tetapi Kami mengetahuinya dan Kami akan menyiksa mereka dua kali; diperangi, ditawan dan dibuka kejelekannya di dunia. Di akhirat, mereka akan mendapat siksa kubur setelah mati, kemudian pada hari Kiamat mereka akan dikembalikan pada siksa yang sangat pedih di Neraka Jahanam.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa di antara kabilah-kabilah Arab yang tinggal di sekitar Madinah terdapat orang-orang munafik, di kalangan penduduk Madinah pun terdapat orang-orang munafik.
Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.
Maksudnya, terbiasa dengan kemunafikannya dan terus-menerus melakukannya. Dikatakan syaitainu marid atau marid, dikatakan tamarrada fulanun ‘Alallah, si Fulan telah membangkang dan angkuh terhadap Allah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka. Kami yang mengetahui mereka.
Hal ini tidaklah bertentangan dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka. (Muhammad:30)
Karena apa yang disebutkan oleh ayat ini termasuk ke dalam pengertian mengenalkan tanda-tanda yang ada di dalam diri orang-orang munafik itu melalui sifat-sifat yang biasa mereka lakukan, sehingga mereka dapat dikenal melaluinya. Bukan berarti Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengetahui secara persis semua orang munafik yang ada padanya. Dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengetahui bahwa di kalangan sebagian orang-orang yang bergaul dengannya dari kalangan penduduk Madinah terdapat orang-orang munafik, sekalipun orang-orang itu melihat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pada setiap pagi dan petangnya.
Hal ini diakui kebenarannya melalui apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya. Ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari An-Nu’man ibnu Salim, dari seorang lelaki, dari Jubair ibnu Mut’im r.a. yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka menduga bahwa tidak ada pahala bagi kami di Mekah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab melalui sabdanya: Sungguh pahala kalian akan datang kepada kalian, sekalipun kalian berada di dalam liang musang. Jubair ibnu Mut’im mendengarkan sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan penuh perhatian, dan Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya di kalangan sahabat-sahabatku terdapat orang-orang munafik.”
Dengan kata lain. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah membuka sebagian kedok orang-orang munafik yang suka mengisukan kata-kata yang tidak benar. Di antara mereka yang mengeluarkan kata-kata tersebut adalah orang itu yang perkataannya terdengar oleh Jubair ibnu Mut’im.
Dalam tafsir firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
dan mereka mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya. (At Taubah:74)
Disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberitahukan kepada Huzaifah ibnul Yaman tentang empat belas atau lima belas orang munafik secara pribadi. Hal ini merupakan suatu kekhususan yang tidak memberikan pengertian bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah mengetahui semua nama dan orang-orangnya secara keseluruhan.
Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Abu Umar Al-Bairuti telah meriwayatkan melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, bahwa:
telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir, telah menceritakan kepadaku seorang syekh di Beirat yang dikenal dengan nama julukan Abu Umar —yang menurut dugaan perawi dia telah mengatakan bahwa telah diceritakan kepadanya melalui Abu Darda— bahwa seorang lelaki yang bernama Harmalah datang menghadap Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia berkata, “Iman terletak di sini —seraya berisyarat ke arah lisannya— dan nifaq terletak di sini —seraya berisyarat dengan tangannya ke arah hatinya—, dan ia tidak ingat kepada Allah kecuali hanya sedikit.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa: Ya Allah, jadikanlah baginya lisan yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur, dan berilah dia rezeki cinta kepadaku dan cinta kepada orang yang mencintaiku, serta jadikanlah urusannya kepada kebaikan. Harmalah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai banyak teman dari kalangan orang-orang munafik. Dahulu saya adalah pemimpin mereka, bolehkah saya hadapkan mereka kepadamu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Barang siapa yang datang kepada kami, maka kami akan memohonkan ampun baginya, dan barang siapa yang tetap pendiriannya pada kemunafikannya, maka Allah lebih utama terhadapnya, dan jangan sekali-kali kamu menyingkap rahasia pribadi seorang pun.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan ayat ini: Qatadah pernah mengatakan bahwa apakah gerangan yang telah dilakukan oleh banyak kaum, mereka memaksakan dirinya untuk mengetahui hal ikhwal orang lain, dengan mengatakan bahwa si Fulan di surga dan si Anu di neraka. Tetapi jika engkau tanyakan kepada seseorang di antara mereka tentang dirinya, ia pasti menjawab, “Tidak tahu.” Demi umurku, engkau dengan bagianmu semestinya lebih engkau ketahui daripada bagian orang lain. Sesungguhnya engkau (kalau demikian) berarti telah memaksakan dirimu untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dibebankan oleh seorang nabi pun sebelummu. Nabi Allah —Nuh a.s.— telah berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? (Asy -Syu’ara: 112)
Sedangkan Nabi Syu’aib a.s. mengatakan (yang disitir oleh firman-Nya):
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kalian jika kalian orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kalian. (Huud:86)
Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman kepada Nabi-Nya:
Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, Kami yang mengetahui mereka.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri mengemukakan khotbahnya pada hari Jumat. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ antara lain bersabda: Keluarlah engkau, hai Fulan, karena sesungguhnya engkau adalah orang munafik! Dan keluarlah engkau, hai Anu, karena sesungguhnya engkau adalah orang munafik! Maka dikeluarkanlah sebagian dari mereka yang telah dibuka kedoknya dari dalam masjid. Ketika mereka sedang ke luar, Umar r.a. datang. Maka Umar bersembunyi dari mereka karena malu tidak menghadiri salat Jumat. Umar menduga bahwa orang-orang telah bubar dari salat Jumatnya. Sebaliknya, mereka yang keluar pun bersembunyi dari Umar. Mereka menduga bahwa Umar telah mengetahui perkara mereka. Akhirnya Umar masuk ke dalam masjid, dan ternyata ia menjumpai orang-orang belum salat Jumat. Lalu ada seorang lelaki dari kalangan kaum muslim berkata, “Bergembiralah, hai Umar. Sesungguhnya Allah telah mempermalukan orang-orang munafik pada hari ini.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut merupakan azab pertama, yaitu ketika mereka dikeluarkan dari dalam masjid, sedangkan azab yang kedua ialah siksa kubur. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Sauri, dari As-Saddi, dari Abu Malik.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali.
Yakni dibunuh dan ditawan. Dalam riwayat lain disebutkan dengan kelaparan dan siksa kubur.
…kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
Menurut Ibnu Juraij adalah azab dunia dan azab kubur, kemudian mereka dikembalikan kepada azab yang besar, yaitu neraka. Menurut Al-Hasan Al-Basri adalah azab di dunia dan azab kubur.
Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan, “Adapun azab di dunia, maka dalam bentuk harta benda dan anak-anak.” Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid membacakan firman-Nya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (At Taubah:55)
Bagi mereka musibah-musibah tersebut akan mengakibatkan azab, sedangkan bagi orang mukmin akan menjadi pahala, dan azab di akhirat bagi mereka adalah di dalam neraka.
…kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar
Yang dimaksud ialah dimasukkan ke dalam neraka.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali.
Menurut berita yang sampai kepadanya, makna yang dimaksud ialah mereka melihat kemajuan Islam yang sangat pesat yang di luar dugaan mereka, sehingga mengakibatkan mereka mendongkol dan terbakar oleh dendamnya. Kemudian azab yang akan mereka alami di dalam kubur bila mereka telah memasukinya, lalu azab yang besar di dalam neraka yang menjadi tempat tinggal mereka kelak di hari kemudian, mereka kekal di dalamnya.
Sa’id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali.
Yaitu azab di dunia dan azab di alam kubur.
…kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah membisikkan kepada Huzaifah perihal dua belas orang lelaki dari kalangan orang-orang munafik. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan bahwa enam orang di antara mereka telah cukup disiksa oleh Dabilah, yaitu pelita dari api neraka Jahanam yang menyambar belikat salah seorang dari mereka hingga tembus sampai ke dadanya, sedangkan yang enam lainnya sekarat dalam kematiannya.
Menurut riwayat yang sampai kepada kami. Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. bila ada seseorang yang mati dari kalangan mereka yang dicurigai, maka ia menunggu Huzaifah. Jika Huzaifah menyalatkannya, maka barulah ia mau menyalatkannya. Jika Huzaifah tidak mau menyalatkannya, maka Umar r.a. tidak mau menyalatkannya pula.
Menurut riwayat lain yang sampai kepada kami, Khalifah Umar pernah berkata kepada Huzaifah, “Saya bertanya kepadamu dengan nama Allah, apakah saya termasuk salah seorang dari mereka?” Huzaifah menjawab, “Tidak, dan aku tidak akan membukanya kepada seseorang pun sesudahmu.”
Tafsir Ayat:
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الأعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ “Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik, dan (juga) di antara penduduk Madinah”, juga terdapat orang-orang munafik. مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ “Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.” Yakni, mereka terbiasa di atasnya (terus menerus) dan bertambah kuat kemunafikannya.
لا تَعْلَمُهُمْ “Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka”, yaitu nama-nama mereka sehingga kamu bisa menghukum mereka atau kamu memperlakukan mereka sesuai dengan kemunafikannya, karena dalam hal itu Allah mempunyai hikmah yang mengagumkan. نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ “(Tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali.” Ada kemungkinan dua kali itu adalah dua kali yang sebenarnya yaitu di dunia dan di akhirat. Di dunia dalam bentuk kecemasan, kesedihan, dan kebencian terhadap kemenangan dan keunggulan yang diraih oleh orang-orang Mukmin, dan di akhirat adalah azab neraka yang merupakan tempat terburuk. Ada kemungkinan bahwa maksudnya adalah Kami akan memberatkan azab atas mereka, melipatgandakannya dan mengulang-ulangnya atas mereka.
Dan di antara orang-orang arab badui yang tinggal di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk madinah (yahudi) ada juga orang-orang munafik, mereka sudah terbiasa licik dan berdusta, sehingga keterlaluan dan melampaui batas dalam kemunafikannya. Engkau wahai nabi Muhammad tidak mengetahui siapa mereka, karena begitu lihainya dan terlatihnya mereka dengan kemunafikan, tetapi kami mengetahuinya. Nanti mereka akan kami siksa dua kali, pertama: ketika terbongkarnya kemunafikan mereka, sehingga mereka malu dan terhina, dan kedua: ketika malaikat mencabut nyawa mereka dengan cara yang sangat kasar, (lihat: surah al-anfa’l/8: 50), kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar kelak di akhirat. Dan ada pula orang lain yang berada di sekeliling kamu yang mengakui dosa-dosa mereka lalu bertobat atas dosa-dosa itu, tetapi mereka masih mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk, dengan mereka taat dan beramal saleh dan pada waktu yang berbeda mereka masih berbuat jahat dan maksiat. Mudah-Mudahan Allah menerima tobat mereka jika mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya Allah maha pengampun atas segala dosa, maha penyayang kepada orang yang berusaha tidak mengulangi kesalahannya.
At-Taubah Ayat 101 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 101, Makna At-Taubah Ayat 101, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 101, At-Taubah Ayat 101 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 101
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)